MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Hujan Politik

Senin, 03 Desember 2018
INDONESIAKU
Akhir tahun 2018 mendekati 2019. Setelah berselancar kembali di Facebook, wow! Lagi hujan politik di Indonesia. Tapi tenang! Saya tidak akan berbicara pilihan politik saya. Saya hanya ingin berbincang dengan pikiran sendiri perihal politik ini.

Beberapa tahun silam, seorang teman yang saat itu terlibat bincang ringan dengan saya mengungkapkan bahwa dia adalah tipe orang yang menjadikan pilihan politik masuk ke ranah privasi dia. Artinya, dia tidak akan membahasnya dalam keseharian dengan orang-orang asing, seperti mendiskusikannya di media sosial. Sedangkan saya? Kala itu saya adalah tipe yang senang mengkampanyekan pilihan politik saya, termasuk di media sosial. Meskipun saya tetap menjaga dan menghormati pilihan politik teman saya.

Seiring berjalannya waktu. Media sosial kemudian menjelma jadi sebuah ruang sosial baru di era digital. Hal ini membuat saya perlahan menarik diri dan memilih bersikap seperti halnya teman saya tadi. Bukan karena saya menjadikan politik sebagai ranah privasi saya, tapi semata-mata untuk menjaga sebuah hubungan baik yang pernah ada di lingkaran pertemanan saya.

Tentunya teman-teman pembaca sudah sangat paham dengan menjaga hubungan yang saya maksud. Ya! Saat ini perbedaan politik bisa jadi bumerang untuk hancurnya sebuah kekerabatan atau persaudaraan yang pernah terjalin. Padahal dari jaman dahulu kala, kita sudah sangat terbiasa kan dengan perbedaan yang ada. 

Tapi memang perbedaan pilihan politik tampaknya menjadi hal baru di Indonesia mengingat lebih dari 30 tahun pilihan politik masyarakat diarahkan sedemikian rupa oleh penguasa yang bertahta. Jadi ya barangkali geliat perpolitikan di Indonesia tengah memasuki babak menikmati kebebasan yang sesungguhnya. Sehingga yang dulunya pada bungkam, sekarang berteriak lantang. 😁

Bahasa Sundanya 'Pakekeuh kekeuh' kali ya 😅 ... alias ngotot-ngototan kalo pilihan dia yang paling bagus. 

Dua kubu saat ini sudah terbentuk. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengunggulkan pilihan masing-masing. Ada beberapa yang pakekeuh kekeuh tea ... Dan tentu, saya sebagai penonton sangat menghargai segala upaya dari setiap kubu. Dan mencoba lapang hati jika ada yang kekeuh maksa pilihannya yang paling oke ke saya. Hehehe

Saya merasa agak aneh dengan cara kampanye jaman sekarang yang terkesan rada kurang elite dengan memunculkan gebrakan semacam qkampret dan kecebong. Atuh apa ga ada gebrakan lain yang lebih positif? Apa sekarang politik itu tidak lagi elite? Hehehe (semoga ini hanya karena keterbatasan informasi saya saja. Mudah-mudahan kedua belah kubu punya gebrakan positif)

Tantangan era digital memang bikin nambah PR kita-kita. Eh tapi tantanganya agak sama sih. Dulu, kita hanya bergulat di ranah offline. Media berbicara sebagaimana penguasa yang saat itu bertahta. Tantangannya ya gimana menghadirkan informasi terpercaya ketika bersebrangan dengan penguasa. 

Sekarang? Keterampilan bermedia sosial dan memanfaatkan aplikasi gratis dari play store dan sejenisnya bener-bener dituntut agar ga nelen hoax mentah-mentah. Jadilah kita harus tumbuh dan mengasah diri menjadi pribadi yang lebih rajin, cerdas dan bijaksana. Biar apa? Biar ga kemakan tipu muslihat dari oknum-oknum timses ilegal (ini hanya istilah saya saja ya). Ya semisal kaya para buzzer penyebar konten negatif. 

Jadi dulu mah ngelawan pelintiran media mainstream, sekarang mah nambah kudu ngelawan buzzer. Makin pusing lah kita rakyat awam ini yak 😅😆

Tim sukses atau juru kampanye, pastilah akan menjalankan peran sesuai aturan. Namun di era digital, memelintir informasi sangat mudah dilakukan. Sedangkan orang rantau kaya saya, yang tidak paham kondisi real tentunya menggantungkan diri pada berita yang ada, baik di media mainstream ataupun melalui media sosial.

Pertanyaannya, seberapa valid info yang beredar dari media mainstream? Seberapa aktual kah info yang beredar di lingkaran pertemanan media sosial saya?

Nah nah nah ... benerkan kalo kita (saya aja lah mungkin ya) harus cerdas dan bijaksana. Dan satu lagi, tau diri 😅. Jangan terlalu banyak bicara (menulis status) jika tidak terlalu banyak membaca. 

Mengungkapkan pilihan dan preferensi pribadi tentulah tidak dilarang. Namun ketika merasa pilihan kita adalah yang terbaik, disitulah letak masalahnya. Jadi, sekarang saya masuk ke barisan penonton aja deh. Saya memilih menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menjalin silaturahim aja biar meminimalisir nulis yang kira-kira mendatangkan syak prasangka yang bisa berefek pada putusnya silaturahim.

Beda cerita kalo ntar saya jadi timses atau jurkam atau apalah ya di dunia politik. Tentu memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye dan pencerdasan perlu dilakukan. Hehehe

Tapi sampai saat ini, saya masih memilih jadi ibu rumah tangga yang sedang membangun usaha hehehe ... (usaha apa? Rahasia!😂)

Soalnya saya masih suka lieur ngomongin politik mah 😂😂😂

Sebagai penutup
Ya ... layaknya hujan ... kehadirannya akan dinanti tatkala kering ... dan dibenci saat terlalu sering. Hujan politik pun demikian ... disaat kita terlalu sering ngompol (ngobrol politik), ya bete juga. Tapi kalo ga, ya rindu juga. Kalo bukan dengan politik, bagaimana caranya kita bisa mewujudkan tatanan negara Indonesia yang baik, adil, damai dan sentosa? 

Karena politik adalah jalan. Tak ada yang salah dengan nya. Seperti halnya hujan yang menjadi jalan kehidupan. Politik pun menjadi jalan kebaikan jika yang memperjuangkannya adalah orang-orang yang merindu kebaikan.

Jadi ya ... sesekali ngobrol ringan soal politik kaya gini di Blog ini ga papa lah yaaaa ...

Mau kamu di kubu 1 atau 2 ... selagi niat hati untuk kebaikan Indonesia, maka teruslah berjuang! Dengan cara yang baik, elegan, cerdas, dan penuh nilai positif. Agar politik bisa menghasilkan elite politik yang bermartabat. Karena timses dan jurkam nya elite dan bermartabat juga 😊 (aku berasa penasehat gini 😆 ... padahal ga ada yang minta nasehat yak ... ya ga papa lah ... kan ini harapan saya sebagai mamah muda😎)

Demikian saja dari saya yang penuh alfa dan tak tau apa-apa ini. Salam damai untuk Indonesiaku!

Columbus, 2 Desember 2018
28 komentar on "Hujan Politik"
  1. aku sekarang lg dalam fase sebal dan ogah komen ttg politik. krn suka merasa mudhorotnya lbh byk. jd enakan ngobrol skincare aja 😂

    BalasHapus
  2. prokprokprok *standing applouse*
    Saya sepakat sama tulisan mbak Putri di atas. Sekarang tuh kampanyenya memasuki ranah sakit jiwa! Sampe saya pun muwalaaaas buka fesbuk. Isinya saling sindir antara kubu 1 dan kubu 2. Masing2 mempertahankan junjungannya. Sampe masalah agama di bawa2 segala.

    Sedih akutuuuu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Icikiwir horeeeeeeee ... kita kubu 123 sayang mama papa aja ya mba ray 😂😂😅😅😅😅

      Hapus
  3. Wow banget deh kalau urusan politik aku mah gak ngerti teh tapi kalau lihat war di socmed itu asli sedih banget

    BalasHapus
  4. Memang mba kalo bicarain politik sekarang serem, pas kita bela orang yang bersberangan dengan opini orang lain nanti malah dibully, tapi kalau saya mah cuek, mau dia ga suka kek tidak masalah, yang penting gak bicara kasar aja sama saya :)

    BalasHapus
  5. Saya dong, bahkan cuman selfie pakai 2 jari udah dinyinyirin.
    Tapi dasar emang saya malas bahas politik, ya saya pura2 ga tau aja hahaha

    Alhamdulillahnya sih, timeline FB saya bersih meskipun gak kinclong dari politik, setidaknya jarang nemu status yang bikin eneg.

    Tapi emang bener, kalau dulu status pebisnis MLM yang bikin eneg.
    ternyata status politikus lebih eneg lagi hahaha

    BalasHapus
  6. Saya sekarang udah males nulis politik secara terbuka. Karena pengalaman 5 tahun yang lalu, saya curhat pilihan saya, eh malah dapat pesan di inbox fb dari teman dan kakak tingkat, ahahahaa. Keep aja deh sekarang, agar hati damai

    BalasHapus
  7. Saya juga tidak terlalu heboh dengan pilihan politik saya. Saya ingin berteman dengan semua orang seperti mbak, tanpa mengetahui apa pilihan politiknya. Ga asik kan kalau kita ga berteman hanya karena pilihan politik yang berbeda hehehe

    BalasHapus
  8. Sekarang masing2 kubu udah ga peduli lg sama aturan ya kayaknya. Kampanye udah semau mereka aja.

    BalasHapus
  9. Harapan mamah muda ini sangat mulia sekali.. hehe, bicara tentang politik, akupun setuju banget mba bahwa pilih 1 atau 2 ... selagi niat hati untuk kebaikan Indonesia, maka teruslah berjuang! Dengan cara yang baik, elegan, cerdas, dan penuh nilai positif. Agar politik bisa menghasilkan elite politik yang bermartabat! tsahhh merdekaaaa

    BalasHapus
  10. kalau saya cenderung menghindar kalau sudah ada yang mengajak ngobrol tentang pilihan pemilu :D semoga pemilu sekarang pun bisa berjalan damai ya dn terpilih pemimpin yang amanah

    BalasHapus
  11. Ngomongin politik gk akan ada habisnya nih mbk, bedanya yang satu berpengalaman yang satu belum berpengalaman

    BalasHapus
  12. masing-masing kubu mengklaim pilihannya paling baik yaa, Mba. Saya ogah bahas politik di medsos, hanya sesekali tulis status politik di WA story (terutama setelah nonton debat), hehehe :D

    BalasHapus
  13. saya dan suami + mertua beda pilihan politik. Tapi kami gak pernah bahas politik di rumah, cuman tahu sama tahu aja tentang pilihan masing-masing dan saling menghormati :)

    BalasHapus
  14. Gara" dimedsos bertearan politik kuota internet aku jadi irit, karna lebih milih nggak buka" FB atau twitter... Damai

    BalasHapus
  15. Aku jarang banget buka fb mbak, makanay kemarin baru tau kalau ada permintaan pertemanan :)
    Aku menghormati apapun pilihan teman-teman, tapi kayanya aku tipe yang gak akan membuka apa pilihannya.
    Bener banget jadi asa paling bener sendiri semuanya kalau udah pakekeuh2.
    Istilahnya lucu juga ngompol hihihi aku gak pernah ngompol mbak.

    BalasHapus
  16. Hujan Politik...Kusuka analogimu mba..hehe.. Nah, tos dululah..aku juga jadi penonton saja..penonton yg sering kesal karena 'ompol' keseringan muncul..haha...

    BalasHapus
  17. Aku sekarang lebih melek politik tapi gak terang2 ngan juga dukung paslon ABC. Beda pilihan sama orang lain, ya gak papa. Berusaha waras aja sih

    BalasHapus
  18. Aku malah menikmati loh mba.. gak pernah ikutan nyetatus politik, tapi suka ngakak sama meme atau komen-komen netijen di twitter. kalau teman yang hobi hate speech atau hoax sih sudah langsung ku unfollow hehee.

    BalasHapus
  19. Ternyata bukan aku aja yang ngerasa sedikit gerah Ama suasana politik ini... Bismillah aja lah ya insya Allah pemilu kali ini akan berlangsung aman dan damai

    BalasHapus
  20. Sama banget mbaaa, rasanya aduhh bikin gerah ya. Semogayang terpilih bisa membawa Indonesia jadi lebih baik lagi Aamiin

    BalasHapus
  21. Saya pun masih menempatkan pilohan politik sebagai ranah pribadi yang private, masih ingat khan asas luber, makanya saat ada tawaran sebagai buzzer politik, nggak tertarik ikut, karena saat ini masih ingin menempatkan sosmed sebagai sarana silaturahim

    BalasHapus
  22. Hahaha iya terllau banyak diobrolin malah bikin gerah yaaa. Paling gak suka ada yang kampanye A tapi menjelekkan yang B. Mestinya menonjolkan aja kekuatan masing2. Tapi begitulah politik, emang ada yang akan selalu kempen dengan menyerang kelemahan kubu lain. Berharap 17 April segera berlalu aamiin

    BalasHapus
  23. Di FB emang lagi heboh dan panas ya bahas politik, klo ada yg kayak gitu saya malas banget deh. Mending lihat akun Online shop, buat cuci mata, hihihih.
    Toh saat pemilihan nanti gak ada juga tuh yg lihat kita bakalan pilih Paslon mana, jadi mending diam2 aja, kali dapat hihihih. Diam kan emas, kan ya, hihihih

    BalasHapus
  24. Mbak percaya ga kalo bapakku udah terjangkit politik garis keras. Aku siusir dri rumah gara2 beda pilihan presiden

    BalasHapus
  25. Salam damai untuk Indonesia yaa... Beda pilihan sebenarnya tidak masalah. Hanya saja memang sekarang lagi panas2nya suhu politik. Ada juga yang menarik keuntungan dari kekacauan suasana itu soalnya.

    BalasHapus
  26. Aku lagi malas mbak ngomongin politik. Cukup tahu aja pilihanku dan pilihanmu itu apa, ngga perlu dibahas apalagi didebat.

    BalasHapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗