MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Amerika Itu Islami

Selasa, 28 November 2017
Penggunaan istilah Islami Alhamdulillah sudah sangat berterima di tengah masyarakat Indonesia. Bahkan segala sesuatu yang memiliki unsur Islami menjadi sangat dicari dan digandrungi. Sebut saja perumahan Islami, cafe Islami, metode pendidikan Islami atau bank syariat (yang menawarkan sistem perbankan Islami).

Arti kata Islami sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'bersifat keislaman (akhlak)'. Artinya, apa-apa yang Islami berarti mengandung unsur sifat/akhlak sesuai syariat Islam.
Lalu apakah semua yang berlabel Islami terjamin keislami-an nya?
Hehehe ... untuk menjawab hal ini tentunya tidak bisa kita generalisir. Butuh pembuktian satu persatu disetiap lini yang menamai dirinya bla bla Islami itu.

Amerika Islami

Di Amerika, sudah menjadi hal yang begitu lumrah dalam jual beli dimana kepuasaan konsumen menjadi hal yang paling dijaga dan dibela (udah kaya negara aje ye #lol). Yang paling menarik adalah perihal packaging mainan anak-anak (ketahuan deh sering beli mainan :D). Mainan di bungkus sedemikian rupa dengan mengedepankan kenyamanan pembeli. Salah satu cara menjaga kenyamanan pembeli yaitu membuat pembeli yakin dengan apa yang akan dia beli. Sehingga packaging mainan pun dibuat agar mainan tersebut bisa dicoba untuk dimainkan langsung. Semisal mainan mobil-mobilan yang bisa berjalan ketika dipencet sebuah tombol, maka packagingnya biasanya si roda belakang akan dibuat terangkat ke atas yang membuat roda bisa berputar ketika dipencet tombol tertentu. Semisal lagi mainan pistol-pistolan, kita bisa mencoba langsung menarik pelatuk pistol tersebut sehingga bisa merasakan langsung apakah si pistol bekerja bagus atau tidak-worth it to buy atau tidak setelah dikomparasi harganya. 

Tidak hanya itu, disini, sistem refund ataupun return diterapkan dengan sangat ramah dan kalo kata saya sangat manusiawi dan sangat mengerti wanita #lol. Kenapa? Karena kita diberi kesempatan sampai 1 bulan (bahkan ada yang 3 bulan) untuk menimbang apakah si barang:
  • Benar-benar kita butuhkan
  • Benar-benar cocok atau pas di kita (seperti halnya baju dan sepatu)
  • Benar-benar bermanfaat
  • Benar-benar memuaskan
  • Benar-benar sesuai dengan deskripsi produk
  • Dan benar-benar lainnya.
 Sangat mengerti sekali bukan? Karena biasanya yang suka galau kalo habis belanja itu kan kaum wanita (tunjuk diri sendiri). Sehingga terkadang suka merasa 'salah pilih' sesampai si produk dibawa ke rumah. Dan penerapan refund return disini sangat-sangat mengerti wanita, karena wanita selalu ingin dimengerti ... #lol

Berdasarkan pengalaman saya ini, saya dan suami suka berdecak kagum dengan sistem jual belli disini yang menurut kami sangat menerapkan prinsip-prinsip Islam. Ya bisa dibilang sistem jual belinya Islami (kalo dipadankan dengan arti kata Islami menurut KBBI berarti --> sistem jual beli disini bersifat keislaman-akhlak Islam). Seperti:
  • Tidak ada tipu-tipu (konteksnya toko offline ya, kalo online ada sih toko jual beli online disini yang ada tipu-tipunya juga)
  • Mengedepankan kualitas barang dan memberi jaminan mutu (alias ga asal jual barang dan gimana caranya harus laku)
  • Mengakui kekurangan produk jualan yang tak luput dari kekeliruan dalam pemeriksaan kualitas (suka ada kan kadang barang-barang cacat yang luput dari sistem double checking mereka)-manusiawi bukan?
  • Deskripsi produk sesuai dengan aslinya. Tidak dibuat-buat dan bisa kita cek langsung sendiri.
  • Menampilkan testimoni real dari konsumen terdahulu sebagai bahan pertimbangan untuk konsumen baru (disini semua toko kayanya udah punya online nya juga. Jadi bisa dicek di web nya mereka untuk testimoni)
  • Boleh dicoba (tak hanya sekedar baju atau sepatu, bahkan mainan dan juga kosmetik atau sabun suka ada tester nya)
  • Beberapa yang menjual makanan ada testernya juga (konsumen PG- alias Pengejar Gratisan doyan nih kalo ada beginian #lol)
Artinya, ada unsur keterbukaan sebagai wujud dari nilai kejujuran dimana Islam sangat mengedepankan hal ini. Dan kita ketahui Rasul Sholallahu'alaihiwassalam dikenal sebagai pedagang yang amanah karena kejujuran beliau. 

Hmmm ... Islami ya Amerika ... hehehehe

Saya yakin sistem seperti ini tentunya sudah ada yang menerapkan di Indonesia, bedanya mungkin di Amerika standar seperti yang saya sampaikan diatas sudah common sense

Kegelisahan Saya
Beranjak pada kegelisahan saya (meski saya tau kegelisahan saya hanyalah remah-remah rengginang yang tak dilirik kecuali oleh anak-anak yang doyan rengginang #analoginyajakasembungyak), dimana maraknya penggunaan kata Islami di Indonesia sudah mengarah pada sebuah tujuan tertentu diluar tujuan yang sesungguhnya.

Sebelumnya, saya sangat menyadari bahwa kegelisahan saya ini tentunya tidak bisa digeneralisir. Perlu pembuktian seperti yang saya sampaikan di atas. Namun saya disini mencoba mengungkapkan bahwa sepertinya Pop Culture atau budaya Pop yang menjamur di Indonesia secara tidak sadar menggiring masyarakat kita kemudian latah menjadikan 'Islami' sebagai trend marketing populer. Buruk? Tentunya tidak. Namun akan menjadi buruk jika penggunaan kata Islami disini diterapkan tanpa diimbangi dengan penerapan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya.

Hmmm, kebayang ga sih andaikan ada sebuah perusahaan yang melabeli produknya sebagai produk Islami tapi ternyata bahan pembuatnya dan proses pembuatannya tidak sesuai hukum syariat? Berabe kan? 
Atau misal sebuah kafe yang nge-branding diri sebagai kafe Islami tapi ternyata memfasilitasi muda-mudi berpacaran yang bisa saja nanti pacaran tersebut disebut-sebut sebagai pacaran yang Islami karena si kafe disetting dengan sebuha hijab sebagai pembatas perempuan dan laki-laki. Waduh waduh ... bisa-bisa semua nilai dan ajaran Islam menjadi bias dan salah kaprah atau jadi dicari celah untuk menghalalkan apa-apa yang sebenarnya sudah jelas keharamannya. Heu bahasannya beurat euy.

Disinilah letak kegelisahan saya euy ... Bukannya saya tidak senang bahwa Islam sekarang sudah begitu berkembang dan menyebar luas dikalangan masyarakat Indonesia dan bahkan dunia seperti tengah popularnya Halal Food di Amerika. Saya hanya khawatir bahwa penggunaan kata Islami mengalami perubahan makna dari yang tadinya bersifat keislaman tergantikan menjadi berlabel keislaman. Artinya apa-apa yang mengandung unsur sifat-sifat dalam Islam tak lagi menjadi faktor utama yang dipertimbangkan melainkan penggunaan kata Islami hanya sebagai sebuah label untuk membidik pangsa pasar yang saat ini cukup besar, yaitu umat Islam. 

Gelisah ga? Kalo saya sih iya hiks ...

Berdasarkan kegelisahan tersebut, saya mencoba membagikan sedikit tips agar kita tidak terjatuh kedalam budaya pop yang latah dan kalo kata orang sunda Tuturut munding. Hehehe.
  1. Jika memang memiliki keinginan kuat untuk hidup secara Islami, maka pilihlah tempat belajar Islam untuk menyokong kebutuhan spiritual kita. Banyak kan sekarang ustadz-ustadz keren yang bisa bantu kita dalam belajar Islam sehingga ga gampang ikut-ikutan tren karena kita memiliki prinsip diri dalam hidup #tsah!
  2. Jika menemukan sebuah produk barang ataupun jasa yang men-sounding-kan dirinya sebagai sesuatu yang Islami, tetaplah pelajari terlebih dahulu. Bukankah belajar itu menambah pengetahuan dan keluasan berfikir? Hehehe, jika masih 'malas' paling tidak bertanya ke guru agama alias ustadz bisa jadi alternatif kamu dalam menentukan pilihan terhadap sebuah barangn atau jasa. Semisal konsultasi tentang perumahan syariat. 
  3. Belajarlah Islam secara kaffah dan sesuai tahapannya. Misal belajar adab dalam Islam dulu baru belajar perihal keimanan. Dan lagi-lagi jika kamu ingin belajar Islam secara kaffa agar terhindar dari sifat ikut-ikutan, kamu bisa minta pendapat guru agama kamu darimana kamu harus mulai belajar.
  4. Belajar
  5. Belajar lagi
  6. Belajar terus
Artinya, jika mau hidup Islami, bukan dengan mengikuti atau menggunakan apa-apa yang berlabel Islami saja melainkan lebih pada esensi dari kata Islami itu sendiri. Jadi jangan sampe misal makan di kafe A biar Islami, padahal makan nya buat pacaran. Atau pakai produk hijab Z biar Islami, padahal penggunaan hijabnya ga sesuai hukum syariat (semisal kerudung gaul)

So, 

"hidup Islami itu hidup dengan akhlak Islam, bukan hidup dengan label Islam."


Columbus, 29 November 2017
6 komentar on "Amerika Itu Islami"
  1. Duh, sami abdi ogé Téh, sok hariwang. Justru pe-labelan eta malah membuat citra yg kurang baik. Saling tuduh, akhirna parasea

    BalasHapus
    Balasan
    1. muhun teh .. mudah2an sih orang2 yang pake kata islami adl org2 yg paham dan punya misi dakwah .. aamiin..

      Hapus
  2. sukaaaaakkk...

    mudah mudahan makin banyak orang yg bisa memahami islam, bukan sekedar berlabel islam.
    Aamiin..

    salam,
    ardeviwiharjo.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin ... mudah2an ya mba IN sya Allah ... :)

      Hapus
  3. Wuih...bergizi banget nih...setuju dengan pernyataan terakhirnya, hodup islami itu hidup dengan akhlak islam bukan dengan label islam. Allahu akbar. Semoga kita selalu istiqomah sbg pribadi yg ihsan, islam dan iman ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin .. in sya Allah mba ... alhamdulilah kalo tulisanku nambah gizi hihihihi

      Hapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗