MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Anak adalah Amanah, Untuk Dijaga Bukan Dibangga

Rabu, 12 Desember 2018
Punya anak itu tak sekedar bahagia memiliki anak yang begini begitu sesuai standar manusia. Bahagia liat anak bisa jalan cepet, bahagia punya anak bisa ngomong cerewet, atau bahagia liat anak mandiri pake banget.


Menurut saya punya anak tak sekedar bahas yang bagus-bagus nya aja. Kasih inspirasi cerita baiknya aja. Atau berbagi kisah sukses nya aja. Ibarat pengusaha, mendidik anak pasti memiliki kisah pilu dibalik 'kerennya' perkembangan mereka. 

Ya bisa jadi sejenis kisah gagalnya lah kalo di analogikan ke pengusaha. Jadi judulnya "Kisah haru dibalik suksesnya orang tua si anu dalam mendidik si inu". 😆😅

Disadari atau tidak, kisah sukses nya seseorang dalam bidang apapun pasti memberikan dampak tertentu bagi orang lain. Misal berdampak termotivasi dan kemudian mengikuti, dan bisa jadi berdampak iri dan kemudian merutuki. Tergantung dari berbagai macam faktor X dari seseorang yang menerima informasi kesuksesan tersebut.

Dan saya yang macam mana? Hehehe ...

Once upon a time ...
Duluuuuuu ... saya tipe yang merutuki. Kenapa begini kenapa begitu. Kenapa saya begini dan kenapa ga si dia. Kenapa dia bisa saya ga. Dan berbagai macam rutukan ala emak-emak baru yang galau ilmu dan iman #sekakeringat.

Tulisan saya kali ini merupakan bagian dari renungan saya terhadap beberapa tahun kehidupan saya kebelakang. Anggap saja ini cara saya mendamaikan jiwa yang sedang tak bernyawa dan menetralkan rasa yang sudah hampa.

Entah mungkin saya saja yang seperti ini, yang menolak kisah sukses  sebelum akhirnya saya mendapati kisah perjuangan penuh peluhnya.

Sebut saja bunda Elly Risman. Tokoh yang saya kagumi sampai saat ini. Begitu mantapnya beliau dalam memperjuangkan nilai-nilai yang perlahan mulai melenceng dalam rumah tangga keluarga Indonesia. Sehingga terbersit dalam benak saya bagaimana beliau pribadi menanamkan value itu dalam keluarga beliau.

Saya pun mencoba cari informasinya. Apa yang saya peroleh? Kejujuran dan keterbukaan. 

Beliau tokoh yang secara gentle mengakui kekurangan dan kelemahan yang pernah beliau lakukan dalam mendidik anak-anaknya. Dan beliau juga secara jujur mengemukakan harapan dan doa sebagai wujud pengakuan beliau atau kelemahannya dalam mendidik.

Berbeda dengan tokoh lain yang dulu juga sempat saya kagumi. Sampai sekarang pun saya masih mengagumi perjuangan dan ketangguhan beliau dalam mendidik dan menempa diri sendiri dan keluarganya. Namun saya kurang bisa menerima utuh karena hanya kisah sukses nya saja yang saya dapati. Sedangkan pahit getir dibelakangnya saya tak tau. Jadilah kesannya dia terlalu sempurna untuk kemudian saya ikuti.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Wow! Ini tulisan beberapa tahun silam yang bertengger di rak draft. Mari kita terbitkan pemirsah! Meskipun ini tulisan belum selesai dan saya bingung mau nyeleseiannya kaya gimana 😂😂😂

Kenapa bingung? Soalnya kegalauan saya nya udah lewat ... udah ga jaman galau-galau gegara kisah orang mah wkwkwkwk. Karena hakikatnya hidup kita kan buat Allah ... jadi ya mending pikirin pertanggungjawaban kita kelak dihadapanNya ketimbang mikirin capaian yang ga tercapai terutama dalam mendidik anak. Apalagi sibuk ngebanding-bandingin sama anak orang lain huhuhu. Itu saya banget dulu. Hiks 😔

Memang hal-hal terkait parenting itu rawan pertikaian ya. Sensitifitas gampang terpancing. Ngeliat anak orang udah bisa ini, waaaah langsung iri. Pengen juga kaya gitu. Ngeliat anak orang udah bisa itu, makin aja kaya cacing kepanasan 😅

Ditambah, ternyata perkembangan anak kita tergolong lambat dari anak seusia nya. Makin ajaaaa kebakaran kerudung lah kita (saya sih).  Bukan nya kita evaluasi diri malah sibuk merutuki kekurangan diri tanpa perbaikan berarti.

Ya ya ya ... saya akui. Memang begitulah saya dulu dan sekarang masih belajar. Yang penting saya mau belajar dan mengakui kekurangan. #elusdada

Alhamdulillah, perluasan pergaulan itu memang penting ya bikin kita melek. Jadi kalo melek, in sya allah biasanya minim galau. At least jadi lebih bijak lah ya menyikapi hal-hal kontroversi terutama terkait parenting. Jadi bisa lebih selow 😆

Selama menanam nilai-nilai kebaikan diiringi doa teruntuk anak-anak kita, in sya Allah kelak kita pun akan menuai nilai-nilai baik dari anak-anak kita. In sya Allah. Jadi punya anak itu tak sekedar dibangga kemampuan nya, tapi lebih dijaga tatkala merawat dan mendidiknya karena hakikatnya anak adalah amanah dari Sang Pencipta. 

Buat apa kita berbangga karena Allah lah yang sudah menuliskan semua jalan terbaik untuk anak kita. Apakah saat ini kita diuji dengan kemudahan dalam mendidik dan membesarkannya, atau diuji dengan keterlambatan perkembangan atau lain sebagainya, semuanya adalah garis takdir dariNya. Manusiawi memang jika kita berbesar hati atau sedih dan terpuruk untuk setiap situasi yang kita dapati.

Mengembalikan segala urusan kepada Allah akan menjadi solusi yang berenergi dalam setiap ikhtiar kita.

Semoga kita dikuatkan Allah ta'ala menghadapi segala ujian hidup dari Nya. Aamiin ...


2 komentar on "Anak adalah Amanah, Untuk Dijaga Bukan Dibangga"
  1. Setuju mbak. Karena setiap anak terlahir sempurna. Tidak bisa di samakan dengan anak si anu atau si anu. Kendatipun ada yang kurang dari anak kita, tetapi pasti ada yang mbikin kita tersenyum bangga padanya ;)

    *bisangomongkayakgitukarenanakkujugakayakgitu* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba ... selama ga menyesali atau merutuki takdir hohoho ... trus2 bersyukur sama apa yg ada kl kata demasiv hehehe

      Hapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗