MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Taklukan Samudra

Rabu, 01 Juli 2015

Seminggu kebelakang saya bersama suami sedikit disibukkan dengan sebuah permasalahan. Permasalahan ini bagi saya cukup rumit tapi berawal dari hal yang sepele. Dan permasalahan ini adalah permasalahan rumah tangga sepasang suami istri sebut saja mereka bunga dan kumbang.

**Pernikahan**
Kehidupan berumah tangga itu memang unik. Setiap pasangan pasti memiliki kisahnya masing-masing di masa lalu, sehingga pada akhirnya bisa menjadi suami istri dan menjalankan kehidupan baru.
Bagi saya pribadi, menikah itu merupakan hal yang sakral, jadi cukup sekali saja dan selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan dalam menghadapi setiap likunya termasuk ketika menghadapi kenyataan yang tidak sesuai harapan.
Sebelum menikah, saya dengan beberapa orang sahabat selalu saja mencari celah untuk berdiskusi mengenai pernikahan. Dimulai dari cara memilih pasangan, kriteria pasangan yang diharapkan, cara-cara islami yang disyariatkan dalam mencari pasangan, info-info terkait pasangan yang sudah menikah berupa dinamika nya, kasus-kasus perceraian, hmmm... pokoknya semua hal terkait pernikahan kami diskusikan.
Berbekal minimnya pengalaman menjalin hubungan dengan lawan jenis (red. Pacaran), kami pun selalu berusaha untuk menemukan apa yang menjadi poin dalam kasus-kasus yang terbahas dalam diskusi kami. Dengan sedikit ilmu 'sok tahu', dan didukung oleh nara sumber yang sudah mendahului, hal terpenting yang saya ingat waktu itu dalam memulai membina rumah tangga itu adalah kesamaan visi dan misi. Waduh waduh... udah kaya pemilihan ketua OSIS aja ya,,, hehe
Semua hal yang kami diskusikan ini saya coba camkan dalam hati dan pikiran saya. Namun pada kenyataannya kehidupan saya seperti mengalir dan tak terarah karena lumayan mumetnya otak saya kala itu ketika sudah membahas perihal jodoh. Dunia serasa melontarkan tudingan-tudingan mengerikan, serasa saya adalah wanita paling malang. Alhasil, saya pun termasuk wanita yang tidak terlalu memikirkan bibit bebet bobotnya calon pasangan saya. Untungnya nasib baik masih berpihak kepada saya. Sehingga saya mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria imam yang disyariatkan islam (in sya allah). Aamiin.

**Fenomena Perceraian**
Akhir-akhir ini (entah hanya perasaan saya) cukup banyak kabar perceraian yang masuk ke telinga saya. Perceraian ini bukanlah perpisahan pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah melainkan perpisahan suami istri yang baru saja sekian bulan menikah. Dalam hati saya nyeletuk "kok bisa ya...????" Atau "ih memang mereka nikah ga mikirin dulu kalo karakter pasangannya begini begitu ya??" Atau hal lainnya.
Fenomena yang terjadi ini cukup membuat saya khawatir, bingung, sedih, ga abis pikir, atau semua perasaan-perasaan muncul bertengger dalam pikiran saya seolah menghantui saya yang saat ini sudah berumahtangga. Saya mencoba untuk mencari apa hal kira-kira yang menjadi penyebab orang bercerai. Apakah hanya sebatas sudah tidak cinta lagi? Hmmmm., tapi rata-rata yang bercerai itu didominasi pasangan yang sudah teruji klinis pacaran lebih dari 5 tahun. Atau karena salah pilih alias ternyata ada yang lebih cakep? Bisa jadi kan... hehehe. Nah, kayanya karena salah pilih pasangan dengan karakter yang ga cocok kali ya... nah lho?! Kok bisa???

**kisah si kumbang dan bunga**
Balik lagi ke kasus sepasang suami istri bunga dan kumbang di atas. Ceritanya, pasangan ini menikah dalam usia yang relatif muda. Bunga masih 19 tahun dan kumbang 22 tahun (saya seumuran bunga masih lap ingus pake baju tuh #eh). Mereka menikah lantaran saling suka (dan tampaknya belum pake cinta). Sekitar bulan februari 2014 mereka mendeklarasikan diri dengan status berpacaran mereka dan bulan mei di tahun yang sama, mereka memantapkan diri untuk menyampaikan keinginan kepada orang tua mereka untuk segera menikah (saya sangat memgapresiasi ini awalnya).
Pada dasarnya orang tua kedua belah pihak tidak melarang niatan mereka. Hanya saja, orang tua si kumbang menyarankan agar mereka menikah setelah si kumbang memperoleh gelar sarjana dan pekerjaan (waktu itu si kumbang tengah menyelesaikan skripsinya). Namun sayangnya si kumbang dan juga si bunga beserta orang tua nya kurang mengindahkan saran dari orang tua si kumbang ini (#konsep1). Akhirnya pada bulan juni, berlangsunglah pernikahan tersebut.
Si kumbang terlihat sangat bahagia. Satu persatu hal yang diharapkan orang tuanya dia peroleh. Dimulai dari gelar sarjana hingga pekerjaan yang dinilai cukup layak untuknya. Meski harus menempuh kehidupan berumah tangga dengan LDR (Long Distance Relationship), tapi kumbang benar-benar menunjukan kepada orang tuanya bahwa dia bisa menjalani semua ini. Kalau pun ada hal yang kurang berkenan yang terjadi dalam rumah tangganya, dia tidak menceritakan kepada orang tuanya.
Pernikahan si kumbang dan bunga ini merupakan pernikahan yang diawali dengan kesepakatan (saya pun demikian, hanya berbeda poin). Mereka memiliki kesepakatan kalau mereka akan menunda terlebih dahulu untuk memiliki keturunan demi kelancaran studi sang istri yang terikat beasiswa yang tidak membolehkan menikah (#konsep2). Selain itu mereka juga bersepakat kalau si bunga belum akan mendampingi si kumbang secara mandiri sampai bunga memperoleh gelar sarjananya dan si kumbang mampu menyediakan rumah yang layak untuk mereka tempati (#konsep3). Dan si kumbang juga tidak dibebankan tanggungjawab materi terhadap si bunga selama si bunga masih berkuliah (#konsep4).
Kesepakatan-kesepakatan ini tampak aneh dipandangan saya, tapi ya saya berpikir jika mereka sanggup, ya silahkan saja jalani. Begitu pikir saya waktu itu. Secara pribadi, saya sangat tidak setuju dengan kesepakatan seperti ini. Karena menurut saya banyak hal yang dilabrak terkait hak dan kewajiban suami istri. Tapi lagi-lagi saya hanya menganggap wajar kesepakatan itu selama yang menjalankannya ikhlas.

**Letakan Sesuatu pada Tempatnya**
Belum setahun pernikahan mereka, tiba-tiba saya mendapati mereka tengah berkonflik. Awalnya saya berfikir konflik yang mereka alami sepele hanya masalah cemburu. Tapi kesini-kesini jadi melebar selebar dunia ini (alah lebay).
Kasusnya katanya terkait pihak ketiga. Usut punya usut, ternyata kumbang dikabarkan lagi dekat dengan seorang perempuan. Perempuan ini satu tempat kerja dengan si kumbang. Dan perempuan ini hanya tahu kalau si kumbang belum menikah (kumbang bekerja disalah satu sekolah yang salah satu syarat diterima bekerja disana harys status single). Tampaknya sang perempuan memang terpesona dengan si kumbang. Dan si kumbang pun mendapati perempuan ini lebih dewasa dari bunga.
Singkat cerita, kumbang menceritakan kepada mertua dan istrinya kalau ada seorang perempuan yang tengah dekat dengannya. Ternyata kejujuran si kumbang ini berbuah asem. Sang istri sangat kecewa da marah. Mertuanya pun sama. Dengan sekelumit cerita panjang konflik ini, poin yang saya dapati dari kasus mereka adalah begitu banyak hal yang terkuak dan terlontar dari istri dan mertua si kumbang terkait karakter si kumbang selama menjadi suami. Semua keluar begitu saja berawal dari sebuah kasus yang dianggap 'perselingkuhan' yang sebenarnya belum terjadi ini.
Bunga yang tadinya saya kenal sebagai sosok yang sangat pendiam ternyata sangat 'talkative' sekali..hehehe... persis ibunya (atau memang fitrah perempuan kali ya..hehehe..soalnya saya juga cerewet denk). Semuanya dimuntahkan oleh bunga. Semua unek-unek nya. Sementara, dilain kesempatan, kumbang dengan introvert akutnya, hanya berbicara seadanya dan menginformasikan hal-hal terkait permasalahannya juga seadanya. Namun ada poin yang sama yang saya temukan dari omongan mereka yaitu 'saya sudah ga kuat lagi'.
Subhanallah ... astaghfirullah...naudzubillah. aduh saya sampai campur aduk gini perasan pas ngedenger ucapan mereka itu. Tapi ya tidak bisa disalahkan juga, memang usia mereka masih usia labil. Usia dimana mereka baru akan mengakhiri masa remaja akhir menuju dewasa awal. Sehingga akhirnya saya berkesimpulan omongan mereka tersebut hanya emosi sesaat.
Eh eh eh... tapi... hal senada juga terlontar dari mulut orang tua bunga. How come????? (Wajah kaget).
Selama seminggu kurang lebih saya beserta suami seperti diamanahi untuk menjadi fasilitator terhadap masalah kumbang dan bunga ini, selama itu pulalah kami tak henti-hentinya berfikir dan kemudian berdiskusi. Berbagai spekulasi muncul, hipotesis terbentuk (sok-sok ilmiah ceritanya) dan kami mencoba mengerucutkannya dalam bentuk 'problem solving'. Dan langkah pertama yang kami tempuh adalah mencari akar yang menjadi permasalahan ini muncul. Kemudian didapatkanlah 2 poin penting: 1) ridho orang tua, 2) Konsep pernikahan yang seharusnya.

**Kembali ke jalan yang Benar**
Ibaratkan mahasiswa, kumbang dan bunga ini tampaknya sudah salah dalam mengawali penulisan skripsinya. Pertama mereka tidak mengikuti arahan dosen, kedua mereka tidak mengikuti kaedah penulisan skripsi yang benar. Hasilnya, skripsi mereka jangankan kelar melainkan mental terus untuk disidangkan .. hehehe (tampaknya saya sangat mengingat betul sejarah perakademikan saya ini :D ).

Pernikahan itu lebih rumit pastinya dari skripsi. Tapi banyak diantara kita kurang mempersiapkannya dengan baik, sehingga ketika sudah menikah pada mundur teratur. Dalam mengawali pernikahan, tentunya harus berbekal ridho orang tua, karena sama-sama kita ketahui, ridho Allah itu ada pada ridho orang tua. Dalam kasus kumbang ini, meski orang tua mengiyakan keberlangsungan pernikahannya, tapi si kumbang lupa akan ridho orang tua yang hanya didapat jika kita sebagai anak benar-benar menempuh cara baik dalam memperoleh keinginan kita. Kemudian, kesepakatan-kesepakatan pra pernikahan antara kumbang dan bunga ini tampaknya tidak patut dicontoh karena sudah menyimpang dari hal yang sudah menjadi sunatullah.

Sunatullahnya, esensi pernikahan itu salah satunya untuk memperoleh keturunan (hasrat alami manusia). Hasrat biologis itu Allah yang hadirkan, dan bagaimana cara untuk menyalurkannya ya dengan menghalalkan hubungan (menikah). jadi keliru apabila dalam sebuah pernikahan diawali dengan menunda untuk memperoleh keturunan (dalam kasus kumbang, awalnya istri menggunakan KB pil, tapi karena menyerang ginjal, akhirnya KB dihentikan dan ibu si bunga meminta kumbang untuk tidak menyentuh bunga.. #aneh-aneh aja).
Pernikahan juga mengubah status dan peran seseorang. Ketika sudah menjadi suami atau istri, ya ketika itu pula ada hak dan kewajiban akan melekat. Dimana-dimana, ketika hak dan kewajiban tidak tertunaikan dengan baik, itulah yang akan menjadi bumerang yang bisa menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga. Dan kumbang bunga pun mengalami hal tersebut. Baik bunga atau kumbang dibebas tugaskan dari kewajiban sebagai suami istri. Bunga tidak dibebankan tugas-tugas rumahtangga seperti mencuci dan memasak, kumbang pun tidak dibebankan kewajiban memberi nafkah materi kepada bunga. Alhasil, benar saja, ketika konflik perselingkuhan menjadi pemetik api, terlontarlah dari mulut bunga perihal ini (Juga dari mulut ibunya bunga).
Satu hal lagi terkait kemandirian. Dimana-mana, sehatnya, sebuah rumah tangga itu harus dinahkodai oleh pemimpinnya. 1 rumah tangga, 1 kapal. Artinya setiap pasangan harus mencoba melepaskan diri dari orang tua. Berani menikah artinya berani memulai hidup baru. Artinya lagi, berani mengarungi samudra kehidupan dengan kapal baru. Andaikan masih menumpang dengan kapal orang tua, ya siap-siap saja ada intervensi dalam pelayaran. Karena kita statusnya menumpang, ya mau ga mau harus ngikut nahkoda kapal yang kita tumpangi.

Banyak hal memang jika sudah membahas sebuah pernikahan. Karena memang pernikahan ini unik, masing-masing rumah tangga ada kisahnya sendiri, ada cara penyelesainnya sendiri, dan ada ritme nya sendiri. Tidak bisa disamakan. Hanya saja, untuk konsep-konsep awal dalam membangun rumah tangga memang benar-benar harus lurus dan kuat. Paling tidak untuk konsep-konsep dasar seperti hal diatas. Meletakkan sesuatu pada tempatnya itulah yang menjadi poin. Jika pun ada gejolak, jadikan dinamika dan tantangan yang harus dihadapi dalam menaklukan samudra luas yang bernama rumah tangga.

Semoga bermanfaat ^^

1 komentar on "Taklukan Samudra"
  1. Membina biduk rumah, membelah samudera kehidupan. Tiap perjalanan, punya cerita berbeda. Smoga bisa mengambil hikmah dari tiap jengkalnya.

    BalasHapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗