MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Enjoy the Little Things: Sibling Rivalry

Selasa, 25 Juli 2017
Berbicara persaingan antar saudara kandung atau dikenal dengan istilah 'Sibling Rivalry' (selanjutnya disingkat SR), saya kira tidak akan terjadi pada anak-anak. Hmmmm ... atau memang saking sangat seringnya persaingan itu terjadi bahkan disaat anak kembar ini masih bayi si SR sudah ada, jadinya saya rada kebal???


2 hari yang lalu. Entahlah kapan mereka sang bocah lelaki kembar ini terakhir kalinya menunjukkan sikap bersaing yang 'menggemaskan ini'. Yang pasti 2 hari yang lalu setelah sekian purnama mereka luar biasa nice nya, SR mereka kumat. Apa saja sih yang mereka persaingkan???

Seperti halnya pengertian SR itu sendiri (hasil googling), yang dipersaingkan oleh anak-anak antar saudara kandung ini biasanya adalah perhatian atau atensi orang tua. Dan memang sejak mereka masih bayi kecil lucu imut persaingan itu memang sudah terlihat. Tapiiiiii ... masih dalam  konteks wajar. Entah wajar karena memang belum adanya rasa 'dia lebih diperhatikan ketimbang saya' muncul, atau wajar karena mereka masih memperoleh atensi yang rata dan berkeadilan.

Sebagai orang tua tentunya terkadang (bahkan sering kali ya) atensi tidak melulu pada si anak A atau B saja. Terutama disaat ada momen 'sibuk' dimana (entah mengapa suka berbarengan) semua urusan tiba-tiba harus diselesaikan diwaktu yang bersamaan (tanpa terduga). Sehingga anak, meski sesibuk apapun kita, tetap akan  berfikir bahwa "saya butuh bermain dan atensi orang tua" ini merasa diacuhkan. Seperti kejadian yang saya alami. Dimana saya tengah sibuk pindahan plus suami dimasa-masa deadline tugas penghujung semester summer tanpa sadar memberikan atensi alakadarnya kepada anak-anak. Entah memang karena rasa letih asabab beres-beres rumah yang tak kunjung beres, atau sekedar merasa 'saya udah main sama anak-anak kok' yang ternyata bagi anak-anak hal tersebut masih sangat kurang. Ditambah sounding yang kurang mantep atau tidak diperpanjang kepada anak tentang kondisi yang sedang dan akan kita hadapi kedepan.

Selain itu, mungkin saja ada faktor lain yang menyebabkan persaingan antar anak ini berlangsung alot dan anarkis. Dimana mereka seolah tak lagi saling sayang, merasa paling hebat dan harus diakui paling hebat, dan kemudian merasa paling tertindas dikala kepepet sudah kehabisan ide untuk bertahan dalam persaingan (alias ujung-ujungnya nangis menyedihkan ala-ala bayi yang sedang haus kelaparan dan mau dikasihani). Sebut saja faktor internal dan eksternal. Dimana rasa kurang diperhatikan oleh orang tua bertemu dengan rasa lain dari dalam diri mereka sebagai hasil dari proses berfikir mereka.

Masih ingatkan cerita saya tentang Zaid yang sedang mengalami less confident beberapa minggu lalu? (kalo baca tulisan saya yang ini) Pasca kejadian tersebut Zaid jadi sangat sensitif. Dia yang biasanya selalu lebih dulu bisa ketimbang adiknya harus menghadapi kenyataan adiknya lebih dulu bisa. Agak lebay ya saya menggambarkannya? Tapi memang seperti itulah kejadiannya. Ditambah rentetan aktivitas saya dan suami yang padat (saya padat nya dibuat-buat sendiri karena belum bisa berdamai dengan rumah yang berantakan pasca pindahan) seolah memberi koneksi kepada Zaid bahwa 'saya ga lagi yang terbaik di mata umi' meskipun anaknya ga ngomong kaya gitu ya (ini mah sensitifitas saya aja ...) tapi tercermin dari sikap yang dia tunjukkan dan reaksi yang dia berikan terhadap setiap kemampuan yang adiknya tunjukkan kepadanya. Ya Allah ... kalian teh usia nya sama atuhlah ... (jeritan saya setiap kali mereka bersaing dan kemudian ada aja yang nangis karena merasa ini itu)

Hmmmm ... well well well well ... Cukup cukup cukup ...! Saya sebagai Ibu punya keterbatasan dimana kontrol emosi jadi tagline di rumah sebagai PR utama saya. Daaaaaan ... SR ini menghancurkan semua kontrol diri yang sudah susah payah saya bangun.

Lalu ketika SR sudah stadium lanjut seperti ini, apa yang bisa kita lakukan? Hal pertama dan mendasar adalah (sesuai judul), enjoy the little things. Karena sesungguhnya pertengkaran atau persaingan ini bentuk tahap perkembangan yang sangat diwajarkan oleh para pakar. So, Enjoy ajaaaaaaa (mentos! The fresh maker #iklan) Asal ... Ya! asal penanganannnya tepat. Penanganan seperti apa? Silahkan cari di internet kayanya ada banyak. Saya lagi kepengen nulis tanpa bahan (kecuali tadi googling arti SR make sure aja bener ga artinya beginih).

Untuk kasus saya, di 2 hari yang lalu, penanganan yang saya lakukan secara urut dan gambling dari seorang ibu yang lagi mumet menyaksikan anak-anaknya berantem GJ atas nama SR adalah:
  • Mengasingkan diri dari anak-anak, mencari ketenangan meskipun hanya di balik baju yang bergelantungan. Untuk sementara anak-anak diambil alih tuan suami.
  • Setelah tenang, ngomong ke suami apa yang dirasa dan betapa lemahnya hati dan diri menghadapi semua ini.
  • Jangan lupa istighfar di hati ... mohon petunjuk agar Allah melapangkan hati kita dan anak-anak. Agar Allah mengkoneksikan hati kita dan anak-anak.
  • Bicaralah jujur kepada anak-anak betapa beratnya kita menghadapi mereka yang Masya Allah cerdasnya dalam mencari perhatian kita
  • Jauhi tetangga, karena bisa-bisa kita curhat dan mengeluhkan kehidupan kita yang ujiannya tak seberapa ini (itu saya sih)
  • Berikan perhatian penuh kepada masing-masing anak. (dan ini sulit mengingat anak-anak sudah mengocok-ngocok perasaan saya sebagai seorang ibu ... berasa naik roller coaster emosi saya nya)
  • Ajak setiap anak ngobrol dari hati ke hati di waktu yang tepat. Kapan? disaat mereka sudah merasa diperhatikan lagi dan kembali bahagia dengan definisi mereka.
  • Pasti setiap orang tua punya cara jitu masing-masing disesuaikan dengan tempat kejadian perkara dimana pastinya setiap cerita akan berbeda
Demikian tulisan ini saya buat, semoga kedepan bisa fokus lagi pada perkembangan bahasa anak-anak ... alias perkembangan sosial emosi ga lagi mengambil alih posisi untuk diperhatikan

Columbus, 25 Juli 2017

NB: dalam setiap tahap perkembangan ZaZi, 2 anak kembar ini memiliki rutinitas bertukar kepribadian (bukan kepribadian mendasar). Jadi tidak ada yang lebih cengeng, lebih ceria atau lebih aktif. Masing-masing mereka memiliki semua hal tersebut, perbedaan nya hanya pada waktu si kepribadian ini muncul. Sedangkan karakter utama mereka tetap melekat kuat bagaimana perfeksionis nya ZA dan cuek Sanguinis nya ZI. Perjalanan masih panjang ... mengamati tumbuh kembang kalian yang entah kapan menemukan akhir ceritanya ... yang pasti semua catatan di blog ini adalah warna yang kalian lukiskan dalam kehidupan umi ... termasuk tulisan resep masakan di blog ini. Secara tidak langsung merupakan warna yang kalian cipratkan pada suasana hati umi. Sehingga membuat umi ingin menulis A B atau C . Gimana ZaZi? Siap punya adek lagi? Biar kalian makin mendalami makna hidup, bahwa hidup tidak melulu soal kamu 
2 komentar on "Enjoy the Little Things: Sibling Rivalry"
  1. Kifah sama Aldebaran juga udah mulai rebut-rebutan perhatian sama barang-______-

    BalasHapus
    Balasan
    1. welcome 😂😂😂😂😂😂😂

      Hapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗