tag:blogger.com,1999:blog-31594601716005500682024-03-13T11:50:42.306+07:00MOM BLOGGERA Journal Of LifeMerisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.comBlogger316125tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-57688327579859371832022-04-07T01:22:00.002+07:002022-04-07T01:23:26.928+07:00Halo 2022!<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="text-align: left;">Assalamu'alaikum blog ku ... Apakabar? Satu tahun lalu terakhir dirimu ku kunjungi dan kuisi secuil ringkasan pikiran dan aktivitasku. Dan barusan diriku baca-baca lagi tulisan tahun 2015, tulisan awal diriku mendirikanmu. Seru ya untuk dikenang. Segabut itu diriku sehingga tak peduli blog ini akan menjadi blog yang masuk ke list temuan orang-orang saat berselancar di google. Sehingga tulisanku ngasal 🤭. Tapi aku suka! Dan hari ini ku akan menulismu dengan cara ku di tahun 2015 lalu hihihi.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZC0ordRZht7DwApQeYTKOUkSe5Q46T1jbs0PZidZd-Xshxm8gh4qs8Nf6iCox0Yo8ZOmPJImp1owz7GIrFx_GZ_LzhVJSGxPoyaQdC9iFz7mF3uvdsIt_4N--2_N9hcovdHjqSYxGru63lJsnjDBjeGi0zZuK7h9UlsncpMW4uV4nB3KaEzVaHKkc/s3296/PXL_20220322_032112316.PORTRAIT~2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3296" data-original-width="2142" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZC0ordRZht7DwApQeYTKOUkSe5Q46T1jbs0PZidZd-Xshxm8gh4qs8Nf6iCox0Yo8ZOmPJImp1owz7GIrFx_GZ_LzhVJSGxPoyaQdC9iFz7mF3uvdsIt_4N--2_N9hcovdHjqSYxGru63lJsnjDBjeGi0zZuK7h9UlsncpMW4uV4nB3KaEzVaHKkc/s320/PXL_20220322_032112316.PORTRAIT~2.jpg" width="208" /></a></div><br /><p></p><p>Waktu berlalu hingga 7 tahun saat ini usiamu. Cukup sulit bagiku menatamu yang mulai tidak memiliki identitas. Namun setelah kuperhatikan dan tatap kembali dirimu, ternyata identitasmu memang blog kehidupan ibu-ibu banget ya 😂. </p><p>Dirimu ibarat cermin ajaib yang bisa memantulkan kehidupanku di masa lalu 😅. Saat membacamu, meski satu persatu memoriku tak lagi utuh atas cerita itu, aku bisa mendapati cerminan diriku dimasa itu. Diri yang memang alhamdulillah tak henti berefleksi dan belajar untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Perubahan diriku memang lambat, tapi aku bahagia karena hingga waktu ku menuliskan tulisan ini, sudah banyak perjalanan hidup yang kulewati dengan segudang hikmah yang Allah beri.</p><p>Karena dirimu adalah blog kehidupan ibu-ibu banget seperti yang aku bilang, agaknya, menuju 10 tahun menjadi ibu akan menjadi waktu yang pas kali ya untuk menuliskan perjalanan peran muliaku ini. Perjalanan Menjadi ibu. Bagaimana menurutmu?</p><p>Meski sulit ternyata memanggil memori lama, namun kucoba untuk menata sedikit demi sedikit potongan memoriku yang tersisa. Paling tidak ku masih mengingat memori penting. Sepertinya ya. Heu 😁</p><p>Mari kita mulai ya!!!</p><p>Oh iya, satu lagi. 2022 ... Semoga menjadi awalan yang baik untuk menapaki lembaran 10 tahun keduaku menjadi ibu ya. Doakan! Tulisan-tulisanku kedepan agap saja semacam masa persiapan lah ya. Agar setelah resmi 10 tahun, tepatnya Juli 2023, diriku bisa menata langkah lebih mantap dan bersiap memasuki babak baru dalam dunia per-ibu-an 😁 dengan lebih baik dari 10 tahun pertamaku. Babak 10 tahun kedua menjadi ibu, bismillah aku dataaaaaang!</p><p>Doain ya tulisan memori 10 tahun pertamaku menjadi ibu lancar untuk kutuliskan. </p><p>Salam, dari ku</p><p><br /></p><p>Untuk kamu, blog ku ❤️</p><p><br /></p><p>Tangerang (kota ketiga, setelah Payakumbuh dan Columbus, tempatku menulismu), 7 April 2022</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-20209849851885943952021-02-21T06:44:00.000+07:002021-02-21T06:44:39.757+07:00Berpikir Akan Homeschooling?<p>Wow! Tidak terasa sudah satu tahun lebih saya menjalani homeschooling (HS) dengan anak-anak. </p><p><br /></p><p>Sepulang dari US bulan September 2019 lalu, saya dan suami berdiskusi panjang lebar tentang pilihan sekolah anak-anak. Hingga akhirnya di awal tahun 2020 kami memantapkan HS setelah mengitari seluruh sekolah yang masuk ke dalam daftar pilihan sekolah yang ingin kami tawarkan ke anak-anak. Namun pilihan akhir tetap HS.</p><p><br /></p><p><a href="http://www.merisaputri.com/2020/05/Ini-yang-harus-diketahui-sebelum-memilih-homeschooling.html" target="_blank"><b><span style="color: #2b00fe;">Baca Juga: Ketika Harus Memilih Homeschooling</span></b></a></p><p><br /></p><p>Tak disangka beberapa bulan setelahnya pandemi masuk Indonesia dan berlakulah sistem pembelajaran daring. Sehingga, pilihan kami untuk HS berasa tidak terlalu berat dalam hal adaptasi dengan lingkungan sekitar semacam menghadapi pertanyaan tetangga kenapa anaknya ga ke sekolah hehehe. </p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MuMPKxCOHqw/YDGbciZygWI/AAAAAAAC068/2R8KQcyhGy08xuNFWNp7Ws4l-7erCWz7gCLcBGAsYHQ/s650/pexels-photo-3662630.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="433" height="400" src="https://1.bp.blogspot.com/-MuMPKxCOHqw/YDGbciZygWI/AAAAAAAC068/2R8KQcyhGy08xuNFWNp7Ws4l-7erCWz7gCLcBGAsYHQ/w266-h400/pexels-photo-3662630.jpeg" width="266" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pexels.com</td></tr></tbody></table><p><br /></p><p>Dalam tulisan saya kali ini, saya akan mencoba menyampaikan apa yang saya rasakan dalam kurun waktu satu tahun ini. Tujuannya agar teman-teman yang tengah memikirkan HS untuk anak-anaknya bisa merenungkan lebih dalam akan pilihan ini.</p><p><br /></p><p>Tentu setiap orang memiliki jalan pikiran yang berbeda, jadi teman-teman silahkan disesuaikan saja ya dengan karakter teman-teman tentang pengalaman saya ini.</p><p><br /></p><p><b>1. Memilih HS = Memilih Lebih Repot</b></p><p>Ketika kita memilih HS mandiri, tidak menggunakan jasa lembaga HS, artinya kita memilih untuk 'repot' memikirkan arah dan tujuan pendidikan anak-anak kita. Biasanya arah dan tujuan ini ditelurkan berbentuk kurikulum. Dan biasanya lagi, jika kita plek ketiplek mengikuti kurikuluman nasional (kurnas) dari pemerintah, akan ada 'drama kumbara' yang terjadi antara ibu dan anak. 😅 Karena target ketercapaian kurnas mendesak orang tua untuk 'memburu' anaknya mampu memenuhinya.</p><p><br /></p><p>Makanya biasanya lagi ya, banyak orang tua HS mandiri akan memilih kurikulum mereka sendiri yang disesuaikan dengan keluarga masing-masing. Jikapun akan menggunakan kurnas, biasanya tidak akan menjadi kurikulum utama melainkan hanya agar mengetahui standar negara untuk mempersiapkan anak melewati ujian sekolah per semester agar bisa menerbitkan rapor. </p><p><br /></p><p>Lho bedanya apa? Jadi kurnas hanya dipake untuk dilihat aja. Sedangkan dalam keseharian tidak menggunakan metode seperti halnya di sekolah melainkan metode lain. Nah biasanya metode lain ini memiliki cara atau komposisi pelajaran yang berbeda dari kurnas, namun biasanya anak tetap bisa menjawab pertanyaan standar negara di ujian sekolah. Meskipun mungkin bisa jadi anak hanya memenuhi syarat menimal ketercapaian.</p><p><br /></p><p>Kerasa ga repot nya? 😂😂😂</p><p><br /></p><p>Jadi intinya, ketika kita memilih HS kitalah yang menjadi otak yang mengarahkan tujuan pendidikan anak-anak kita. Kita yang bisa merasa-rasa kurikulum mana yang cocok dengan karakter kita dan anak-anak kita. Agar apa? Agar proses HS tidak tegang dan penuh drama karena misal anak ga ngerti-ngerti pelajaran yang kita sampaikan.</p><p><br /></p><p>Saat ini sangat banyak praktisi HS yang membagikan inspirasi aktivitas harian mereka dengan anak-anak mereka. Namun harus tetap diingat, sesuaikan dengan karakter kita dan anak-anak kita.</p><p><br /></p><p><b>2. Memilih HS = Memilih Berbeda</b></p><p>Meskipun sangat banyak bermunculan HSer baru (termasuk saya hehehe), memilih HS tetap tergolong jalan hidup yang tidak biasa. Artinya, kita harus siap menerima respon sosial berupa aneka pertanyaan yang mungkin akan mengusik kalbu. Mulai dari respon orang tua kita sendiri, saudara, teman, atau bahkan respon diri kita sendiri. Lho kok bisa?</p><p><br /></p><p>Ya bisa. Karena saat kita memilih HS perjalanan tentu akan menggiring kita pada sebuah pengalaman yang mempengaruhi mental dan pikiran kita. Baik yang datang dari dalam diri kita maupun dari lingkungan sekitar. Contoh, disaat HS, anak-anak menolak untuk belajar. Padahal sudah kita lakukan aneka cara untuk menarik perhatian mereka. Sehingga kondisi ini membuat kita berpikir ulang dan ragu, </p><p>"Duh, kalo kaya gini terus gimana mereka bisa mengikuti kurikulum?"</p><p><br /></p><p><a href="http://www.merisaputri.com/2018/07/Pilihan-pendidikan-untuk-anak-homeschooling-aja-gitu.html" target="_blank"><b><span style="color: #2b00fe;">Baca Juga: Homeschooling Aja Gitu?</span></b></a></p><p><br /></p><p>Kasus ini tentu juga kita temukan pada anak sekolah formal. Perbedaannya, di sekolah formal pembelajaran tetap berjalan tak peduli anak kita mau atau tidak untuk belajar. Sedangkan dalam HS, pembelajaran jadi terhenti.</p><p><br /></p><p>Tapi eits! Jika teman-teman memilih HS, memiliki mata hati yang lebih peka itu penting. Karena kehadiran kita 24/7 membersamai anak-anak ga bisa kita berlakukan sistem yang sama dengan sekolah. Ketika pembelajaran HS terhenti, masih ada pembelajaran lain yang terjadi. Nah di dalam HS, hal ini menjadi sangat berarti untuk membantu kita orang tua lebih jeli melihat kebutuhan anak. Tak hanya sekedar mencapai target kurikulum.</p><p><br /></p><p>Gimana? Mudah-mudahan kerasa ya bedanya 😁😁</p><p><br /></p><p>Intinya, saat kita memilih HS kita yang akan menyelesaikan masalah pendidikan anak-anak kita sendiri. Tidak ada bantuan pihak luar seperti halnya di sekolah formal yang mana kita dibantu sekolah dan guru ketika menghadapi masalah dengan belajar anak.</p><p><br /></p><p>Tentu masih banyak perbedaan yang akan dirasakan seiring berjalannya waktu. Dan perbedaan ini harus kita persiapkan agar tak muncul "duh nanya kesiapa ya, gue lagi bingung nih soal HS anak-anak". Jika pun akan meminta pendapat pihak lain, pastikan untuk penyelesaian masalah bukan untuk mencari dukungan terhadap hipotesis yang sudah kita bentuk hahahaha. Semacam buat mendapat dukungan aja. Sedangkan akar masalahnya ga ditemukan.</p><p><br /></p><p><b>3. Memilih HS = Mau Kreatif</b></p><p>Kreatif disini bukan dalam hal kita yang harus menyiapkan segala rupa kebutuhan pembelajaran. Melainkan kita sebagai orang tua harus kreatif memainkan peran keseharian kita bersama anak-anak untuk kemudian dijadikan pembelajaran. </p><p><br /></p><p>HS sekaligus mengurus urusan rumah tangga sama halnya membawahi dua departemen sekaligus di kantor. Jika kita tidak mampu berkreasi, yang terjadi tentu depresi 🤦🙈 . Sehingga, kreatifitas kita mengatur semuanya dituntut disini, termasuk di dalamnya mengatur emosi. </p><p><br /></p><p>Mengatur jadwal kegiatan kita pribadi sebagai fasilitator HS dan juga kepala bagian domestik rumah tangga juga harus dilakukan. Tidak harus berbentuk jadwal tertulis, yang terpenting segala hal prioritas memang dilaksanakan bukan malah tergantikan dengan aktivitas lain semacam bermain HP atau menonton film hahaha. Pastikan semua berjalan sesuai skala prioritasnya agar kamu ga pusing dan ga ngerasa "duh, HS gue kacau!"</p><p><br /></p><p>Oke deh, kayanya udah dulu tiga poin aja. Semoga bisa memberi sedikit gambaran untuk teman-teman yang akan memilih HS. Apapun pilihannya, tetap jadi diri sendiri ya! Pastikan setiap pilihanmu datang dari sanubarimu. Bukan karena desakan sikon karena pandemi, atau karena terpengaruh sekitar yang berbondong-bondong HS.</p><p><br /></p><p>Oh ya, rekomendasi saya bagi teman-teman yang mau HS, baca buku 55 Gagasan HS nya karya Aar Sumardiono ya. Sama Cinta Yang Berpikir karya Ellen Kristi. Dua buku ini ngebuka pikiran kita banget soal HS.</p><p><br /></p><p>Silahkan komen untuk diskusi ya. Atau boleh email atau main-main ke IG saya. </p><p><br /></p><p><b>Serpong, 21 Februari 2021</b></p><p><br /></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-83593480846150120442021-02-19T06:53:00.005+07:002021-02-19T06:53:57.344+07:00Dakwah Digital dan Etika Dalam Menggunakan Media SosialApa yang terbersit di pikiran teman-teman jika mendengar kata dakwah? Mungkin ada yang teringat dengan para ustadz, alim ulama atau khatib pada saat khutbah Jum'at.<div><br /></div><div>Hakikatnya, setiap muslim yang mengaku beriman pasti mengetahui betul apa itu dakwah. Karena dakwah merupakan aplikasi dari peran kita sebagai khalifah yang di amanahkah Allah kepada kita.</div><div><br /></div><div>Sebelum kita membicarakan tentang dakwah digital, ada baiknya kita melihat pengertian dari dakwah itu sendiri yang terdapat di dalam Al-Quranul karim.</div><div><br /></div><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://lh3.googleusercontent.com/-AnBtgvKQ8PI/YC799FqOtsI/AAAAAAAC0r4/CDwsnY-xuIYtOYE4bhiiJoakWlnhlH4-ACLcBGAsYHQ/image.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" data-original-height="333" data-original-width="500" height="213" src="https://lh3.googleusercontent.com/-AnBtgvKQ8PI/YC799FqOtsI/AAAAAAAC0r4/CDwsnY-xuIYtOYE4bhiiJoakWlnhlH4-ACLcBGAsYHQ/image.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Pexels.com</td></tr></tbody></table><br /><br /></div><div><b>Di dalam Al-Qur'an makna dakwah memiliki arti sebagai berikut:</b></div><div><b><br /></b></div><div><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Pertama</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, at-thalabu </em>(اَلطَّلَبُ)<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, </em>meminta, menuntut, atau mengharapkan. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">لَا <u style="box-sizing: inherit;">تَدْعُوا</u> الْيَوْمَ ثُبُورًا وَاحِدًا وَادْعُوا ثُبُورًا كَثِيرًا</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(Akan dikatakan kepada mereka): “Jangan kamu sekalian <u style="box-sizing: inherit;">mengharapkan</u> satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak”</em> (QS. Al-Furqan, 25:14)<span id="more-4260" style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Kedua</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, an-Nida </em>(اَلنِّدَاءُ), menyeru atau memanggil. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">وَيَوْمَ يَقُولُ <u style="box-sizing: inherit;">نَادُوا</u> شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: ‘<u style="box-sizing: inherit;">Serulah</u> olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu’. Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).”</em> (QS. Al-Kahfi, 18:52)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Ketiga</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, as-Su-alu </em>(اَلسُّؤَالَ), bertanya, memohon, atau meminta. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">قَالُوا <u style="box-sizing: inherit;">ادْعُ</u> لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Mereka berkata: ‘<u style="box-sizing: inherit;">Mohonkanlah</u> kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya’. Musa menjawab: ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya’” </em>(QS. Al-Baqarah, 2:69)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Keempat</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, al-hatsa wat tahridhu ‘ala fi’lis syai’ </em>(اَلْحَثُّ وَالتَّحْرِيْضُ عَلَى فِعْلِ شَيْءٍ), mendorong untuk melakukan sesuatu. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">وَيَا قَوْمِ مَا لِي <u style="box-sizing: inherit;">أَدْعُوكُمْ</u> إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku <u style="box-sizing: inherit;">menyeru kamu</u> kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?”</em> (QS. Al-Mu’min, 40:41)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Kelima</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, al-Istighatsatu </em>(اِلاِسْتِغَاثَةُ), meminta pertolongan. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ ت<u style="box-sizing: inherit;">َدْعُونَ</u> إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Katakanlah: ‘Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah <u style="box-sizing: inherit;">kamu menyeru</u> (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!’” </em>(QS. Al-An’am, 6:40)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Keenam</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, al-Amru </em>(اَلأَمْرُ), memerintahkan. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۙ وَالرَّسُولُ <u style="box-sizing: inherit;">يَدْعُوكُمْ</u> لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَاقَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul <u style="box-sizing: inherit;">menyeru kamu</u> supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” </em>(QS. Al-Hadid, 57:8)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>Ketujuh</b></em><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">, ad-du’a </em>(اَلدُّعَاءُ), doa. Makna seperti ini disebutkan dalam ayat:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><u style="box-sizing: inherit;">ادْعُوا</u> رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“<u style="box-sizing: inherit;">Berdoalah</u> kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”</em> (QS. Al-A’raf, 7:55)</p></div><div><br /></div><div><br /></div><div><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: 700; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Makna Dakwah Secara Istilah</span></p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dakwah adalah:</p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">دَعْوَةُ النَّاسِ إِلَى اللهِ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ حَتَّى يَكْفُرُوْا بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَ يَخْرُجُوْا مِنْ ظُلُمَاتِ الْجَاهِلِيَّةِ إِلَى نُوْرِ الإِسْلاَمِ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Menyeru manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah serta keluar dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam.”</em></p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Definisi dakwah di atas disandarkan kepada tiga ayat berikut ini:</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b>1. An-Nahl: 125</b></p><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”</em> (QS. An-Nahl, 16: 125)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">bil-hikmah wal mauidhatil hasanah</em> (dengan hikmah dan pelajaran yang baik) dalam QS. An-Nahl ayat 125.</b></p><ol style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 1.6em 3em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan cara bijakasana yang telah Allah wahyukan kepadamu di dalam al-qur’an dan -sunnah. Dan bicaralah kepada manusia dengan metode yang sesuai dengan mereka, dan nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong mereka menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Muyassar, </em>Kementrian Agama Saudi Arabia).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek dakwah, pemahaman dan ketundukannya, melalui nasihat yang mengandung motivasi dan peringatan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Mukhtashar, </em>Markaz Tafsir Riyadh).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan ucapan yang benar dan mengandung hikmah. Pendapat lain mengatakan, yakni dengan bukti-bukti yang menimbulkan keyakinan. <em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wal mauidhatil hasanah, </em>yakni ucapan yang baik dan indah bagi pendengarnya yang meresap ke dalam hati sehingga dapat meyakinkannya dan menjadikannya mau untuk mengamalkannya (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, </em>Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan perkataan yang penuh hikmah yang menjelaskan tentang kebenaran, yaitu dengan dalil nyata dan tidak samar, dengan pelajaran yang bermanfaat serta ucapan yang baik dan lemah lembut tanpa menyakiti. (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Wajiz, </em>Syaikh Wahbah Az-Zuhaili).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan Al-Qur’an dan perkataan yang bijak dan benar, berdasarkan dalil yang menjelaskan kebenaran. <em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wal mauidhatil hasanah, </em>yaitu pelajaran-pelajaran dari Al-Qur’an, dan perkataan lembut dan baik (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Aisarut Tafsir, </em>Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hikmah artinya tepat sasaran; yakni dengan memposisikan sesuatu pada tempatnya. Termasuk ke dalam hikmah adalah berdakwah dengan ilmu, berdakwah dengan mendahulukan yang terpenting, berdakwah memperhatikan keadaan mad’u (orang yang didakwahi), berbicara sesuai tingkat pemahaman dan kemampuan mereka, berdakwah dengan kata-kata yang mudah dipahami mereka, berdakwah dengan membuat permisalan, berdakwah dengan lembut dan halus. Adapula yang menafsirkan hikmah di sini dengan Al Qur’an. <em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wal mauidhatil hasanah, </em>yakni nasehat yang baik dan perkataan yang menyentuh. Termasuk pula memerintah dan melarang dengan targhib (dorongan) dan tarhib (menakut-nakuti). Misanya menerangkan maslahat dan pahala dari mengerjakan perintah dan menerangkan madharrat dan azab apabila mengerjakan larangan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an</em>, Marwan Hadidi bin Musa).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dengan hikmah, yaitu tegas, benar, serta bijak, dan dengan pengajaran yang baik (Tafsir Ringkas, Kementrian Agama RI).</li></ol><div><span style="color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif;"><b>2. Al-Baqarah: 256</b></span></div><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”</em> (QS. Al-Baqarah, 2: 256)</p><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Yakfuru bi-thaghuti wa yu’min billah </em>dalam QS. Al-Baqarah ayat 256.</p><ol style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 1.6em 3em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kafir pada semua sesembahan selain Allah dan beriman kepada Allah (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Muyassar</em>, Kementrian Agama Saudi Arabia)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ingkar kepada segala sesuatu yang disembah selain Allah dan berlepas diri darinya, kemudian beriman kepada Allah semata (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Mukhtashar</em>, Markaz Tafsir Riyadh).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mengingkari thaghut yakni dukun, syaithan, berhala, dan seluruh pemimpin kesesatan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir</em>, Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Kafir kepada taghut yaitu segala hal yang meniadakan keimanan kepada Allah dari kesyirikan dan lainya (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir As-Sa’di</em>, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ingkar kepada thagut, yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan selain Allah, dan beriman kepada Allah (Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI)</li></ol><div><span style="color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif;">3. Al-Baqarah: 257</span></div><h3 style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; clear: both; color: #5e5e5e; font-family: Karla, sans-serif; font-size: 2rem; font-weight: 400; margin: 0.8em 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ</h3><p style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px 0px 1.6em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”</em> (QS. Al-Baqarah, 2: 257)</p></div><div><em style="border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: inherit; font-size: 16px; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">yukhrijunahum minan nuri iladz dzulumat </em><span style="background-color: white; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px;">dalam QS. Al-Baqarah ayat 257.</span></div><div><ol style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: inherit; color: #5e5e5e; font-family: Roboto, Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 1.6em 3em; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kekafiran menuju cahaya iman (Tafsir Muyassar, Kementrian Agama Saudi Arabia)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dia membimbing, menolong dan mengeluarkan mereka dari gelapnya kekafiran dan kebodohan menuju terangnya iman dan ilmu (Tafsir Al-Mukhtashar, Markaz Tafsir Riyadh)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dia mengeluarkan mereka dari gelapnya kekufuran, kebingungan dan kebodohan menuju cahaya hidayah, keimanan dan ilmu pengetahuan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Al-Wajiz</em>, Syaikh Wahbah Az-Zuhaili).</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan kejahilan, kekufuran, kemaksiatan, kelalaian, kepada ketaatan, dan penerimaan yang total terhadap RabbNya, dan Allah menerangi hati mereka dengan apa yang dipancarkaNya ke dalamnya dari cahaya wahyu dan keimanan, memudahkan mereka kepada kemudahan, dan menjauhkan mereka dari perkara yang sulit (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir As-Sa’di</em>, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di)</li><li style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-style: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dia memelihara, mengangkat derajat, dan menolong mereka. Salah satu bentuk pertolongan-Nya adalah dia selalu terus menerus mengeluarkan dan menyelamatkan mereka dari kegelapan kekufuran, kemunafikan, keraguan, dorongan mengikuti setan, dan hawa nafsu, kepada cahaya keimanan dan kebenaran. Cahaya iman apabila telah meresap ke dalam kalbu seseorang akan menerangi jalannya, dan dengannya ia akan mampu menangkal kegelapan dan menjangkau sekian banyak hakikat dalam kehidupan (<em style="border: 0px; box-sizing: inherit; font-family: inherit; font-weight: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tafsir Ringkas, </em>Kementrian Agama RI).</li></ol></div><div>Di dalam dakwah, ada istilahnya tsawabit dan mutaghoyyiron. Tsawabit maksudnya hal-hal prinsip yang terdapat dalam dakwah yang sifatnya tetap dan tidak bisa berubah. Yaitu esensi dari dakwah itu sendiri yang terdapat dalam surat At-Taubat ayat 71.</div><div><br /></div><div><p class="arabic" style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; direction: rtl; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 35px; line-height: 1.61; margin: 0px 0px 25px; outline: none 0px; padding: 0px; text-align: right; text-size-adjust: 100%;">وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيْعُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗاُولٰۤىِٕكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ</p><p class="terjemahan" style="background: none 0px 0px repeat scroll rgb(255, 255, 255); border: 0px none; box-sizing: border-box; font-family: "Noto Sans", sans-serif; font-size: 14px; line-height: 1.61; margin: 0px 0px 25px; outline: none 0px; padding: 0px; text-size-adjust: 100%;">Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.</p></div><div>Sedangkan mutaghayyiron adalah hal-hal yang sifatnya fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman, salah satunnya wasilah dakwah itu sendiri. Yaitu media atau sarana yang digunakan para pendakwah dalam menyampaikan pesan dakwah itu sendiri. Dan saat ini pemanfaatan kemajuan teknologi atau dunia digital dalam dakwah menjadi fenomena yang bisa kita rasakan sendiri sehingga munculah istilah dakwah digital.</div><div><br /></div><div>Kemudahan yang ditawarkan dunia digital dalam berinteraksi dan menyampaikan pesan tentu mempermudah kita dalam berdakwah. Pemanfaatan media sosial misalnya, sebut saja Facebook, Instagram, Youtube bahkwan aplikasi semacam TikTok pun bisa kita manfaatkan untuk sarana dakwah. Selain itu aplikasi personal seperti Whatsapp, telegram, signal, Line dan masih banyak lagi yang memungkinkan kita berkomunitas dan menjadikannya pelulang dakwah kita.</div><div><br /></div><div>Namun, dibalik kemudahan yang ditawarkan dunia digital untuk dakwah digital kita, ada tantangan tersendiri yang jika tidak kita perhatikan dengan baik bisa menjadi mata pisau yang siap membahayakan dakwah kita sendiri. Apakah itu? Yaitu etika dalam berdakwah.</div><div><br /></div><div>Sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari dimana Islam sudah mengatur sedemikian rupa adab atau etika seorang Muslim mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, bermedia sosial tentu termasuk ke dalam keseharian yang harus kita perhatikan adab dan etikanya. Namun tak jarang banyak individu yang mendikotomikan kehidupan maya ini sehingga terdapat perbedaan sikap dalam dunia maya dan dunia nyata mereka. Dan tentu fenomena ini kita lihat atau rasakan sendiri.</div><div><br /></div><div>Dalam dakwah digital, pemanfaatan media sosial baik secara eksplisit ataupun implisit sebagai sarana dakwah harus memperhatikan etika berikut:</div><div><br /></div><div><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">1.Muraqabah</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Etika pertama yakni merasa selalu diawasi oleh Allah. Apapun yang kita posting, termasuk niat dibalik postingan tersebut, sadarilah selalu bahwa semua itu diketahui oleh Sang Maha Tahu. Dengan selalu merasa diawasi Allah, maka pastilah kita takut melanggar batasan-batasan agama dalam memanfaatkan medsos.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 54).</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">2.Hisab</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Ingatlah selalu bahwa ada hisab atau perhitungan atas setiap apa yang kita lakukan, meski seberat dzarrah. Setiap kalimat, foto, video yang kita unggah, akan dipertanyakan kelak di akhirat. Allah berfirman, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat Dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar Dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8).</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">3.Istifadah</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Yakni menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya. Jika media sosial bermanfaat bagi kehidupan kita, maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya. Namun jika medsos justru membawa lebih banyak kerugian daripada manfaatnya, maka etika seorang muslim pastilah menghentikan aktivitas tersebut.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Rasulullah bersabda, “Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At Tirmidzi).</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">4.Bertanggung jawab</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Menggunakan medsos berarti kita bertanggung jawab atas semua yang diposting ke publik, termasuk saat follow, share, Iike, retweet, repost, comment dan lain sebagainya. Seorang muslim beretika baik akan berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu atau menanggapi sesuatu. “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">5.Menjaga batasan pergaulan</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita. Meski tidak bertatapan langsung, medsos mampu membawa jerat-jerat penyakit hati di setiap interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram dan yang tak ada keperluan penting dengannya.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">6.Memperhatikan pertemanan</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Berteman di medsos mestilah mempertimbangkan kebaikan dengan timbangan ilmu syar’i. Jangan Bermudah-mudahan mengikuti status seseorang yang tak jelas kebaikannya. Ibnu Mas’ud pernah memberikan nasihat, “Jika engkau sekedar menjadi pengikut kebaikan, maka itu lebih baik daripada engkau menjadi panutan dalam kejelekan.” (Kitab Al Ibanah).</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">7.Wasilah</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Etika muslim berikutnya yakni menjadikan medsos sebagai penghantar atau sarana atau wasilah kepada kebaikan. Artinya, manfaatkanlah medsos untuk menebar kebaikan. Sebagai contoh, memposting ayat-ayat Al-Qur’an, hadits, kata mutiara para shahabat Rasulullah, permasalahan agama dan lain sebagainya.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">8.Tidak lalai</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Inilah yang sering luput jika sudah asyik bermain medsos. Kita mudah terlalaikan hingga waktu yang berhaga terbuang begitu saja.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">9.Mengumpulkan kebaikan</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Etika muslim dalam bermedia sosial dengan menjadikannya sebagai sarana pengumpul ilmu dan kebaikan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memberi teladan dalam agama ini suatu kebaikan, maka baginya pahala setiap orang yang mengamalkannya hingga hari Kiamat tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><strong style="box-sizing: border-box;">10.Ikhlas</strong></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan muslimin saat bermedia sosial. Termasuk didalamnya agar tidak memposting sesuatu dengan maksud ria. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mampu merahasiakan amal salehnya, maka hendaknya ia lakukan.” (HR. Al Khatib)</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Ibnu Rajab pernah berkata, “Tidaklah seseorang yang ingin dilihat itu mencari perhatian makhluk. Akan tetapi mereka melakukannya akibat kejahilan (kebodohan) diri akan keagungan Sang Khalik.”</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;">Dengan melaksanakan 10 etika ini, maka media sosial yang sejatinya berbahaya dapat menjadi sebuah anugerah bagi manusia. Kemajuan teknologi tentu bersifat memudahkan kehidupan manusia. Namun kemajuan tersebut harus dibarengi dengan ilmu syar’i dan akhlakul karimah. Mari beretika muslim saat memanfaatkan media sosial.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 18px; margin: 0px 0px 24px;"><em style="box-sizing: border-box;">Sumber: “10 Tips Seputar Gadget Sesuai Syariat”; buletin Syiar Tauhid edisi 09.</em></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; margin: 0px 0px 24px;"><span style="box-sizing: border-box; font-size: 18px;"><span style="color: #333333; font-family: muliregular, Helvetica, Arial, sans-serif;"><i>https://muslimahdaily.com/khazanah/muslim-digest/item/978-10-etika-bermedia-sosial-dalam-islam.html</i></span></span></p></div><div>Lalu seperti apakah pemanfaatan media sosial untuk dakwah bagi masing-masing kita?</div><div><br /></div><div>Mari kita lihat aneka geliat dakwah digital yang menyorot perhatian publik tentang penyebaran dakwah Islam di Indonesia.</div><div><br /></div><div>1. Aneka Kajian Online</div><div>2. Komunitas Barisan Bangun Negeri</div><div>3. Komunitas Musawarah</div><div>4. Komunitas Pemuda Hijrah</div><div><br /></div><div>Setelah melihat geliat dakwah digital di atas, dakwah seperti apa yang bisa kita lakukan di era digital ini?</div><div>Akankah dakwah digital termanfaatkan dengan baik bagi perkembangan dakwah?</div><div>Seperti apa dakwah di masa depan?</div><div><br /></div><div>Kita tidak bisa menutup mata dari perkembangan zaman. Pilihannya, akankan kita manfaatkan untuk kebaikan atau membiarkannya diwarnai aneka keburukan?</div><div><br /></div><div>Mungkin kedepan kita bisa bahas tantangan dakwah di era digital kali ya ...</div><div><br /></div><div><b>Serpong, 19 Februari 2021</b></div><div><br /></div><div>Dibuat sebagai tugas pribadi di kelompok mengaji.</div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-23378339919603174232021-02-16T07:35:00.003+07:002021-02-16T07:46:53.257+07:00Kenapa Anakku Belum Bicara Ya?<p>"Tenang aja, nanti bisa ngomong sendiri kok!"</p><p>"Ah jangan khawatir berlebihan, anaknya kan belum dua tahun!"</p><p>Berbagai tanggapan senada, dulu hadir dalam benak saya ketika Zaid dan Ziad berusia 18 bulan. Saya menyadari bahwa anak kembar saya belum terlihat perkembangan bahasanya. Namun saya juga menepis kemungkinan anak saya mengalami keterlambatan bicara dengan berlindung dalam alibi "mereka kan lahir prematur".</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-wiaCUPdPAhc/YCsSxrE9B-I/AAAAAAAC0RM/b4oGZhEQ56MI5FdmtqcfVzbi3g7P0EezwCLcBGAsYHQ/s1000/pexels-photo-1096352.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="670" data-original-width="1000" height="268" src="https://1.bp.blogspot.com/-wiaCUPdPAhc/YCsSxrE9B-I/AAAAAAAC0RM/b4oGZhEQ56MI5FdmtqcfVzbi3g7P0EezwCLcBGAsYHQ/w400-h268/pexels-photo-1096352.jpeg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Pexel.com</td></tr></tbody></table><p><br /></p><p>Alhasil, usia 2.5 tahun si kembar benar-benar belum memproduksi kata bermakna melainkan kurang dari 10 kata. Belum ada kalimat sederhana. Dan dengan pengucapan yang tidak betul. </p><p>Pengalaman keterlambatan bicara si kembar ini sudah pernah saya tuliskan <a href="http://www.merisaputri.com/2015/12/speech-delay-my-experience.html" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;">disini</span></a> dan <a href="http://www.merisaputri.com/2016/01/terapi-wicara-perlukah.html" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;">disini</span></a>.</p><p><br /></p><p>Nah pada tulisan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saya membersamai Zaid dan Ziad dan juga Zaynab dalam memantau perkembangan verbal mereka ini.</p><p><br /></p><p>Sebelumnya, teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang perkembangan Zaynab <a href="http://www.merisaputri.com/2020/05/Milestone-anak-usia-delapan-belas-bulan.html" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;">disini</span></a>.</p><p><br /></p><p>Ada sebuah kesamaan yang saya lihat dari perkembangan Zaid Ziad dan Zaynab, yaitu diusia 18 bulan perkembangan verbal mereka mengalami kemunduran.</p><p><br /></p><p><b>Flashback Dikit</b></p><p>Merencanakan hamil kedua tentu saya tidak mau mengulang kesalahan yang sama, salah satunya dalam perkembangan verbal anak. Sehingga, sejak dari dalam kandungan saya melakukan upaya lebih agar Zaynab bisa memiliki kemampuan verbal yang normal.</p><p><br /></p><p>Diawal kelahiran, Zaynab pun selalu saya ajak komunikasi aktif hingga tahapan verbalnya terlihat berjalan lancar. Namun diusia 4 bulan Zaynab silent 😰. Alhamdulillah karena cepat saya sadari, diusia 5 bulan Zaynab mulai bersuara lagi sebagaimana mestinya.</p><p><br /></p><p>Tidak ada hal yang spesial dari perkembangan bahasa Zaynab melainkan nyaris seperti perkembangan abang-abangnya. Dan untuk Zaynab, ga ada alibi prematuritas lagi. Alibi eczema? Lha anaknya Retno Hening ngomongnya lancar banget gitu dua-duanya. Sehingga, dari pengalaman Zaynab inilah saya benar-benar mengakui (seikhlas-ikhlasnya) bahwa dulu itu, Zaid dan Ziad telat bicara karena saya, tidak memiliki hubungan erat dengan mereka.</p><p><br /></p><p>Kembali ke Masa Sekarang</p><p>Alhamdulillah Zaynab tanggal 28 Februari nanti berusia 28 bulan. Perkembangannya masya Allah. Dan Zaid Ziad berusia 7 tahun 7 bulan. Perkembangan mereka juga masya Allah walhamdulillah.</p><p><br /></p><p><a href="http://www.merisaputri.com/2017/01/speech-delay-1-tahun-yang-lalu.html" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;"><b>Baca Juga: Kilas Balik Satu Tahun </b></span></a></p><p><br /></p><p>Saya yakin, teman-teman yang saat ini sedang membaca tulisan ini sudah membaca beraneka ragam teori perkembangan bahasa anak. Mulai dari faktor-faktornya hingga cara mengatasinya. Saya pun begitu. Tapi jika teman-teman merasakan hal yang sama dengan saya, yaitu semacam keputusasaan kenapa anak-anak ngomongnya belum aja sesuai harapan. Sini saya bisikin sesuatu ... </p><p><br /></p><p></p><blockquote><em style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: -apple-system, ".SFNSText-Regular", "San Francisco", Roboto, "Segoe UI", "Helvetica Neue", "Lucida Grande", sans-serif; font-size: 15px;">Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepadamu</em></blockquote><p></p><p><br /></p><p>Syukuri setiap respon anak. Syukuri setiap satu bunyi yang keluar dari mulut anak. Syukuri setiap sabar yang Allah berikan saat membersamai anak dengan segala kerumitan dalam memahami mereka. Syukuri ... Syukuri ... Syukuri ... (Bukan brand susu kurma ya genks 😂)</p><p><br /></p><p><a href="http://www.merisaputri.com/2016/08/copas-tips-mengatasi-anak-terlambat.html" target="_blank"><span style="color: #2b00fe;"><b>Baca juga: Agar Anak Tak Speech Delay</b></span></a></p><p><br /></p><p><b>Sedikit Berbagi Pengalaman</b></p><p>Saya pikir, Zaynab akan bisa ngomong lebih cepat. Sepulang ke Indonesia, bertemu dengan anak tetangga yang sudah ngomong jelas padahal satu bulan kelahiran dengan Zaynab, bikin saya terpacu* </p><p><br /></p><p>*Keder, baper, dan sejenisnya 😂</p><p><br /></p><p>Ditambah saya semacam dejavu ke jaman ZaZi dimana ibu Suri (emak aye) mulai warning dan ya gitulah ya ... Meski untuk Zaynab ibu Suri masih yang kaya gini, "Bentar lagi Zaynab bisa tu ngomong". </p><p><br /></p><p>Tiga bulan lamanya saya di rumah orang tua saya, sejak Zaynab usia 11 bulan hingga 14 bulan. Dan ibu Suri tak melihat gelagat kemajuan dari Zaynab, dan doi mulai worry. Saya? Hanya mencoba lebih komunikatif dengan Zaynab. Saya mencoba menahan diri dari luapan emosi seperti masa ZaZi dulu. Yang mana, ketika ibu saya menyampaikan kekhawatirannya, saya merasa tertekan dan berdampak pada stabilitas emosi ke anak-anak. 😰</p><p><br /></p><p>Alhamdulillah, dejavu ga terulang. Allah masih kasih saya ijin untuk bisa lebih bersabar dan membuka mata saya untuk segala hal. Dan, saya juga ga terlalu lama di rumah ibu saya sih wkwkwkwk. Setelah di Bandung, kehidupan mulai terasa mandiri tanpa intervensi hihihi. Meski hati masih worry, Zaynab udah 18 bulan tapi kok kosakata ga nambah malah berkurang 😭😭😭.</p><p><br /></p><p>Disini saya menyadari, "Put! Berhenti mencari kambing hitam!" Zaman ZaZi, selain alibi prematuritas saya juga mengkambing hitamkan ibu saya yang saat itu menurut saya memiliki intervensi negatif pada saya. Astaghfirullah maapin ayeee maaak. Ternyata, meski tak ada intervensi lagi, anak aye tetep aja macam telat ngomong lagi.</p><p><br /></p><p>Buru-buru saya perbaiki niat. Kemudian ganti kacamata. Yang tadinya saya pake kacamata buat liat anak orang, saya ganti pake kacamata buat ngeliat anak sendiri. Hehehe. Saya mulai melakukan intesintas komunikasi yang baik dengan Zaynab seperti masa terapinya ZaZi. Tidak ada kata isyarat, tidak boleh pake rengekan, dan tentu Uminya juga ga boleh labil.</p><p><br /></p><p>18, 19, dan alhamdulillah ... Usia 20 bulan mulai terlihat perkembangan bahasa Zaynab yang sangat pesat. Yang bikin saya gini, "oooh ini yang orang bilang anak bisa ngomong sendiri tu, yang kaya gini toooh". </p><p><br /></p><p>Iya anak bisa ngomong sendiri dan melejit. Tapi dengan upaya dari emaknya. Khusus buat emak-emak macam saya, yang polos ga jelas, plis ya. Tanggapan-tanggapan motipasi dari sekitar jangan polos banget dimaknainya 😂. Entahlah, saya kadang memang polos entah b**o 🙈🙈.</p><p><br /></p><p>Intinya adalah, membersamai anak itu harus dengan kesadaran penuh bahwa anak kita itu unik. Boleh liat anak orang lain, tapi untuk dipelajari hal baik dari mereka. Bukan untuk melihat perkembangan anaknya dan parahnya untuk kita bandingkan dengan anak-anak kita. </p><p><br /></p><p>Sejujurnya, Zaid dan Ziad untuk anak seusia mereka, perkembangan bahasa mereka masih belum terlalu baik jika saya bandingkan dengan anak seusia mereka. Tapi sangat cukup baik jika dilihat dari proses yang mereka lalui alhamdulillah.</p><p><br /></p><p>So teman-teman, selain mempelajari aneka teori, melihat anak kita dengan dekat, menjalin hubungan yang baik dan komunikasi yang lancar adalah kunci. Saya ga heran Retno Hening anaknya kaya gitu, karena emang dia sadar banget saat jadi ibu. Sedangkan saya, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadari diri bahwa saya adalah seorang ibu. </p><p><br /></p><p>Jangan berkecil hati dengan apa yang ga sempurna di mata kita ini. Karena sesungguhnya itu wujud kasih sayang Allah kepada kita. Dan setiap orang pasti beda-beda treatment nya 🤭🤭. Semoga ada manfaatnya. Terimakasih sudah membaca ❤️❤️❤️</p><p><br /></p><p><b>Serpong, 16 Februari 2021</b></p><p><br /></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-44163476200391631172020-12-12T22:37:00.001+07:002020-12-12T22:37:14.726+07:00Akhir Tahun Penuh Agenda<p>Benar kata orang bahwa waktu akhir-akhir ini cepat berlalu. Rencananya saya akan menyetorkan tulisan terakhir saya untuk setoran minggu lalu di komunitas 1m1c. Dan saya lupa. Padahal feeling udah ga bagus. Kayanya udah bolos banyak. Dan inget-inget lagi barusan banget. Langsung cek status di web member dan yey, 5 bolos berturut-turut yang artinya kalo ga setor minggu ini minggu depan bakal terdepak (lagi) ogut😌😌.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Ror9J2RsR4g/X9TjkAIqMeI/AAAAAAACrZM/xFPnXOzq5fMkWP1ERCNHJUi2xB1dlgO4wCLcBGAsYHQ/s2048/pexels-pixabay-210182.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1259" data-original-width="2048" src="https://1.bp.blogspot.com/-Ror9J2RsR4g/X9TjkAIqMeI/AAAAAAACrZM/xFPnXOzq5fMkWP1ERCNHJUi2xB1dlgO4wCLcBGAsYHQ/s320/pexels-pixabay-210182.jpg" width="320" /></a></div><p><br /></p><p>Akhir-akhir ini ngeblog memang bukan lagi menjadi agenda utama yang harus saya selesaikan seperti halnya dulu. Dulu, untuk menuliskan satu jenis tulisan saja, saya bisa seharian ngulik tulisan. Tak jarang pekerjaan domestik saya kesampingkan. Maklum, kemampuan menulis ini memang belumlah 'like a pro'. Menulis sebagai bagian dari hobi pelepas penat (dulunya) saat ini kalah saing dengan aktivitas-aktivitas baru saya yang menyedot dan menyita tenaga.</p><p><br /></p><p>Bisa saja saya meluangkan waktu khusus untuk konten 1 tulisan dalam 1 minggu. Tapi memang prioritas ga bisa bohong. Sejak pindah ke Tangerang, kelalaian saya mengerjakan pekerjaan domestik bakal berdampak langsung pada keuangan keluarga. Ga hanya karena ga masak lalu misal jadi nge Go-Food. Ga nyuci baju juga jadi boros berlipat ganda karena pasti jadi nge-Laundry.</p><p><br /></p><p>Rumah sewaan yang kami tempati ini memang ga ada instalator mesin cuci. Rumahnya murni bawaan perumahan. Jadilah mesin cuci hanya bisa saya siasati agar bisa berfungsi pengeringnya. Sedangkan mencuci dan membilas, saya lakukan secara manual.</p><p><br /></p><p>Tidak hanya mencuci, kebiasaan saya yang selama di US ga pernah nyetrika baju lalu disambut Corona sehingga suami ga perlu pake baju rapi (karena memang kerjaannya waktu itu belum jelas juga😅) tiba-tiba berubah drastis. Suami yang rutin kerja kantoran otomatis menuntut saya harus rutin nyetrika baju-baju kantornya. </p><p><br /></p><p>Selain perubahan pada pekerjaan domestik rumah tangga, prioritas aktivitas yang harus saya selesaikan berubah semenjak kehadiran si bungsu. Tidak mau mengulang kesalahan yang sama saat membesarkan kakak kembarnya, saya memang bertekad membatasi waktu bergawai. Alhasil, blog jarang banget kepegang 😁.</p><p><br /></p><p>Memasuki tahun 2020 disaat si bungsu mulai bisa main sendiri dan main dengan abang kembarnya, anak-anak sekolahnya di rumah. Bukan karena pandemi tapi karena mereka milih untuk homeschooling. Jadilah fokus saya makin jauh dari ngeblog. Mempelajari hal-hal terkait homeschooling dan juga persiapan cimelekete homeschooling makin menyita waktu saya. </p><p><br /></p><p>Banyak hal yang hendak saya bagikan melalui blog seperti misalnya hal-hal terkait homeschooling. Sayang, tulisan saya mandeg di draft karena pikiran terkuras pada aktivitas pemberdayaan diri saya sebagi orang tua homeschooler. Mulai dari workshop sana sini dan juga kegiatan belajar bersama komunitas homeschooler.</p><p><br /></p><p>Lucunya, disaat aktivitas mulai padat seperti ini, saya memutuskan untuk membuka kembalu usaha jasa titip barang yang dulu pernah saya lakukan. Tepatnya pada tahun 2019. Bisnis tinggi resiko ini tentu ga main-main saya lakukan. Alhasil? Sudah bisa ditebak otak saya makin ga mikirin blog 🙄.</p><p><br /></p><p>Tapi, kehadiran komunitas 1m1c sungguh sudah menjadi bagian dari 'kebutuhan' saya. Suatu saat saya akan dan harus kembali menempa diri melalui menulis. Sehingga malam ini saya sempatkan menulis untuk disetorkan dan apesnya ternyata minggu ini minggu tema. Untung temanya rada nyambung dengan hari-hari saya yang sok sibuk😅🤭.</p><p><br /></p><p>Ya begitulah akhir tahun penuh agenda ini. Masih ada beberapa agenda yang sifatnya rahasia wkwkwwkwk. Bukan. Bukan sibuk belanja harbolnas kok. 😆😆😆 Yoweslah itu aja. 🤭🤭🤭</p><p><br /></p><p>Serpong, 12 Desember 2020</p><p><br /></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-30363460724300874012020-11-26T04:20:00.003+07:002020-11-26T05:08:44.689+07:00Kontribusi Muslimah dalam Pemenangan Dakwah<p><b>Dakwah dan Muslimah</b></p><p>Siapa yang tidak mengenal Ummul Mukminin Khadijah Radiyallahu'anha? Istri pertama Rasulullah <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ</span> yang menjadi orang pertama yang mengimani kerasulan Nabi Muhammad <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ</span>. Tanpa sangkalan, tanpa banyak pertanyaan, Khadijah Radiyallahu'anha justru mengungkapkan sesuatu yang luar biasa saat itu seperti yang diriwayatkan dalam hadits:</p><p><br /></p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">أَبْشِرْ يَا ابْنَ عَمِّ وَاثْبُتْ فَوَالَّذِي نَفْسُ خَدِيجَةَ بِيَدِهِ! إنِّي لأَرْجُو أَنْ تَكُونَ نَبِيَّ هَذِهِ الأُمَّةِ</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Berbahagialah wahai putra pamanku dan teguhlah engkau. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di tangan-Nya! Sungguh aku berharap engkau menjadi nabinya umat ini.” (Ibnu Hisyam dalam <em style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">as-Sirah an-Nabawiyah</em>, 1/236).</p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ZUdu6YgsiYs/X77FmGK3F9I/AAAAAAACpCI/XHHECkSTQXQnuTFGry_mj_EETDbyhOonACLcBGAsYHQ/s940/pexels-photo-590491.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="627" data-original-width="940" src="https://1.bp.blogspot.com/-ZUdu6YgsiYs/X77FmGK3F9I/AAAAAAACpCI/XHHECkSTQXQnuTFGry_mj_EETDbyhOonACLcBGAsYHQ/s320/pexels-photo-590491.jpeg" width="320" /></a></div><br /><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span><p></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">Sebuah perkataan yang mencerminkan kecerdasan yang berlandaskan sebuah keimanan yang tidak akan keluar dari mulut orang yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang kerasulan. Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa Khadijah Radiyallahu'anha memang sudah mengetahui berita kerasulan ini dan mengimaninya.</span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Dari riwayat Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ pernah mengatakan kepada Khadijah:</p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">إِنِّي أَرَى ضَوْءًا، وَأَسْمَعُ صَوْتًا، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَكُونَ بِي جَنَنٌ”. قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا ابْنَ عَبْدِ اللهِ. ثُمَّ أَتَتْ ورقة بن نوفل، فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: إِنْ يَكُ صَادِقًا، فَإِنَّ هَذَا نَامُوسٌ مِثْلُ نَامُوسِ مُوسَى، فَإِنْ بُعِثَ وَأَنَا حَيُّ، فَسَأُعَزِّرُهُ، وَأَنْصُرُهُ، وَأُومِنُ بِهِ</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Sungguh aku melihat suatu cahaya. Aku mendengar suara. Aku takut kalau aku gila.” Khadijah menjawab, “Tidak mungkin Allah akan membuatmu demikian wahai putra Abdullah.” Kemudian Khadijah menemui Waraqah bin Naufal. Ia ceritakan keadaan tersebut padanya. “Jika benar, maka itu adalah Namus seperti Namusnya Musa. Sekiranya saat dia diutus dan aku masih hidup, aku akan melindunginya, menolongnya, dan beriman kepadanya,” kata Waraqah. (HR. Ahmad 2846).</p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="border: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">Dalam riwayat lain diceritakan bahwa sebelum bertemu dengan Rasulullah </span></span><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ, Khadijah <span style="font-size: medium;">Radiyallahu'anha pernah</span> mendengar berita kerasulan ini dari seorang Yahudi. Namun hadits tersebut lemah. Meski demikian, perjalanan Khadijah sehingga akhirnya menawarkan dirinya untuk dinikahi Rasulullah </span><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ sudah bisa menjadi bukti bahwa Khadijah merupakan perempuan spesial yang cerdas dan memiliki keimanan yang lurus. Berbeda dengan kebanyakan perempuan arab pada masa itu yang bersikap acuh terhadap ajaran tauhid yang dibawa para nabi terdahulu. </span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><b>Dakwah itu Berat</b></span></p><p>Dari kisah turunnya wahyu pertama ini, Allah azza wajalla seolah menyiratkan pesan yang bisa dipetik oleh setiap Muslimah bahwa perempuan memiliki peranan penting dalam dakwah Rasulullah <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ. Peranan yang sangat personal, yang bisa kita lihat dari kisah Rasul </span><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ sepulang berdiam diri dari gua hira dan memperoleh wahyu pertama. Diceritakan bagaimana gemetarnya Rasul karena ketakutan setelah memperoleh wahyu pertama.</span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p>Gemetaran yang dirasakan Rasul <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ</span> bukanlah rasa gemetaran biasa. Melainkan gemetaran hebat yang menandakan betapa sulit dan beratnya beban yang dipikul Nabi <span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ</span> saat menerima wahyu. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:</p><p><br /></p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS:Al-Muzzammil | Ayat: 5).</p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Kata berat dalam ayat ini bukan hanya mengandung pengertian secara maknawiah melainkan harfiah. Berat tersebut adalah dalam arti sebenarnya. Yang dirasakan oleh panca indera.</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Hal ini dipertegas lagi oleh pengalaman sahabat Zaid bin Tsabit Radiyallahu'anhu. Ia mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sedang mendapat wahyu:</p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">لاَيَسْتَوِي الْقَاعِدُونَ مِنَ المُؤْمِنِينَ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah…” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95).</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum yang menyebutkan ayat itu padaku. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya aku bisa berjihad, pasti aku akan berjihad’. Ia adalah seorang laki-laki buta. Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala menambahkan ayat kepada Rasul-Nya ﷺ. Saat itu paha beliau berada di atas pahaku. Aku merasa begitu keberatan. Sampai-sampai aku khawatir pahaku remuk. Setelah itu dilanjutkan kepada beliau, Allah menurunkan:</p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“yang tidak mempunyai uzur” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95). (HR. al-Bukhary, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, 2677, at-Turmudzi 3033, dan an-Nasa-I 4308).</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Hadits ini menjelaskan kepada kita perkataan berat yang dimaksud dalam surat al-Muzammil mencakup berat dalam arti sebenarnya. Bukan hanya secara maknawi. Sebagaimana yang dirasakan oleh Zaid bin Tsabit Radiyallahu'anhu. Demikian juga Aisyah Radiyallahu'anha meriwayatkan,</p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">إِنْ كَانَ لَيُوحَى إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَتَضْرِبُ بِجِرَانِهَا</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Apabila Rasulullah ﷺ menerima wahyu saat berada di atas tunggangannya (ontanya), maka bagian perut onta itu akan menempel ke tanah.” (HR. Ahmad 24912).</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Artinya onta itu tak sanggup menahan beban Rasulullah ﷺ yang sedang menerima wahyu. Sehingga ia terduduk sampai perutnya menempel ke tanah.</p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /><br />Dalam kondisi yang tidaklah biasa ini, Khadijah Radiyallahu'anha mampu bersikap tenang dan memberi ketenangan. Sebuah sikap yang tidak akan ada jika seseorang tidaklah memiliki karakter seperti:</span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><br /></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><b>1. Cerdas</b></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;">Terlihat dari sikap Khadijah Radiyallahu'anha yang tidak mempertanyakan tentang siapa itu Jibril, apa itu utusan Allah dan hal lain terkait cerita Rasulullah </span><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ sesaat setelah menerima wahyu pertama. Karakter cerdas ini pun sudah terlihat ketika Khadijah Radiyallahu'anha menawarkan dirinya untuk dipersunting Rasulullah </span><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ karena mengetahui bahwa Muhammad adalah bukan orang biasa.</span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><b>2. Berkeyakinan</b></span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">Tanpa keyakinan yang kuat, tidaklah mungkin Khadijah bisa dengan tenang menghadapi Rasulullah </span><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ yang pulang dalam kondisi gemetaran dan membawa cerita yang tidak masuk akal.</span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-size: 17px; margin: 0px; padding: 0px;"><b>3. Lembut dan penyayang</b></span></p><p><span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">Seperti yang terdapat dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah ﷺ kembali ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan ketakutan. Beliau duduk di sisi Khadijah lalu semakin merapat padanya. Sebagaimana disebutkan dalam satu riwayat:</span></p><p class="arab" style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">فَجَلَسْتُ إلَى فَخِذِهَا مُضِيفًا إلَيْهَا</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">“Aku duduk di sisinya kemudian bersandar padanya.”</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;"><br /></p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Riwayat ini menyiratkan bahwa Khadijah Radiyallahu'anha merupakan sosok istri yang lembut dan penyayang yang mampu memberi ketenangan kepada Rasulullah ﷺ. Khadijahlah orang pertama tempat Rasulullah ﷺ menceritakan segala hal yang dialaminya. Bukan sahabat lain seperti Abu Bakar atau pamannya sendiri Abu Thalib.</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;"><br /></p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;">Bisa kita lihat juga disini bahwa peran Khadijah di masa awal Kenabian benar-benar bersifat personal.</p><p style="background-color: #fafafa; border: 0px; font-family: -apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"; font-size: 17px; margin: 0px 0px 1.5em; padding: 0px;"><br /></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><b>Kemenangan Dakwah</b></span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">Kapan dakwah dikatakan menang? Dalam pembahasan ini konteks pemenangan dakwah yang dimaksud adalah konteks umum. Sehingga dakwah bisa dikatakan menang ketika Islam sudah hadir ditengah masyarakat sebagai Rahmatan Lil'alamin. Artinya, manusia pembawa risalah dakwah telah menjalani peran-perannya dengan baik. . </span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">Apa saja peran kita sebagai manusia? Merujuk pada Al-Quran, peran manusia dalam hidup bisa dikelompokkan seperti berikut:</span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><b>1. Peran sebagai hamba Allah - Qs. Adz-Dzariyat: 56.</b></span></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><br /></span></p><p><span face=""Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif" style="background-color: #fffefc; color: #040402;">Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.</span></p><p><br style="background-color: #fffefc; box-sizing: inherit; color: #040402; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif;" /><br /></p><p><span style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;"><b>2. Peran sebagai wali Allah (khalifah) - Qs. Al-Baqarah: 30</b></span></p><p><br /></p><p><span face=""Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif" style="background-color: #fffefc; color: #040402;">Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".</span><br style="background-color: #fffefc; box-sizing: inherit; color: #040402; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif;" /><br style="background-color: #fffefc; box-sizing: inherit; color: #040402; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, Frutiger, "Frutiger Linotype", Univers, Calibri, "Gill Sans", "Gill Sans MT", "Myriad Pro", Myriad, "Nimbus Sans L", "Liberation Sans", Tahoma, Geneva, sans-serif;" /><br /></p><p>Sehingga dalam pemenangan dakwah, optimalisasi dua peran ini tentu sangat penting. Bagaimana kita sebagai Muslimah senantiasa membekali diri dengan ilmu agama (Islam, Iman dan Ihsan)9 agar bisa mengetahui instrumen penghambaan yang lurus. Implikasinya, tatkala kita hendak mengoptimalkan peran kekhalifahan, akan tercermin dari sikap kita yang terjaga karena peran penghambaan mempengaruhi karakter diri.</p><p><br /></p><p>Ibarat dua sisi mata uang, dua peranan ini harus dilakukan seiring sejalan. Kita tidak bisa hanya memilih menjadi hamba yang taat, namun abai terhadap hak tubuh sendiri, tidak peduli terhadap keluarga, dan tidak peka dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. </p><p><br /></p><p>Begitu juga sebaliknya. Kita tidak bisa memilih menjadi manusia yang sibuk mengurus berbagai macam lini hidup, namun abai pada tugas-tugas penghambaan. Yang ada, kita hanya akan terkuras energi baik fisik maupun psikis. Karena hakikatnya, diri kita berada dalam genggaman Allah Ta'ala. Jika bukan Allah yang memudahkan segala urusan kita,tidak akan terurus segala macam hal yang kita targetkan. Jika pun kita dimampukanNya, tentu apa yang kita lakukan tersebut tidak memiliki jiwa, sehingga tidak mampu menyentuh jiwa, tidak membawa rahmat bagi sekitar.</p><p><br /></p><p><b>Kontribusi</b></p><p><br /></p><p>Tentunya banyak hal yang bisa dilakukan muslimah untuk berkontribusi dalam pemenangan dakwah. Jika merujuk pada pengoptimalan peran seperti di atas, dan juga dari peran Khadijah Radiyallahu'anha di masa awal kenabian yang sifatnya sangat personal, maka kontribusi muslimah dalam pemenangan dakwah yaitu dengan terus memperbaiki diri sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Adapun wilayah aktualisasinya bisa mencakup beberapa ranah:</p><p><br /></p><p><b>1. Ranah pribadi</b></p><p>Yaitu dengan menjadi pribadi yang menawan, berakhlakul kharimah. Dimanapun dia berada akan memberi inspirasi, motivasi dan juga solusi bagi sekitar. </p><p><br /></p><p><b>2. Ranah keluarga</b></p><p>Yaitu dengan menjadi anak yang taat kepada orang tua dan memahami dengan betul adab terhadap orang tua dan hak dan kewajiban sebagai anak.</p><p>Bagi yang sudah menikah, tentunya dengan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Istri yang menenangkan untuk suaminya. Kehadirannya menjadi pelita, bukan sebaliknya. Tindak tanduknya adalah teladan.</p><p><br /></p><p><b>3. Ranah sosial masyarakat</b></p><p>Yaitu dengan berperan aktif bersosial di tengah lingkungannya. Menjadi pribadi yang menyenangkan bagi tetangganya. Tempat bertanya dan mencari solusi bagi masyarakat awam sekitarnya. Inisiator kegiatan-kegiatan bermanfaat dan penggerak aktivitas qur'ani.</p><p><br /></p><p>Belajar dari kisah Rasul <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ, ada</span> tahapan demi tahapan yang diberikan Allah ta'ala terhadap perjalanan kerasulan Nabi<span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ.</span> Perjalanan sebelum akhirnya Nabi <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ</span> dibebankan amanah dakwah. Dimulai dari kisah pembedahan dada Nabi oleh malaikat, mimpi-mimpi Nabi yang terasa sangat nyata, suara yang datang dari langit. Sebuah cara dari Allah ta'ala mempersiapkan Nabi <span face="-apple-system, system-ui, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Helvetica, Arial, sans-serif, "Apple Color Emoji", "Segoe UI Emoji", "Segoe UI Symbol"" style="background-color: #fafafa; font-size: 17px;">ﷺ sebelum akhirnya wahyu pertama turun. </span></p><p><br /></p><p>Artinya, ketika sudah sampai pengetahuan tentang kewajiban amar ma'ruf nahyi mungkar kepada kita, tentu kita pun perlu mempersiapkan diri secara bertahap agar aktivitas dakwah bisa berpengaruh positif baik untuk diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat dan lingkungan sekitar.</p><p><br /></p><p>Sumber: kisahmuslim.com</p><p><br /></p><p><b>Serpong, 26 November 2020</b></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-56772953666515236572020-10-29T22:10:00.010+07:002020-10-30T07:41:57.522+07:00Metode Charlotte Mason Mengancam Aqidah Muslim<p>Bismillah</p><p><br /></p><p>Asli bingung mulai dari mana hahaha</p><p><br /></p><p>Jadi ceritanya saya memperoleh pertanyaan dari seorang teman terkait judul di atas. Melalui media sosial saya seusai saya berbagi info terkait metode Charlotte Mason (CM), yaitu seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Inggris yang hidup di akhir tahun 1800an. Pertanyaannya awalnya begini,</p><blockquote><p>Uni, ada yang bilang metode CM itu bersumber dari Injil, katanya CM sendiri yang bilang. Apa betul begitu? Lalu bagaimana kita sebagai Muslim menyikapinya? Sedangkan penyempurna semua kitab itu adalah Al-Qur'an.</p></blockquote><p>Lalu saya sedikit meminta teman saya ini untuk mempertanyakan hal lebih detail kepada yang memberi info kepadanya, sehingga munculah pertanyaan lanjutan dari rekanan teman saya tadi. Bunyinya begini,</p><blockquote><p>Siapa ahli pakar agama yang jadi rujukan komunitas CM Muslim untuk menyatakan CM aman bagi aqidah Muslim?</p></blockquote><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CYZUSVgsAPg/X5raxFKiEtI/AAAAAAACk_Y/kqK3fARhQ1AvIWy945MLVzcwEBYDjwaJQCLcBGAsYHQ/s300/images%2B%25281%2529.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="300" data-original-width="220" src="https://1.bp.blogspot.com/-CYZUSVgsAPg/X5raxFKiEtI/AAAAAAACk_Y/kqK3fARhQ1AvIWy945MLVzcwEBYDjwaJQCLcBGAsYHQ/s0/images%2B%25281%2529.jpeg" /></a></div><p>Jujur saja, saya merasa perlu membahas hal ini karena kaitannya dengan aqidah. Tadinya saya pikir ga usahlah dibahas karena kan masing-masing orang punya cara pandang sendiri. Tapi setelah saya pikir ulang, bisa saja kan ada yang ga kepikiran tentang hal ini dan ternyata memang benar aqidahnya terancam pasca mempelajari CM. Sehingga anggap saja tulisan ini sebagai jalan saya menyampaikan apa yang saya pahami dan peroleh. Lalu silahkan teman-teman nilai sendiri dari sudut pandang agama Islam yang teman-teman yakini.</p><p><br /></p><p><b>Sekilas tentang Charlotte Mason</b></p><p>Memang benar adanya bahwa Bibel menjadi pegangan Miss Mason dalam berpikir. Setiap pemikiran yang dia sampaikan dalam buku-bukunya sangat kental nuansa religi versi Kristian. Makanya saya bilang dia seorang Kristian yang taat. Tapi ternyata, dalam pandangan orang Kristen sendiri di era sekarang, Miss Mason bukanlah seorang yang berpikir based on Christ. Ada yang memandang CM sebagai seorang liberal. Fakta ini saya peroleh dari website komunitas Charlotte Mason di US yang suka saya jadikan referensi dalam mempelajari CM. Berikut saya cantumkan Screenshot nya.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-iz8ykucWzdk/X5q_ZF7RVSI/AAAAAAACk9s/sPA552syKZgdnHIAtzbTL3qhEYkGePGjwCLcBGAsYHQ/s1791/Screenshot_20201029-200652-01.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1791" data-original-width="1080" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-iz8ykucWzdk/X5q_ZF7RVSI/AAAAAAACk9s/sPA552syKZgdnHIAtzbTL3qhEYkGePGjwCLcBGAsYHQ/s320/Screenshot_20201029-200652-01.jpeg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p>Tapi, menurut Art Middlekauff, seorang praktisi CM di US yang mengkaji tulisan CM, memaparkan bahwa apa yang CM sampaikan itu merupakan ajaran Kristus. Dia mencoba melakukan analisa kata yang kemudian dia temukan konten nya dalam kitab Matthew.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-D-sMiRGONi8/X5rQIxpZMZI/AAAAAAACk-w/CMsDKzusAzEXdGN_IvQ3sGBAJGaAiFhiwCLcBGAsYHQ/s1988/Screenshot_20201029-212139-01.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1988" data-original-width="1068" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-D-sMiRGONi8/X5rQIxpZMZI/AAAAAAACk-w/CMsDKzusAzEXdGN_IvQ3sGBAJGaAiFhiwCLcBGAsYHQ/s320/Screenshot_20201029-212139-01.jpeg" /></a></div><p><br /></p><p>Saya tentu tidak tahu isi Bible, namun berdasarkan dua pandangan di atas, terlihat bahwa apapun agama atau golongannya, yang namanya perbedaan sudut pandang tentu selalu ada. Banyak komponen yang mempengaruhi sudut pandang kita. Mulai dari pengalaman, preferensi, dan lingkungan.</p><p><br /></p><p>Ada banyak asumsi lain mengenai pemikiran Miss Mason ini yang tentu saya kurang mampu menjabarkan secara terperinci mengenai agamanya, kitab Bibel apa yang dia gunakan, dan bagaimana kondisi keberagamaan pada jaman dia menelurkan metode pendidikan yang sangat mendalam dan terperinci ini. Jika ada diantara teman-teman yang paham sejarah, saya sangat terbuka jika kita saling memperkaya informasi.</p><p><br /></p><p>Yang pasti, teman-teman kristiani yang menggunakan metode ini pun memiliki sudut pandang yang beraneka ragam. Ada yang menekankan pada ajaran kristusnya dan ada yang menekankan pada pemikiran CM yang universal dan holistik (yang mungkin karena ini dia di cap liberal).</p><p>Jadi apakah metode Charlotte Mason bersumber dari Bibel langsung? Menurut saya perlu diteliti lebih lanjut.</p><p><br /></p><p>Lalu kenapa saya tetep mempelajarinya?</p><p>Silahkan teman-teman baca kelenjutan tulisan ini ya.</p><p><br /></p><p>Jika teman-teman masih tertarik. Jika tidak nyaman, tentu itu hak teman-teman untuk berhenti membacanya hingga disini.</p><p><br /></p><p>Berikut info tambahan yang mungkin bisa teman-teman gunakan sebelum memulai mempelajari metode CM ini. </p><p><br /></p><p><b>Buku-buku Charlotte Mason</b></p><p>Ada 6 volum buku yang dihasilkan CM sepanjang hidupnya di dunia pendidikan. Saya kurang tau apakah 6 volum ini dia selesaikan per judul atau dia klasifikasikan setelah selesai atau justru diklasifikasikan oleh para pengikutnya. Yang pasti, 6 judul buku CM yang menjadi rujukan para praktisi adalah:</p><p><br /></p><p><a href="https://simplycharlottemason.com/store/home-education-charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-1/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 1: Home Education</a><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" /><a href="https://simplycharlottemason.com/store/parents-children-charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-2/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 2: Parents and Children</a><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" /><a href="https://simplycharlottemason.com/store/school-education-charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-3/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 3: School Education</a><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" /><a href="https://simplycharlottemason.com/store/charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-4/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 4: Ourselves</a><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" /><a href="https://simplycharlottemason.com/store/formation-character-charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-5/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 5: Formation of Character</a><br style="background-color: white; color: #353535; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" /><a href="https://simplycharlottemason.com/store/philosophy-education-charlotte-masons-original-home-schooling-series-volume-6/" style="background-color: white; color: #0a89c0; font-family: Georgia, "Times New Roman", Times, serif;" target="_top">Volume 6: A Philosophy of Education</a></p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ZgRLcPtXKtg/X5rAtvdaN3I/AAAAAAACk94/eHBF-IvMYy0gjzupuefHhutXSWqRBlGEwCLcBGAsYHQ/s480/OHSS-set-standing-sq.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ZgRLcPtXKtg/X5rAtvdaN3I/AAAAAAACk94/eHBF-IvMYy0gjzupuefHhutXSWqRBlGEwCLcBGAsYHQ/s320/OHSS-set-standing-sq.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div><br /></div>Dari ke 6 buku ini, saya baru mengintip volum 1 dan 6 dan belum membacanya secara keseluruhan. Sedangkan volum yang lainnya belum pernah saya buka. Seperti yang saya sampaikan di snapgram saya, perjalanan saya mengenal Miss Mason ini masih panjang.<div><br /></div><div>Sedikit keisengan saya mengecek penggunaan terminologi di dua buku CM volum 1 dan 2, dari tiga ratus lebih halaman lebih kurang, tak lebih dari 50 pengulangan dari kata-kata seperti Christ, Bible, dan Christiani. Yang saat saya cek konteksnya, lebih semacam aplikatif misal saat dia menjelaskan pembelajaran Bibel karena memang dia seorang Kristiani.</div><div><br /></div><div>Jadi yang terbayang oleh saya adalah, dia seorang pemikir, pendidik dan penggerak di bidang pendidikan yang mencoba mendobrak pemikiran sekuler dari kaum agamis pada masa itu.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Di bawah ini sedikit pengalaman pribadi saya bertemu dengan metode CM.<br /><div><br /></div><div><br /><p><b>4 Bulan Bersama Charlotte Mason</b></p><p>Saya mengenal CM di bulan April secara tidak sengaja karena celetukan seorang teman di DM IG yang berkomentar tentang caption yang saya paparkan di snapgram. Begini katanya:</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-VCXNMQAFlvc/X5rCmRy74jI/AAAAAAACk-E/CU9EyzO00ncYjxHYbbwJuiafHmvc1oCgwCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20201029_202348_051.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1059" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-VCXNMQAFlvc/X5rCmRy74jI/AAAAAAACk-E/CU9EyzO00ncYjxHYbbwJuiafHmvc1oCgwCLcBGAsYHQ/s320/IMG_20201029_202348_051.jpg" /></a></div><br /><p>Apa isi snapgram saya:</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-dzUD2wZ2sWg/X5rDGWAC_DI/AAAAAAACk-M/DxGJL_riXJ4p-b4MwasbzECo8lDlyP5OgCLcBGAsYHQ/s2048/IMG_20201029_202514_592.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1059" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-dzUD2wZ2sWg/X5rDGWAC_DI/AAAAAAACk-M/DxGJL_riXJ4p-b4MwasbzECo8lDlyP5OgCLcBGAsYHQ/s320/IMG_20201029_202514_592.jpg" /></a></div><br /><p>Berawal dari sinilah saya merasa tertarik mempelajari CM karena memang saya butuh landasan berpikir yang sistematis yang membantu saya mengurai ketidakmampuan saya mendefinisikan metode pendidikan seperti apa yang hendak saya paparkan untuk HS anak-anak.</p><p><br /></p><p>Ibaratkan pertemuan dengan orang baru, sehabis pertemuan tak selalu diikuti dengan pengakraban. Butuh waktu tentunya hingga kita memutuskan, "oke, saya hendak kenalan lebih lanjut dengan dia". Itulah yang saya lakukan dengan metode ini.</p><p><br /></p><p>Namun sembari menunggu hati memutuskan hal tersebut, saya melakukan profiling disana sini berbekal mesin Google. Sehingga baru bulan Juli lah saya memutuskan untuk mempelajari CM dengan sungguh-sungguh sembari memraktekkannya. Jadi, baru 4 bulan saya bersama Miss Mason ini 😁.</p><p><br /></p><p><b>Sebelum Bulan Juli</b></p><p>Lalu apa yang saya lakukan sebelum bulan Juli? Saya menjalankan apa yang saya yakini, yaitu bergerak, bergerak, dan bergerak. Apakah dengan cara membaca, mendengarkan, mengamati, mendiskusikan, dan lain-lain. Karena penyakit utama dalam membersamai anak yang saya rasakan adalah, terhenti saat mendapati anak tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan (berharap kepada makhluk). Atau galau saat anak tidak memiliki aktivitas bermakna karena tidak terstrukturnya diri, padahal Allah dengan sangat jelas meminta kita untuk banyak membaca. Yang mana membaca akan membantu kita menjadi lebih terstruktur.</p><p><br /></p><p>Bulan April hingga Juni 2020, saya mempelajari CM hanya berdua dengan suami. Banyak hal yang menjadi pertanyaan di benak kami. Namun saat itu kami berpikir bahwa tidak terlalu penting metode apa yang kita gunakan dalam HS. Yang penting anak-anak terperhatikan dengan baik. Daripada waktu terbuang untuk hal yang teoritis yang seringnya membuat saya berharap pada pemikiran manusia, mending kami fokus pada pembelajaran apa yang anak-anak berikan. Sehingga kami sering observasi untuk membuat pembelajaran bermakna buat anak-anak. (Yang saat saya baca CM ternyata inilah dia prinsip Children are born person)</p><p><br /></p><p>Saya dan suami meyakini bahwa anak-anak adalah pembelajar sejati. Tanpa perlu kita rekayasa, kehidupan sehari-hari bisa menjadi sumber belajar yang paling baik buat anak-anak. Pemikiran seperti ini muncul karena sepanjang pengalaman kami membersamai anak-anak, belum ada satu suguhan stimulus pun yang diterima baik oleh anak-anak. (Yang saat ini melalui pemikiran CM saya jadi tau apa penyebabnya, yaitu karena mindset yang kurang tepat tentang hakikat anak yang mempengaruhi harapan kita terhadap anak. Dan juga ada tahap tumbuh kembang mereka yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Serta tidak terstrukturnya tindakan saya karena ketidakmampuan saya tadi dalam mengelola rasa dan pikiran tadi)</p><p><br /></p><p><b>Bagaimana Metode Charlotte Mason dalam Pandangan Saya</b></p><p>Tidak ada yang sempurna di dunia melainkan hanyalah Allah. Ini sudah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.</p><p><br /></p><p>Dan Maha Sempurna Allah memberikan tahapan lembut bagi saya dalam mengenal metode CM yang membuat pemikiran saya jadi lebih terbuka dan kehidupan saya jadi lebih bermakna. Bukan! Ini bukan testimoni kulit manggis 😅😅 Tapi ya mirip-miriplah. Karena saya merasakan perbedaan pola pikir setelah bertemu CM. Lebih kurang gini:</p><p><br /></p><p>1. Dulu saya ragu dengan pola pendidikan yang saya berikan untuk anak-anak. Setelah mengenal CM, pemikirannya melengkapi puzzle yang belum saya miliki.</p><p><br /></p><p>2. Dulu, apa yang saya yakini belum sepenuhnya saya yakini. Saya bilang saya meyakini namun dalam prakteknya saya goyah. Metode CM menjembatani keyakinan ini sehingga menjadi lebih kokoh. Saya jadi bisa mengetahui kekeliruan saya, kelemahan anak-anak dan kebutuhan keluarga dalam konteks pendidikan. </p><p><br /></p><p>3. Dulu, saya hanya bisa menerka apa yang saya lakukan bisa benar atau salah. Melalui metode CM, saya mulai memahami konsep benar-baik, hendak-ingin melalui filosofinya.</p><p><br /></p><p>Dan masih banyak lagi yang belum sempat saya tuliskan. Namun melalui 3 poin ini saya hanya menyampaikan inilah jalan saya menemukan AHA Moment saya dalam pengasuhan khususnya, dan dalam hidup umumnya. Dengan bantuan metode CM. Dan ini saya! Belum tentu berlaku untuk teman-teman 😁.</p><p><br /></p><p>Berarti saya tidak tersentuh dengan metode Islamic Parenting?</p><p>Metode yang dihadirkan para pakar pengasuhan Islam bukan tidak menyentuh saya. Melainkan kurang membantu saya berpikir tersistematis sehingga saya kurang bisa merelasikannya pada pengasuhan.</p><p><br /></p><p>Selain itu, CM menyajikan suguhan kurikulum, bahan ajar dan juga teknis aplikasi yang cukup lengkap. Sedangkan dalam metode lain yang dipaparkan pakar Islam, sebut saja Ust. budi Ashari, metodenya belum menyeluruh menyentuh bidang pelajaran (kurang holistik). </p><p><br /></p><p>Ini menurut saya ya. </p><p><br /></p><p>Kemudian, beranjak dari sebuah ruh pemikiran yang senada yang saya temukan dalam butir pertama dari ringkasan filosofi CM yang tadi sempat saya singgung, yaitu:</p><blockquote><p>Children are born person</p></blockquote><p>Saya semakin tertarik untuk mengenal metode ini. </p><p><br /></p><p>Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Beberapa saat setelah saya bergabung di Perhimpunan Homeschooler Indonesia (PHI), ternyata para member PHI Bandung ada yang sedang mempelajari metode ini. Dan komunitas wilayah Bandung belum ada. Jadilah saya masuk ke grup tersebut untuk berkenalan lebih lanjut dengan CM.</p><p><br /></p><p>Melalui aktivitas ikonik CM, narasi, saya 'nyemplung' dalam pemikiran CM yang disampaikan praktisi CM senior di Indonesia, mba Ellen Kristi namanya dalam bukunya yang berjudul "Berpikir Dengan Cinta". </p><p><br /></p><p><b><u><span style="color: #2b00fe;">Baca juga: Review Buku Cinta Yang Berpikir</span></u></b></p><p><br /></p><p>Meski beliau menyampaikan kembali pemikiran CM dalam bahasa yang cukup universal, saya tetap belum merasa terkoneksi dalam konteks Muslim (secara teknis). Justru yang membantu saya mengoneksikan pemikiran CM secara teknis dengan ajaran agama kita adalah suami saya yang memang pemikirannya jauh lebih terbuka dari saya.</p><p><br /></p><p>Namun dalam perjalanannya, saya tetap tidak menerima sepenuhnya karena ada hal yang mengganjal dalam hati saya yang selalu saya pertanyakan dan jawaban suami saya kurang memuaskan saya 🙈. Pertanyaan saya begini:</p><blockquote><p>Kenapa harus belajar CM dulu baru menyambungkannya dengan agama kita? Kenapa tidak sebaliknya?</p></blockquote><p><br /></p><p>Maksud saya, kegundahan saya karena saya merasa begitu getol mempelajari pemikiran manusia, namun masih terseok-seok mempelajari tauhid dan kajian aqidah lainnya. Dengan CM kenapa seolah-olah saya seperti mencari pembenaran pemikiran CM dengan menghubungkannya dengan ajaran Islam?</p><p><br /></p><p>Namun diri ini tetap merasa butuh sebuah pemikiran tersistematis seperti yang CM suguhkan. Jadilah saya teruskan saja bersama CM dengan mengambil hal-hal aplikatifnya saja. Adapun filosofinya, kebanyakan berasal dari relasi berpikir hasil dari pertemuan pengetahuan-pengetahuan yang pernah saya peroleh. Termasuk di dalamnya hasil diskusi dengan teman-teman praktisi CM yang sudah terlebih dahulu membaca buku dan mendiskusikannya.</p><p><br /></p><p>Melalui pemikiran CM saya memperoleh sudut pandang lain seperti bagaimana CM menyentuh sisi natural seorang perempuan yang diberikan amanah berharga oleh Tuhan, Allah ta'ala berupa seorang anak, yang membuat saya tidak bisa menolak apa yang dia sampaikan. Bukan karena lebih percaya kata CM, tapi merasa tertampar saja betapa mendalam nya dia memaknai amanah ini dari saya seorang Muslim.</p><p><br /></p><p>Pengalaman ini senada dengan pengalaman saya memaknai perihal makanan halalan thoyyiban. Justru setelah merantau ke negara minoritas muslim lah saya baru mampu berelasi dengan apa yang Allah maksud. Bukan berarti sebelum merantau saya tidak meyakini apa yang Allah sampaikan. Hanya saja kurang merasakan saja. Mungkin karena inilah Allah menyuguhkan pembelajaran kepada saya melalui orang-orang di luar orang Islam.</p><p><br /></p><p>Saya yang mendapati pemikiran CM yang menurut saya sangat 'Islami' dan membuat saya tertampar sebagai seorang Muslim yang masih saja mengkaji peran orang tua dari sudut pandang waktu, saya dulu dan saya sekarang. Yang menjadikan inner child sebagai pembenaran dalam setiap 'keteledoran' kita sebagai seorang ibu. Sehingga membuat saya merasa dimenangkan dan mewajarkan kebobrokan saya. Bukan karena ajaran Islam. Namun inilah kekurangan diri saya. Yang merasa 'jengah' dan Allah tampar melalui pemikiran orang dari agama lain yang jauh lebih religius dari saya </p><p><br /></p><p>Pemikiran CM mampu 'memanjakan' saya sebagai seorang ibu yang memiliki latar pengalaman pengasuhan kurang baik terhadap anak-anak. Melalui prinsip "a born person" yang sangat memanusiakan orang tua sebagai manusia kecil yang sudah dewasa. Namun pemikirannya ini mampu merangkul sisi dewasa kita yang matang ketimbang sisi anak-anak yang cenderung ingin selalu dimenangkan. Tanpa memaksa saya menjadi manusia dewasa, namun menitah saya perlahan mendefinisikan dewasa saya seutuhnya.</p><p><br /></p><p>Jika bisa saya simpulkan, CM membantu scaffolding saya dalam pengasuhan. CM memecah kegaringan metode pengasuhan yang cenderung menyuguhkan kekacauan zaman yang membuat saya ketakutan dan pesimis tentang generasi mendatang. CM tidak mendikte melainkan membuat kita berpikir tentang apa dan mengapa nya kita dalam hidup, keluarga dan pendidikan anak kita. </p><p><br /></p><p>Metode ini menggiring saya untuk kembali melihat visi dan misi saya sebagai seorang Muslim. Kenapa? Karena CM meyakini bahwa tujuan akhir yang menjadi pijakan kita mendidik anak adalah tujuan holistik, yaitu tujuan hidup, kenapa kita diciptakan. Lebih kurang seperti itu alur pemikirannya. Sangat jauh dari filosofi sesat yang pada akhirnya meniadakan Tuhan.</p><p><br /></p><p><b>Komunitas CM Muslim</b></p><p>Sembari saya galau dan terus mencari jawaban atas pertanyaan saya di atas, saya tetap aktif bergabung di kelas narasi dan mencari praktisi CM Muslim tak hanya di Indonesia. Sayangnya, belum ada yang mampu menjawab kegelisahan saya.</p><p><br /></p><p>Memasuki kelas narasi ketiga di komunitas CM Bandung, kami difasiltasi oleh Mba Qonita. Kebetulan saat itu bahasannya mengenai filosofi keluarga. Mba Qonita sering sekali menyinggung visi misi yang bernunasa Islami. Sehingga tanpa basa basi, seusai kelas narasi saya bertanya langsung ke beliau tentang maksud dan tujuan saya. Dan begini jawabannya:</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-E90qGI7gbr4/X5rWRryjLoI/AAAAAAACk_E/eOk_9vyok703oG0Bv0XR0CtOgjzf9RergCLcBGAsYHQ/s1494/Screenshot_20201029-214750-01.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1494" data-original-width="1080" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-E90qGI7gbr4/X5rWRryjLoI/AAAAAAACk_E/eOk_9vyok703oG0Bv0XR0CtOgjzf9RergCLcBGAsYHQ/s320/Screenshot_20201029-214750-01.jpeg" /></a></div><div><br /></div><br /><p>Tak berapa lama (yang saat itu bagi saya kerasa lama 😅😂), munculah workshop yang dimaksud yang komunitasnya diberi nama 'Menyemai Hikmah'. Yang saat ini menjadi komunitas baru yang berisi para praktisi dan pembelajar metode Charlotte Mason Muslim. Yang penasaran ini link <span><a href="https://instagram.com/menyemaihikmah.id?igshid=a6g08rt00d1a" style="color: #2b00fe; font-weight: bold;" target="_blank">Instagram Menyemai Hikmah.</a><b style="color: #2b00fe;"> </b>Melalui workshop inilah saya tercerahkan. </span></p><p><span>Selengkapnya bisa dibaca ditautan di bawah ini.</span></p><p><span style="color: #2b00fe;"><b><br /></b></span></p><p><span style="color: #2b00fe;"><b><u><a href="http://www.merisaputri.com/2020/09/Metode-charlotte-mason-bisa-digunakan-oleh-keluarga-muslim-dengan-memahami-prinsip-dan-filosofinya.html" target="_blank">Baca juga: Workshop Menyemai Hikmah</a></u></b></span></p><p><span style="color: #2b00fe;"><b><br /></b></span></p><p>Setiap orang pasti memiliki pengalaman berbeda dalam mempelajari metode CM ini. Hal di atas merupakan pengalaman saya. Yang saya rasa tidak mengusik keimanan atau aqidah saya sama sekali melainkan hanya terbentur pada teknis pembelajaran, seperti:</p><p><br /></p><p>1. Bagaimana melakukan narasi?</p><p>2. Adakah salah benar dalam bernarasi?</p><p>3. Apa itu living book?</p><p>4. Dimana mendapatkan living book?</p><p>5. Bagaimana membuat kurikulum based on CM method?</p><p>6. Bolehkah membuat kurikulum sendiri biar bisa customised agama?</p><p><br /></p><p>Dan ternyata dengan mempelajari terus menerus bersama komunitas, membantu mempercepat pemahaman dan mulai merasakan betapa fleksibelnya metode ini dengan nilai-nilai yang kuat yang bersifat universal.</p><p><br /></p><p>Jika ada manfaat berlimpah yang bisa kita peroleh untuk menuai hasil berupa generasi Muslim yang berkualitas, kenapa tidak untuk mengadopsi metodenya. Betul ga?</p><p><br /></p><p>Prinsip yang berjumlah 20 butir itu sangat mungkin kita serap dalam nilai-nilai Islam. Praktek pembelajaran Quran dan Islam pun sangat bisa diterapkan menggunakan metode ini. Pun jika kita meyakini metode lain dalam mempelajari Al-Quran, tidak lah salah selama tujuannya untuk menjembatani anak menemukan jalan Islamnya, bukan sekedar doktrinasi lemah yang bisa saja goyah saat anak tak lagi bersama kita.</p><p><br /></p><p>Ada 3 instrumen yang menurut saya kita sudah ketahui, dan Islam sudah sampaikan melalui teladan nabi kita Muhammad salallahu'alaihiwassalam. Namun, bahasa CM membantu saya berelasi lebih dalam dari sebelumnya. Apa itu?</p><p><br /></p><p>1. Atmosfer. Yang dalam agama kita berupa keteladanan. Tak hanya dari orang tua semata, tapi lebih luas lagi yaitu lingkungan. Tak hanya orang-orang nya namun juga benda-benda sekitar anak-anak. Sehingga ketika kita mengidamkan anak yang melek literasi, maka membentuk atmosfer yang baik untuk mewujudkannya tak sebatas memberi contoh rajin membaca atau menyuguhkan buku-buku kepada anak. Namun dengan meyakini bahwa apa yang kita usung itu adalah jalan mencapai tujuan akhir hidup kita.</p><p><br /></p><p>2. Life. Yang dalam agama Islam kita ketahui bahwa Al-Quran turun berupa kisah. Nabi pun suka berkisah. Yang mana dua sumber belajar utama kita sebagai seorang muslim yaitu Alquran dan Assunnah menggunakan metode yang memantik ide hidup. Ide yang tidak sebatas fakta melainkan suguhan yang bisa berelasi satu sama lain yang membantu kita lebih meaningful menjalani hidup.</p><p><br /></p><p>3. Disiplin. Tanpa perlu ditanya, Islam sudah sangat jelas memiliki instrumen ini dalam setiap ibadah kita. Ada aturan waktu yang mengikat dan melatih disiplin kita. Ada adab yang harus kita jaga disetiap gerak gerik kita. Yang tentu hanya bisa kita terapkan dengan kedisiplinan.</p><p><br /></p><p>Tidak salah jika kita menggunakan pemikiran orang lain untuk mengukuhkan iman melalui pengetahuan yang kaya. Yang salah adalah ketika kita merasa puas dengan apa yang kita lakukan saat ini sedangkan Allah menyuguhkan ilmu yang sangat luas untuk menjadi bekal akhirat kita. </p><p><br /></p><p><b>Penutup</b></p><p>Tidak akan cukup 1 postingan untuk menyampaikan manfaat positif dari metode ini. Jika penasaran, sangat bisa kita pelajari mandiri. Jika tidak nyaman, tentu hak kita untuk tidak menggunakannya. Prinsipnya, tidak ada kesempurnaan di dunia ini selain kesempurnaan Allah. CM hanyalah salah satu dari sekian banyak metode.</p><p>Dalam hidup saya, bertemu dengan metode CM sangat membantu. Bagi teman-teman tentu bisa berbeda. Yang terpenting, selama kita menjaga fitrah seorang anak yang dikirimkan Allah sangat sempurna untuk kita (bukan dalam konteks fisik ya melainkan sempurna ruh dan pikirannya), tentu apapun metodenya akan menjadi wasilah keberhasilan kita sebagai orang tua, melahirkan generasi Rabbani. Keberhasilan yang baru akan terlihat hasilnya di akhirat kelak. Apakah akan menjadi timbangan baik kita, atau sebaliknya.</p><p><br /></p><p>Ini yang bisa saya sampaikan. Tanpa bermaksud membenarkan pemikiran pribadi. Pengalaman saya mungkin tidak bisa menjawab pertanyaan di atas. Namun mungkin bisa membantu teman-teman meraba-raba, apakah benar metode CM mengancam aqidah kita sebagai seorang Muslim?</p><p><br /></p><p><b>Batujajar, 29 Oktober 2020</b></p><p><br /></p></div></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-66481844904777757652020-09-10T12:28:00.000+07:002020-09-10T12:28:05.812+07:00Menelisik Makna Pendidikan: Sebuah Narasi dari Materi Workshop Charlotte Mason untuk Keluarga MuslimPada tanggal 6 September lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah workshop yang diadakan oleh (sebutlah) komunitas Menyemai Hikmah. Nah tulisan di blog kali ini berisi apa yang saya peroleh dari pertemuan sesi 1 workshop ini yang menjadi landasan awal sebelum melangkah ketataran teknis berupa kurikulum.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-WOzjB6UUWeo/X1m40Glx1NI/AAAAAAACb0w/qHfErJEDX0wk55YhA0wI3kvq3pVh5eFVgCPcBGAsYHg/s640/photo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-WOzjB6UUWeo/X1m40Glx1NI/AAAAAAACb0w/qHfErJEDX0wk55YhA0wI3kvq3pVh5eFVgCPcBGAsYHg/s320/photo.jpg" /></a></div><div><br /></div><div><br /></div><div><b>Charlotte Mason dan Filosofinya</b></div><div>Langkah pertama yang perlu diperhatikan ketika kita ingin mengadopsi metode Charlotte Mason (CM) ini dalam pendidikan keluarga kita yaitu filosofi. Bersepakat dengan filosofi yang diusung CM yang terangkum dalam 20 prinsip CM. Tujuannya apa? Agar keutuhan pemahaman kita terhadap apa yang jadi alasan dibalik kita menerapkan metode ini memiliki akar yang kuat. </div><div><br /></div><div>Nah hal yang sangat menarik yang saya peroleh dari materi sesi 1 workshop hari minggu lalu yaitu bagaimana mba Qonita, seorang homeschooler praktisi metode CM memaparkan prinsip tersebut dalam sudut pandang kita seorang muslim. Pekerjaan saya terasa dibantu beribu langkah dalam memahami metode CM sebagai seorang Muslim.</div><div><br /></div><div>Memang, dari sedikit yang saya baca mengenai pemikiran CM ini, nyaris semuanya ada dalam ajaran agama kita. Mulai dari cara CM memandang anak sebagai manusia utuh yang dalam parenting islam kita ketahui anak terlahir bersama fitrahnya, tidaklah seperti kertas kosong yang siap ditulis, atau playdough yang siap dibentuk.</div><div><br /></div><div><b>Apa dan Mengapa</b></div><div>Mengadopsi sebuah metode pendidikan tak sekadar mengadopsi teknis aplikasinya. Dalam CM kita benar-benar diminta merumuskan sendiri apa yang kita butuhkan. Sehingga pekerjaan utama kita ketika ingin mengadopsi metode CM dalam pendidikan keluarga kita adalah dengan menemukan jawaban atas apa dan mengapa kita melakukan sesuatu.</div><div><br /></div><div>Dalam sesi 1 yang memang dikuras abis selama 2 jam untuk menyamakan persepsi tentang hakikat pendidikan bagi kita sebagai seorang muslim, diperinci begitu mendalam oleh mba Qonita. Beliau menamakannya timeline. Bagaimana kita diminta untuk merumuskan visi misi keluarga berdasarkan timeline kita sebagai seorang Muslim. Masya Allah.</div><div><br /></div><div>Jika kita sudah mampu melihat timeline tersebut, maka terjawablah hakikat kita sebagai manusia. Setelahnya kita urai lagi komponen yang terdapat di dalam diri kita, yang diumpamakan dengan perumpamaan yang menarik oleh mba Qonita.</div><div><br /></div><div>1. Nurani yang diumpakan sebagai mahkamah agung</div><div>2. Nalar sebagai hakim</div><div>3. Kehendak sebagai (duh maaf saya lupa😅)</div><div><br /></div><div>Beranjak ke bagian lain dari tubuh kita, mba Qonita mengajak kita membayangkan bahwa tubuh kita terdiri dari departemen-departemen yang membantu terlaksananya sesuatu dari diri kita. Saya coba ingat-ingat ya. </div><div><br /></div><div>1. Departemen pikiran</div><div>2. Departemen hati</div><div>3. Departemen tubuh</div><div>4. Departemen jiwa</div><div><br /></div><div>Nah masing-masing departemen ini diuraikan lagi menjadi dua bagian yaitu:</div><div>1. Departemen pikiran terdiri dari pejabat dan hasrat</div><div>2. Departemen hati terdiri dari cinta dan keadilan</div><div>3. Departemen tubuh terdiri dari hasrat atau selera dan dayang</div><div>4. Departemen jiwa ga ada di slidenya dan saya agak mulai riweuh pas bagian ini😢😅🤦</div><div><br /></div><div>Yang saya tangkap dari pemaparan analogi ini yaitu bagaimana kita manusia selalu memiliki dua sisi yang saling mengontrol. Nurani, nalar dan kehendak tadilah yang berkolaborasi membentuk sebuah keputusan terhadap apa yang menggerakkan diri kita melakukan sesuatu.</div><div><br /></div><div>Kita ambil contoh dari departemen tubuh yang masih saya ingat. Ada hasrat atau selera dan juga dayang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kita manusia memiliki hasrat untuk makan (rasa lapar), dayang yang memenuhi hal ini yaitu si indera pengecap kita. Jika kita memenuhi kebutuhan hasrat tadi sesuai dengan kebutuhan, artinya kita tidak diperbudak dayang kita. Namun jika kita terus saja makan sedangkan kita tahu bahwa kita sudah kenyang, namun karena terasa enak dan kita lanjut makan, maka artinya yang jadi pengontrol kita yaitu dayang kita.</div><div><br /></div><div><b>Mencoba Merelasikan</b></div><div>Dari secuplik materi yang saya coba narasikan di atas, luar biasa memang mba Qonita meramu analogi-analogi tersebut. Dan setelah saya coba relasikan dengan apa yang saya ketahui sedikit tentang CM dan juga tentang Islam, memang seharusnya seperti inilah yang harus kita lakukan. </div><div><br /></div><div>Memahami hakikat manusia, seperti yang kita tahu bahwa di dalam Islam ada hadist nabi yang berbunyi:</div><div><br /></div><blockquote><div>Man 'arofa nafsahu faqod 'arofa rabbanu</div></blockquote><div>Kenalilah dirimu maka kamu akan mengenal Tuhanmu</div><div><br /></div><div>Penjabaran analogi departemen inilah yang saya lihat sebagai langkah awal kita mengenal diri kita, mulai dari tubuh kita (fisiologis, psikologis), lalu pikiran kita, hati dan jiwa kita. Sehingga kita tidak akan bertindak atas nama katanya-katanya. Masya Allah.</div><div><br /></div><div><a href="http://www.merisaputri.com/2020/09/Review-buku-cinta-yang-berpikir-untuk-pemula-yang-ingin-mengenal-metode-charlotte-mason-di-indonesia.html?m=1" target="_blank"><b>Baca Juga: Cinta Yang Berpikir: Sebuah Langkah Awal Mengenal Filosofi Pendidikan Charlotte Mason</b></a></div><div><br /></div><div>Menurut CM, yang saya baca melalui buku mba Ellen Kristy, Cinta Yang Berpikir, memang pengetahuan minimal yang harua dikuasai orang tua adalah pengetahuan tentang fisiologi dan psikologi. Dua pengetahuan yang mengantarkan kita mengenali diri kita. Dan mba Qonita juga memaparkan dalam sesi 1 ini.</div><div><br /></div><div><b>Penutup</b></div><div>Banyak sekali relasi-relasi yang dikutip oleh mba Qonita antara pemikiran CM dengan konsep-konsep hidup dalam Islam. Saya akan coba ulas di blogpost terpisah. Semoga narasi ini bisa menjadi jalan saya belajar lebih mendalam lagi.</div><div><br /></div><div>Batujajar, 10 September 2020</div><div><br /></div><div>Nb: narasi ini saya buat semampu saya dan berdasarkan apa yang saya olah dari yang saya dengar saja. Jika terdapat kekeliruan mohon koreksinya. Saat materi berlangsung saya tidak berkesempatan mencatat dan juga belum berkesempatan mendengar kembali rekaman zoom nya. Terimakasih 🙏.</div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-50237728415174371122020-09-05T03:15:00.002+07:002020-09-05T03:16:49.687+07:00Cinta Yang Berpikir: Langkah Awal Mengenal Sebuah Filosofi Pendidikan Dari Charlotte Mason<p>Apa yang terpikir ketika mendengar kata filosofi? Tampaknya ga semua orang ya menyukai bidang ilmu ini, saya salah satunya. Namun, tidak menyukai bukan berarti anti atau tidak mau menyentuhnya sama sekali. Maka kali ini, saya beranikan diri mengulas sebuah buku sederhana namun syarat makna, yang berjudul "Cinta Yang Berpikir".</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OpnobtUPH7M/X1KgaHDqDhI/AAAAAAACavs/VgU5AhBiaEgd6HO75p8FdDnvcClJmK8ZQCLcBGAsYHQ/s2048/MVIMG_20200905_031221-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://1.bp.blogspot.com/-OpnobtUPH7M/X1KgaHDqDhI/AAAAAAACavs/VgU5AhBiaEgd6HO75p8FdDnvcClJmK8ZQCLcBGAsYHQ/s320/MVIMG_20200905_031221-01.jpeg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><b>Yuk Review!</b></p><p>Buku yang berjumlah dua ratus empat puluh dua halaman di luar lampiran dan daftar pustaka ini di tulis oleh seorang <i>homeschooler</i> bernama mba Ellen Kristy. Sebagaimana yang tercantum di sampul bukunya, buku ini dikatakan sebagai manual book atau buku panduan untuk mengenal pendidikan karakter yang diusung oleh tokoh pendidikan lawas berkebangsaan Inggris bernama <b>Charlotte Mason.</b></p><p><br /></p><p>Buku ini dibagi menjadi tiga bagian yang dibuka dengan prolog sebagai perkenalan awal tentang pemikiran sang tokoh pendidikan. Lalu ditutup dengan epilog khas filsuf yang mengajak para pembacanya untuk berpikir '<i>what's next?</i>'. Nah tiga bagian yang terdapat dalam buku ini, menurut saya sangat membantu para pembaca yang tertarik melakukan pendidikan rumah atau <i>homeschooling</i>, terutama yang ingin mengadopsi pemikiran Miss Mason ini. Yuk kita coba review lebih dalam (semoga ga spoiler ya😂😅)</p><p><br /></p><p><b>Sekilas Filosofi</b></p><p>Di bagian awal, Mba Ellen Kristy pada buku ini membawa para pembaca untuk mengenal, memahami, dan meresapi filosofi pendidikan yang diusung Miss Mason. Filosofi ini bisa dikatakan sebagai rangkuman dari buku-buku yang ditulis Miss Mason kala itu, terutama terkait landasan filosofis metode Miss Mason.</p><p>Tentu dengan membaca buku "Cinta Yang Berpikir" ini akan sangat mempermudah proses perkenalan awal kita para pembaca dengan konsep Miss Mason. Mengingat bahasa Inggris sejaman Miss Mason tentu <i>challenging</i> alias susah 😅.</p><p>Sedikit bocoran tentang filosofi Miss Mason, bisa kita lihat dari dua puluh prinsip yang dijadikan pakem pelaksanaan metode Charlotte Mason ini. Apa aja sih? Berikut lima dari dua puluh prinsipnya:</p><p>1. Anak terlahir sebagai pribadi yang utuh, bukan lembaran kosong atau embrio yang berpotensi sebagai pribadi utuh.</p><p>2. Anak menyimpan potensi menjadi baik atau buruk.</p><p>3. Prinsip otoritas untuk hidup teratur dan harmonis</p><p>4. Prinsip otoritas berprikemanusiaan namun tegas dan jelas.</p><p>5. Tiga instrumen pendidikan yaitu atmosfer, disiplin dan kehidupan.</p><p><br /></p><p>Masih banyak hal yang diulas dalam bagian ini. Menurut saya, bagian pertama ini benar-benar ngebentuk mindset dan dibacanya ga bisa sekali atau dua kali (ini saya sih 🤦😂). Karena memang bahasanya itu mempermainkan pikiran ala filsuf, tapi bukan filsud aliran berkelit ya. Yang suka muter2 ga jelas. Mba Ellen dalam bagian awal ini mencoba memantik benak kita untuk berpikir, berpikir dan berpikir. Makanya judul bukunya "Cinta Yang Berpikir" 😁🤫</p><p><br /></p><p><b>Sekilas Kurikulum</b></p><p>Beranjak ke bagian kedua, mba Ellen Kristy mulai memperkenalkan apa saja yang menjadi menu kurikulum dalam pendidikan Miss Mason. Salah satu menu yang paling menarik bagi saya yaitu menu narasi yang memang menjadi ciri khas atau ikon dari metode Miss Mason ini. </p><p><br /></p><p>Sekilas menu narasi ini terdengar biasa, yaitu menceritakan ulang apa yang sudah dibacakan. Tapi ada satu teknik yang digunakan Miss Mason yang menjadi aturan main dari aktivitas narasi ini, yang lagi-lagi menurut saya membuat si narasi ini ga jadi biasa, yaitu single reading alias sekali baca. Jadi ga ada tuh istilahnya pas narasi kita minta dibacakan ulang karena alasan ga fokus atau kurang terdengar atau lupa🤭. Narasikan setelah kita dengar teks dibaca sekali baca, narasikan apa yang ada dibenak kita.</p><p><br /></p><blockquote><p>Semoga saya ga spoiler ya 😅😬</p></blockquote><p><br /></p><p>Satu lagi menu menarik dan masih terkait narasi yaitu <i><b>Living Books</b></i>. Kalo dibahasa Indonesiakan apa ya 😅. </p><p><br /></p><p>Namun setelah saya coba resapi semampu saya dari semua pemaparan para praktisi yang saya dengar dan baca. Dan juga hasil merenungi sekaligus merasa-rasai apa sih bedanya <i>living book</i> ini dengan buku-buku lain, bisa saya simpulkan bahwa <i>living book</i> itu adalah sebuah buku yang bisa membangkitkan dan merangsang akal budi kita untuk membuat ide hidup. Ide yang ketika kita selesai membacanya pun akan terus terngiang di benak kita. Ada rasa ingin membahas dan mencari tau lagi dan lagi terhadap apa yang didapat dan diolah oleh pikiran kita setelah membaca buku itu. Sebuah ide yang bisa membentuk sikap kita tentang hidup yang akan kita bawa kemana.</p><p><br /></p><p>Okeh itu aja ya tentang kurikulum. Yang pasti dibagian ini juga dibahas tentang pelajaran lain dengan metode Miss Mason ini, seperti pelajaran Matematika, IPA, seni dan Bahasa.</p><p><br /></p><p><b>Sekilas Komparasi</b></p><p>Bagian ketiga dari buku "Cinta Yang Berpikir ini, mba Ellen menyuguhkan sebuah perbandingan metode pendidikan yang kerap digunakan para homeschooler. Sebuah bahasan menarik yang bakal menjawab tebak-tebakan para pemula seperti saya yang biasanya sudah mengenal terlebih dahulu metode lain seperti Montessori. Ayo siapa yang ga kenal Montessori. Paling ga ibu Montes ini cukup terkenal dikalangan ibu-ibu muda di Indonesia.</p><p><br /></p><p>Selain Montessori, ada empat metode lain yang disandingkan mba Ellen untuk komparasi, diantaranya:</p><p>1. Unit studies</p><p>2. Unschooling</p><p>3. Classical Education</p><p>4. Waldorf</p><p><br /></p><p>Nah bagi teman-teman yang penasaran dengan metode pendidikan Miss Mason ini, bisa membaca buku mba Ellen ini sebagai perkenalan awal yang cukup intim menurut saya. </p><p><br /></p><p>Oh ya, jika teman-teman tertarik mengadopsi metodenya, maka kita harus bersiap membaca buku asli pemikiran Miss Mason yang berjumlah enam buah. Apa aja?</p><p>1. Home Education</p><p>2. Parents and Children</p><p>3. School Education</p><p>4. Ourselves</p><p>5. Formation of Habits</p><p>6. A Philosophy of Education</p><p><br /></p><p>Gimana? Semoga ulasan ini ga spoiler ya dan menambah rasa ingin tahu. Jikapun tidak homeschooling, menurut saya buku ini sangat membantu kita membentuk kembali filosofi pendidikan yang kita punya. Atau paling tidak menumbuhkan sikap penuh prinsip dalam pendidikan. Tidak hanya bisa diaplikasikan ke anak, metode Charlotte Mason ini bisa juga kita terapkan ke diri kita.</p><p><br /></p><p>Udah ya reviewnya. Selamat berburu buku dan membacanya!</p><p><br /></p><p><b>Batujajar, 5 September 2020</b></p><p><br /></p><p>Tulisan ini ditulis untuk aktivitas komunitas <b>1 Bulan 1 Buku</b></p><p><br /></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-38689935103707599532020-08-07T21:16:00.001+07:002020-08-07T21:16:52.317+07:00Jangan Mau Menjadi IbuEntah apa yang melatarbelakangi seorang wanita sehingga termotivasi untuk menjadi ibu. Bagaikan sebuah robot yang didesain untuk tujuan tertentu, seperti itulah wanita yang berkeinginan menjadi seorang ibu. Katanya, jika sudah menjadi ibu maka lengkap sudah rasanya peran sosial yang diperoleh. Jika sudah menjadi seorang ibu maka terbebaslah kita dari tatapan penuh tanya dari lingkungan sekitar. Jika jadi seorang ibu maka sempurnalah kehidupan.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HumD-1lkcBA/Xy1hy7Qf9lI/AAAAAAACVqU/5viB-wEyBfY7uFm7Y4-BMtnGScuhasrKwCLcBGAsYHQ/s1000/pexels-photo-1683975.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-HumD-1lkcBA/Xy1hy7Qf9lI/AAAAAAACVqU/5viB-wEyBfY7uFm7Y4-BMtnGScuhasrKwCLcBGAsYHQ/s640/pexels-photo-1683975.jpeg" width="640" /></a></div><div><br /></div><div>Benarkah?</div><div><br /></div><div><b>Sebuah Pola Yang Berulang</b></div><div>Sebagai makhluk yang dikenal dengan rasa tidak cepat puas, mudah iri hati, dan memiliki rasa penasaran yang tinggi, manusia acapkali melihat sesuatu dari sudut pandang terjauh mereka. Kita sering lupa menoleh ke arah terdekat kita dalam menggapai sesuatu.</div><div><br /></div><div>Hal yang paling sering kita temui dan agaknya setiap manusia melewatinya yaitu ketika ada rasa ingin segera menjadi besar ketika kita masih kecil. Seperti, saat TK, kita ingin segera SD. Ketika sudah SD, kita ingin segera SMP. Saat SMP, kita ingin segera SMA. Ketika SMA, kita ingin segera kuliah. Dan disaat kuliah, tak sedikit yang ingin segera menikah dan seterusnya.</div><div><br /></div><div>Sebuah pola yang berulang ini bisa dikatakan sebagai wujud karakter bawaan manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang disertai dengan rasa tidak cepat puas dengan apa yang sedang dijalani saat itu. Dalam bahasan agama kita sering mendengar dengan "manusia sering khilaf, lupa bersyukur dan seringnya kufur".</div><div><br /></div><div><b>Mari Kita Berpikir</b></div><div>Jika kita perhatikan, di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat yang mengisyaratkan kita untuk berpikir. Lebih kurang seratus ayat meminta manusia untuk berpikir dan menghayati sesuatu hal. Artinya, jika kita sudah menyadari pentingnya meneliti sesuatu hal sebelum melakukannya, maka kita tentu akan terhindar dari kesia-siaan apalagi rasa penyesalan.</div><div><br /></div><div>Merupakan hal yang tabu pada masyarakat kita memberikan bekal pendidikan menjadi ibu bagi anak perempuan kita. Ketabuan ini hasil dari ketidakmampuan membahasakan peran yang begitu kompleks dalam sebuah kalimat sederhana. Sehingga yang terjadi hanyalah sebuah pola berulang yang didapat orang tua dari orang tuanya dengan polesan berbekal rasa trauma atau pengalaman.</div><div><br /></div><div>Maka tak jarang yang muncul adalah letupan pikiran bahwa ketika menjadi seorang ibu maka saya akan seperti ini dan tidak akan seperti itu. Tanpa mencari dan meneliti mengapa sikap seperti itu bisa muncul di dalam diri kita. Akibatnya, ketika benar-benar sudah menjadi ibu maka kita akan bersikap 'gagap' dan cenderung 'spontan' ketika menghadapi permasalahan dalam pengasuhan anak. Maka muncullah yang sering disebut pakar psikologi dengan istilah <i>Inner Child</i>.</div><div><br /></div><div>Ada yang menyadari pola ini dengan cepat, ada yang berlalu begitu saja tanpa sebuah solusi dan sangat 'menikmati' lika likunya. Ada pula yang tidak menyadarinya sama sekali. </div><div><br /></div><div><b>Kompleksitas Manusia</b></div><div>Sekian juta manusia di dunia Allah ciptakan dengan perbedaan segala macam rupanya. Tak hanya fisik, perbedaan karakter dan watak menjadi pembentuk utama kompleksitas kehidupan manusia. Yang dengannya, muncullah budaya dan stereotype yang tercipta. </div><div><br /></div><div>Namun dalam pembentukan sebuah keluarga, kompleksitas ini menjadi sangat detail dan dan</div><div>Sangat bercabang. Ada faktor-faktor khusus yang melatarbelakangi pembentukan karakter seseorang. Tak hanya sekedar pengaruh lingkungan sosial melainkan hal kecil yang mengiringi kehidupan manusia setiap detiknya. Yang mana hal tersebut tersimpan di dalam memori bawah sadar manusia yang mempengaruhi segala sesuatu terkait manusia itu.</div><div><br /></div><div>Maka, kemunculan standar sosial berdasarkan standar wajar yang disepakati mayoritas manusia, itulah yang akan memimpin. Maka sudah menjadi suatu hal yang lumrah ketika manusia ingin menjadi ini dan itu selagi hal itu masih dipandang wajar. Namun sayang, manusia lupa untuk mempertanyakan 'mengapa' atas setiap keinginan mereka.</div><div><br /></div><div><b>Mengapa Mau Menjadi Ibu?</b></div><div>Kembali ke pembahasan awal, tentang menjadi ibu. Jika kita berani mempertanyakan alasan dibalik mengapa kita, wanita, mau menjadi ibu, apakah jawaban yang kira-kira akan kita kita lontarkan?</div><div><br /></div><div>Pastinya aneka jawaban akan bermunculan, tergantung pada landasan berpikir masing-masing kita. Ada yang membawa motivasi agama, ada yang mengungkap motivasi sosial, atau ada juga yang sekedar menjalaninya tanpa alasan. </div><div><br /></div><div>Tidak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan ini. Bahkan Allah pun tidak pernah memaksa kita untuk menjadi seorang ibu. Dan tentunya Allah lah Dzat yang paling berhak untuk menentukan siapa saja diantara wanita di dunia ini yang akan dititipkan tanggungjawab pembentuk peran ibu ini.</div><div><br /></div><blockquote><div>Lalu untuk apa kita 'memaksa diri kita' menjadi seorang ibu?</div></blockquote><div><br /></div><div>Memaknai kembali tujuan mengapa kita diciptakan, maka disitulah kita bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas, yaitu:</div><div><br /></div><div><p align="center" style="box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: verdana, geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 21px; margin-bottom: 21px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;"><span style="box-sizing: border-box; font-size: 14pt;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ</span></p></div><div><br /></div><div>"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku". (QS. adz Dzariyat: 56)</div><div><br /></div><div><b>Jangan Mau Menjadi Ibu</b></div><div>Menjadi ibu, memang sangatlah mudah. Bahkan banyak wanita yang tidak sadar melakukan perbuatan tercela yang mengantarkannya pada peran baru yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Layaknya anak TK yang tidak mengetahui betapa tidak mengenakkannya SD karena tidak bisa bermain sepuasnya layaknya di TK. </div><div><br /></div><div>Namun dengan menjadi ibu, ternyata itulah cara Allah menolong kita para wanita. Menolong untuk tersadar dari kekhilafan dan dan kebodohan kita. Yang menganggap bahwa ibu hanyalah sebuah perubahan peran sosial karena sebuah hubungan biologis. Dengan menjadi ibu, kita menjadi mau berpikir melebihi sebelumnya. Berpikir atas problematika kehidupan yang kita hadapi dengan hadirnya seorang anak.</div><div><br /></div><div>Maka janganlah sesekali mau menjadi seorang ibu jika cara kita memandang hidup hanyalah sebuah kesenangan belaka. Maka janganlah mau menjadi ibu, jika dunia adalah tujuan yang membuat kita lupa konsep menghamba. </div><div><br /></div><div>Batujajar, 7 Agustus 2020</div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-11888516646063476752020-07-12T23:33:00.000+07:002020-07-12T23:33:28.125+07:00Mengelola Informasi, Mengolah Emosi<div>Memperoleh informasi di zaman sekarang tidak lagi hanya mengandalkan televisi atau surat kabar saja. Saat ini, dalam satu genggaman sebuah alat berukuran mini kita bisa mengakses berbagai macam informasi tanpa harus menunggu jam berita. Tak hanya berita, bahkan membaca buku atau tulisan-tulisan menarik pun bisa kita peroleh tanpa harus ke toko buku. Dan perkembangan ini menggiring media cetak seperti surat kabar dan majalah untuk menyesuaikan diri dan bertransformasi menjadi media cetak elektronik.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-gm4r7rHuFCs/Xws6ytYBMGI/AAAAAAACRLw/TsZTv33GR6AN9dkfBVe8nSZwzXmndv1gACLcBGAsYHQ/s905/pexels-photo-724994.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="905" src="https://1.bp.blogspot.com/-gm4r7rHuFCs/Xws6ytYBMGI/AAAAAAACRLw/TsZTv33GR6AN9dkfBVe8nSZwzXmndv1gACLcBGAsYHQ/s320/pexels-photo-724994.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Perkembangan teknologi ini tentunya membawa angin kemudahan bagi kita untuk memperoleh informasi. Dilain sisi, kemudahan ini membuat arus informasi menjadi sangat deras. Ditambah dengan hadirnya media sosial sebagai platform favorit setiap kalangan untuk memperoleh informasi aktual. Selain karena fiturnya yang menarik, juga karena media sosial menyuguhkan variasi informasi yang jauh lebih beragam dari media elektronik seperti televisi.</div><div><br /></div><div><div><b>Informasi dan Orang tua</b></div><div>Sebagai orang tua, kemudahan memperoleh informasi ini tentunya surga dunia bagi kita. Aneka macam informasi terkait anak dan pengasuhan bisa kita peroleh dengan sangat mudah. Seminar, kuliah, workshop dan berbagai macam kelas online untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai orang tua pun bisa dengan mudah kita dapatkan tanpa harus keluar rumah dan meninggalkan anak dalam waktu yang lama.</div><div><br /></div><div>Semua fasilitas hasil dari kemajuan teknologi ini tentu harus kita sikapi dengan bijak. Ibaratkan tubuh yang kita beri makan, jika terlalu banyak tubuh kita alih-alih menjadi sehat melainkan sakit. Begitu pula informasi, jika terlalu berlebihan bisa menyebabkan informasi memberikan dampak buruk bagi diri kita. Sehingga, pengelolaan informasi dibutuhkan seperti halnya pengelolaan menu untuk asupan makanan ke tubuh kita.</div><div><br /></div><div><b>Emosi dan Pikiran</b></div><div>Emosi dan pikiran seperti dua sisi mata uang. Mereka tidak dapat dipisahkan. Pikiran, bisa memberi perubahan pada emosi, dan emosi pun bisa memberikan pengaruh pada pikiran. </div><div><br /></div><div>Dalam mengelola informasi, dibutuhkan sumber referensi yang menjadi pijakan atau landasan bagi kita untuk berpikir. Apakah informasi tersebut cocok bagi kita, bermanfaat dan kita butuhkan. Jika memang dirasa dibutuhkan, apakah informasi tersebut akurat dan berasal dari sumber terpercaya.</div></div><div><br /></div><div>Lantas apa landasan yang bisa kita jadikan referensi pijakan? Tentunya referensi yang bersifat ideologis yang menjadi landasan keyakinan kita, bisa berupa kita suci atau sejenisnya.</div><div><br /></div><div><b>Contoh Kasus</b></div><div>Ada sepasang suami istri yang baru saja dianugrahkan keturunan. Sebagai pasangan yang baru mengemban amanah sebagai orang tua, mereka mencoba mencari tahu berbagai macam informasi terkait pengasuhan. Mulai dari tahap perkembangan anak hingga hal-hal teknis yang mereka temukan kendalanya disaat mendampingi anak.</div><div><br /></div><div>Suatu waktu, sang ibu tidak sengaja membaca sebuah tulisan di akun media sosialnya. Tulisan tersebut membahas tentang pentingnya perkembangan bahasa bagi anak usia dini. Dalam tulisan tersebut si Ibu memperoleh informasi bahwa perkembangan bahasa menjadi salah satu faktor yang bisa mengindikasikan kecerdasan otak anak. </div><div><br /></div><div>Sesaat setelah membaca tulisan tersebut tanpa melakukan kroscek sumber tulisan, sang ibu pun langsung dilanda kepanikan. Pasalnya anaknya yang berusia 20 bulan belum mengalami lonjakan kosakata seperti di tulisan yang dia baca. Sehingga pikiran sang ibu pun menjadi panik mengkhawatirkan anaknya akan tumbuh tidak cerdas dan normal.</div><div><br /></div><div>Di tempat yang terpisah, sang suami membeli sebuah buku tentang tahapan perkembangan anak karya seorang dokter tumbuh kembang anak. Sang suami menyadari ada keterlambatan yang dia lihat dari tumbuh kembang anaknya. Namun dia tahu bahwa hal tersebut masih dibatas wajar. Sehingga dia memutuskan membeli buku tersebut agar bisa menstimulus sesuai dengan ilmunya untuk mengatasi rasa khawatirnya.</div><div><br /></div><div><i><b>Apa Yang Dilihat Dari Contoh Kasus di atas?</b></i></div><div>Ada perbedaan sikap yang mempengaruhi perbedaan prilaku. Pengelolaan informasi dengan melibatkan pikiran yang berlandasan, akan berbeda penyikapannya. Sehingga emosi yang muncul pun bisa terlihat beda.</div><div><br /></div><div>Pengelolaan informasi seperti apa yang bisa kita lakukan agar bisa mengolah emosi dengan baik? </div><div><br /></div><div>1. Menyadari bahwa informasi bukanlah landasan hidup melainkan sumber pengetahuan yang datang dari seseorang. Bisa salah dan bisa juga betul.</div><div><br /></div><div>2. Melalukan kroscek terhadap setiap informasi yang diperoleh dari berbagai macam sumber. Utamakan sumber-sumber terpercaya.</div><div><br /></div><div>3. Memiliki landasan berpikir. Apa yang paling mempengaruhi kehidupan kita. Agama kah atau apa? Lalu pelajarilah hal-hal yang membentuk pola pikir kita itu berdasarkan landasan berpikir tadi.</div><div><br /></div><div>4. Menyadari bahwa informasi bersumber dari anekaragam pemikiran, latar belakang dan tujuan. </div><div><br /></div><div><b>Refleksi Pribadi</b></div><div>Kencangnya arus informasi membuat kita suka lupa menilik diri sendiri terkait cara kita menyikapi sesuatu, termasuk informasi. Apakah kita termasuk yang reaktif atau kalem. Seringnya kita hanyut membaca, baik teks atau sekedar foto dari akun-akun yang kita ikuti. Kemudian secara tidak sadar, akun yang paling kita ikuti akan mendominasi cara pikir kita. Dan tidak menutup kemungkinan kita akan menjadikannya sebagai referensi dan landasan berpikir kita.</div><div><br /></div><div>Untuk saya pribadi, melakukan sesuatu termasuk dalam mencari sebuah informasi diperlukan ketenangan berpikir. Memastikan diri tidak sekedar ikut-ikutan yang sering membuat kita rapuh dalam bersikap. Dan tentu, sebagai manusia beragama saya menjadikan kitab suci sebagai landasan berpikir, agar ketika hadir sebuah informasi saya bisa bersikap sewajarnya. </div><div><br /></div><div>Jika kita contohkan aplikasinya berdasarkan contoh kasus di atas, bisa jadi begini.</div><div><br /></div><div>Kepanikan sang ibu tadi bisa jadi bersumber dari berbagai macam faktor, bisa dari ketidaktahuan atau obsesi pribadi. Ketidaktahuan akan tahapan tumbuh kembang anak membuat informasi sepintas lewat menjadi sumber yang dia yakini keakuratannya. Atau sikap obsesif sehingga sang ibu menginginkan anaknya tumbuh normal bahkan melejit. Dua hal yang tidak imbang inilah yang menjadikan informasi sebagai bumerang tersendiri bagi orang tua.</div><div><br /></div><div>Sehingga informasi tak lagi membawa kebermanfaatan, melainkan membawa gejolak emosi yang tentu bisa mengganggu stabilitas keluarga.</div><div><br /></div><div><b>Baleendah, 12 Juli 2020</b></div><div><br /></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0Australia-25.274398 133.775136-53.584631836178843 98.618886 3.035835836178844 168.931386tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-59142093326651774252020-05-12T23:01:00.000+07:002020-05-12T23:01:36.287+07:00Zaynab Mikayla AlkhansaBaru beberapa kali saya menuliskan kisah tentang Zaynab di blog ini. Sudah saatnya kita menuliskan kembali cerita tentang Zaynab. Diusianya yang sudah satu tahun setengah.<div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ZO0xwjeHGnM/XrrGLhMtplI/AAAAAAACG-k/la_7epo0EdIxo4R1qt0v3NmkBN946mskACK4BGAsYHg/IMG_20200512_205452.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ZO0xwjeHGnM/XrrGLhMtplI/AAAAAAACG-k/la_7epo0EdIxo4R1qt0v3NmkBN946mskACK4BGAsYHg/w240-h320/IMG_20200512_205452.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></div><div><br /></div><div>Dulu impian saya ingin mendokumentasikan setiap tahap tumbuh kembang Zaynab mulai dari usia 0 bulan. Tapi ternyata itu hanya wacana 😅. Saya terlalu sibuk dengan urusan pindahan, jastip dan juga eczema Zaynab. Bahkan tulisan tentang kelanjutan eczema Zaynab saja saya masih hutang dua judul 🤭. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-YmDDcZXfir8/XrrGWfas_2I/AAAAAAACG-o/r6slbvvELRIuVzJF7b9gCrxMtbjihZgFACK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504105237306_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-YmDDcZXfir8/XrrGWfas_2I/AAAAAAACG-o/r6slbvvELRIuVzJF7b9gCrxMtbjihZgFACK4BGAsYHg/w240-h320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504105237306_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></div><div><br /></div><div>Tapi ga papa lah ya kalo pada tulisan kali ini saya ga ngebahas eczema ataupun alerginya Zaynab. Malam ini saya ingin bercerita sedikit tentang karakter Zaynab hingga menginjak usia 18 bulan ini. Tentu saja tulisan ini bukan untuk meningkatkan viewer. Tapi untuk rekam jejak digital seperti halnya Zaid dan Ziad. Yang mana kalo kita googling nama mereka, maka foto-foto mereka pun akan muncul. Semoga Zaynab juga ya 😂.</div><div><br /></div><div><b>Tracking Milestone</b></div><div>Beberapa hari yang lalu, saya sempat melakukan checklist milestone Zaynab menggunakan panduan yang saya peroleh jaman di US dulu. Alhamdulillah 90% Zaynab udah mencapai milestonenya sesuai usianya. Dan PR nya Zaynab agak mirip dengan Zaid Ziad seumuran Zaynab. Yaitu capaian bahasa.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-vCiOIqDWtb0/XrrGe1ZSVHI/AAAAAAACG-s/Fz8iEfy6fc40zo4623h9mrkpzcZR0j_HgCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200507081428418_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-vCiOIqDWtb0/XrrGe1ZSVHI/AAAAAAACG-s/Fz8iEfy6fc40zo4623h9mrkpzcZR0j_HgCK4BGAsYHg/w240-h320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200507081428418_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr></tbody></table><div><br />Normalnya, lejitan bahasa pada anak biasa terjadi diusia 18 bulan ke atas. Anak akan dengan spontan mengikuti kata yang kerap mereka dengarkan. Bagaimana dengan Zaynab?</div><div><br /></div><div>Masih tergolong normal alhamdulillah. Sejak usia 16 atau 17 bulan Zaynab sebenarnya menunjukkan peningkatan capaian bahasa melalui kosakata yang dia peroleh. Namun, memasuki usia 18 bulan, beberapa kata mulai hilang. Namun dia masih mengerti apa yang dimaksud dari kata tersebut namun tidak mau lagi memproduksi kata tersebut. Nah ini yang bikin khawatir 🙈</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8t_PeIS7pYU/XrrGloJ0PSI/AAAAAAACG-0/IGonV0U4aJ02HaAZWNivCS0gdg-xNJY8gCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200511095325944_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-8t_PeIS7pYU/XrrGloJ0PSI/AAAAAAACG-0/IGonV0U4aJ02HaAZWNivCS0gdg-xNJY8gCK4BGAsYHg/w240-h320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200511095325944_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></div><div><br /></div><div>Saya coba list kata-kata yang sudah/pernah/lumayan sering muncul dari ucapan Zaynab dan memiliki makna yang konsisten terhadap benda atau sesuatu.</div><div><br /></div><div>Mpah 👉 tumpah, sampah</div><div>Mamam 👉 makan, bobo, dan nenen. Dan sekarang kucing pun jadi mamam, bukan lagi memeng 🤧</div><div>Tata 👉 mata dan hanya diucap kalo saya lagi ngulek sambel karena dia pernah keperihan mata gara-gara bau bawang</div><div>Det 👉 kaget. Hanya akan diucap jika kita kaget dan dia jadi inget cerita saat dia kaget lagi main hp tiba-tiba kepencet Youtube yang videonya suaranya keras</div><div>Aaa 👉 manggil semua orang sekarang kaya gitu terus 🤧. Padahal sebelumnya sudah bisa panggil Ta untuk Abinya, Ba untuk Abangnya, dan Da untuk Udanya. Dan Aaa ini juga untuk meminta hal yang dia mau 🙄</div><div>Pau 👉 untuk apapun jenis cerita yang memiliki suara yang entah apa lalu dia endingkan dengan pau 🙄</div><div>Wow 👉 untuk segala hal yang menakjubkan buat dia</div><div>Dakda 👉 tidak ada</div><div>Papapa 👉 ga papa atau itu apa atau itu siapa</div><div>Dan suara-suara aneh yang dia dengar seperti sendawa, kentut, auman, teriakan dll yang spontan terjadi saat kita tengah bercengkrama.</div><div><br /></div><div>Banyaknya ekspresi ya 😅. Bukan kata benda 😂.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LF_5BQBPjMU/XrrG2H3qfDI/AAAAAAACG-4/-fhnbHBoNocZ6NU_soRl-QayfoR_Kqf2wCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200423090305658_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-LF_5BQBPjMU/XrrG2H3qfDI/AAAAAAACG-4/-fhnbHBoNocZ6NU_soRl-QayfoR_Kqf2wCK4BGAsYHg/w320-h240/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200423090305658_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Adapun kata atau kalimat yang dia mengerti tapi belum mau mengucapkannya adalah:</div><div><br /></div><div>1. Semua anggota tubuh seperti mata, telinga, rambut, hidung, mulut, lidah, gigi, pipi, jidat, tangan, kaki, belly, pipis, pantat.</div><div>2. Kalimat perintah seperti tutup atau buka pintu, tolong ambilin bla bla, ajakan terhadap aktivitas tertentu seperti makan, main, pergi, doa, mengaji. Dan kalimat perintah lainnya yang cukup banyak sehingga membuat saya merasa dia sudah sangat dewasa untuk disuruh-suruh 🤭</div><div>3. Menggeleng dan mengangguk dengan sangat tepat ketika ditanya sesuatu.</div><div>4. Menunjukkan semua anggota keluarga sesuai dengan namanya.</div><div>5. Mengadu jika terjadi sesuatu padanya dengan bahasa bayi yang panjang tapi belum mengeluarkan kata bermakna hanya menunjuk-nunjuk suatu tempat atau lokasi peristiwa terjadi 😅.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-W8tHh5Hf1oQ/XrrHEElfXdI/AAAAAAACG_A/b6ZHVs7NepMiEJISHAL8qokNmkMfXfO2QCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200420160542214_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-W8tHh5Hf1oQ/XrrHEElfXdI/AAAAAAACG_A/b6ZHVs7NepMiEJISHAL8qokNmkMfXfO2QCK4BGAsYHg/w240-h320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200420160542214_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></div><div><br /></div><div>Kemampuan lain selain capaian bahasa yaitu kemampuan bermain dengan kakak-kakaknya. Seperti bermain petak umpet, baca buku bareng, kuda-kudaan, dan lain-lain. Yang mana saya memandang hal ini sebagai capaian sosial interaksi dia.</div><div><br /></div><div>Sedangkan untuk kognitif bisa dilihat dari kemampuan dia menunjuk semua anggota tubuh yang kita tanya secara tepat. Selain itu Zaynab juga bisa mengoperasikan benda sesuai fungsinya seperti sikat gigi, sisir rambut, bantal, selimut, buku, kursi, dan lain-lain. Dan Zaynab juga menyukai pretending play dengan boneka-bonekanya. Seperti menyuapinya, mengaja bicara, menggendong, dan lain-lain.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-hV4_BoknUZg/XrrHOjpQqgI/AAAAAAACG_I/V8D0zdd4T5AibAImSP4kEg0Y6NEFFiqwgCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200427171904643_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Zaynab Mikayla Alkhansa" border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-hV4_BoknUZg/XrrHOjpQqgI/AAAAAAACG_I/V8D0zdd4T5AibAImSP4kEg0Y6NEFFiqwgCK4BGAsYHg/w240-h320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200427171904643_COVER.jpg" title="Zaynab Mikayla Alkhansa" width="240" /></a></div><div><br /></div><div>Bagaimana motoriknya? Memang anak laki-laki dan perempuan akan signifikan perbedaan terlihat di kemampuan motorik ya. Jika dulu ZaZi motorik kasar majunya pesat, Zaynab justru di motorik halus. Hal ini semacam natural aja ya tanpa stimulus. Sehingga saya harus fokus pada motorik kasar Zaynab justru. </div><div><br /></div><div>Kayanya segini dulu deh bahasan tentang Zaynab. Semoga ada lanjutannya biar keliatan juga nih anak perkembangannya gimana 😁.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 12 Mei 2020</b></div><div><b>Nb: bagi yang ingin dikirim pdf milestonenya, silahkan tinggalkan komen ya 🤗</b></div><div><br /></div></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-23613606454997734022020-05-10T07:06:00.003+07:002020-09-20T01:02:50.842+07:00Ketika Harus Memilih Homeschooling<p>Homeschooling sebagai salah satu alternatif pilihan pendidikan untuk anak semakin hari semakin dilirik para orang tua. Beragam faktor tentunya, yang membuat para orang tua menjadikan homeschooling sebagai pilihan jalur pendidikan. Seperti faktor eksternal dengan adanya rasa kurang puas dengan sistem pendidikan yang ada, kurang terfasilitasinya kebutuhan anak, atau mungkin juga faktor internal karena tidak ingin melewatkan kesempatan memiliki amal jariyah terbesar.</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-2R2OV6gSr3I/XrdFOqgFumI/AAAAAAACFjQ/mOeBZfCWdD8FEk4G1YrGvKnas15ciPRwwCK4BGAsYHg/pexels-photo-4145032.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-2R2OV6gSr3I/XrdFOqgFumI/AAAAAAACFjQ/mOeBZfCWdD8FEk4G1YrGvKnas15ciPRwwCK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-4145032.jpeg" width="320" /></a></div><p><br /></p><p>Selain faktor yang beraneka ragam, persepsi terhadap homeschooling ini sendiri pun beragam. Dalam pembahasan kali ini, homeschooling yang kami maksud adalah homeschooling berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa sekolah rumah atau homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau tempat dengan suasana kondusif.</p><p><br /></p><p>Jadi dari Peraturan Menteri tersebut, dalam tulisan ini kita akan membahas tentang homeschooling yang dilaksanakan langsung oleh para orang tua. Bukan homeschooling yang dialihtangankan ke pihak atau lembaga tertentu yang melabeli dirinya sebagai lembaga homeschooling. Karena dua hal ini memiliki konsep yang berbeda.</p><p><br /></p><p>Banyak dari para praktisi homeschooling menyarankan pelurusan persepsi terhadap konsep homeschooling yang akan diterapkan. Karena jika persepsinya sudah lurus, akan mudah bagi kita untuk mengatasi berbagai macam sandungan di kemudian hari.</p><p><br /></p><p>Pelurusan persepsi disini lebih kepada mengembalikan konsep homeschooling pada filosofi awalnya, yaitu pendidikan berbasis keluarga. Bukan pendidikan berbasis lembaga alias mengalihkan pendidikan dari pendidikan formal di sekolah ke pendidikan nonformal atau informal lewat lembaga pendidikan.</p><p><br /></p><p>Nah, selain persepsi tentang homeschooling itu sendiri, sedikitnya ada lima hal penting lainnya yang harus kita ketahui sebelum memutuskan untuk memilih homeschooling.</p><p><br /></p><p>1. Visi misi keluarga</p><p>Dalam menjalankan homeschooling, artinya keluarga menjadi basis utama pendidikan anak sebelum memperluas diri ke ranah yang lain. Menentukan visi misi keluarga menjadi sangat penting agar tujuan pendidikan berbasis keluarga ini bisa terlihat. Dari visi misi keluarga inilah kemudian kita telurkan visi misi dalam mendidik anak.</p><p><br /></p><p>2. Visi misi pendidikan anak</p><p>Setiap keluarga tentu memiliki ruh yang berbeda dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya. Ada keluarga yang ingin memperkaya anak dengan ruh religi, sporti, naturalistik, atau ruh keilmuwan.</p><p>Merunut dari visi misi keluarga, maka visi misi pendidikan anak membantu kita melihat lebih terperinci apa yang menjadi visi misi dalam pendidikan anak. Seperti halnya menciptakan ruh tadi. Ada keluarga yang mampu menelurkannya sejak awal, namun tak jarang ada keluarga yang terus menerus merevisi visi misi pendidikan anak ini karena karena hendak menyesuaikan dengan perkembangan sang anak.</p><p><br /></p><p>3. Karakteristik keluarga</p><p>Merumuskan visi misi keluarga dan juga pendidikan anak bukanlah hal yang mudah. Selain menuntut proses panjang, perumusan visi misi ini pun meminta kita untuk terus menerus mengenal karakteristik keluarga. Karena pengejawantahan visi misi ke ranah teknis akan sangat menantang jika kita kurang memahami karakteristik keluarga.</p><p>Ada keluarga yang mampu menyibukkan diri dengan aneka aktivitas di dalam rumah. Ada keluarga petualang yang tidak mampu melejitkan potensi jika hanya monoton di rumah saja. Dan ada juga keluarga yang mampu beradaptasi cepat dengan perubahan situasi, kondisi dan lingkungan.</p><p><br /></p><p>4. Metode homeschooling</p><p>Setelah mengetahui karakteristik keluarga, barulah kita bisa beranjak untuk menemukan metode homeschooling yang cocok untuk keluarga. Ada banyak metode pendidikan yang bisa kita terapkan dalam homeschooling. Seperti metode Montessori, Charlotte Mason, metode Unschoolingnya John holt atau pun metode campuran dari semua metode yang dirasa cocok dengan keluarga kita.</p><p><br /></p><p>5. Prinsip-prinsip dalam homeschooling</p><p>Ada banyak hal prinsip yang tak kalah penting dari empat poin penting di atas yang harus sudah ajeg dimiliki oleh keluarga homeschooler. Prinsip-prinsip inilah yang nantinya diharapkan sebagai pengokoh keluarga ketika ada kerikil atau batu sandungan. Sehingga kita para orang tua sebagai pelaksana homeschooling tidak mudah goyah dalam menjalankan pilihan pendidikan ini.</p><p>Jadi jika diumpakan, empat poin sebelum ini adalah sebagai pondasi, maka poin ke lima ini adalah tiang yang siap menyangga bangunannya. Sehingga ada beberapa prinsip yang perlu kita ketahui agar miliki tiang penyangga yang kuat.</p><p><br /></p><p>Apa sajakah prinsip-prinsip tersebut:</p><p>1. Setiap manusia adalah berbeda, maka hargailah perbedaan sekecil apapun itu. Baik perbedaan antar anggota keluarga, maupun perbedaan antar keluarga homeschooling. Lebih luas lagi, perbedaan antar orang tua dalam memilihkan jalur pendidikan untuk anak-anaknya.</p><p><br /></p><p>2. Karena kita berbeda, maka tak ada gunanya kita saling membandingkan. Karena prinsipnya perbandingan hanya akan memunculkan pelemahan atau kesombongan. Dan hal ini akan menggoyahkan pondasi keluarga, yaitu jiwa. Ketika jiwa goyah, maka tak matanglah visi misi yang seharusnya bisa dimatangkan. Ketika jiwa goncang, maka tak kuatlah karakteristik keluarga yang melekat. Karena lebih terpengaruh arus luar akibat seringnya membandingkan.</p><p><br /></p><p>3. Setiap keluarga itu unik, maka ambillah kebaikan dari keluarga lain dan modifikasi penerapannya untuk keluarga kita. Lalui hargailah setiap keunikan yang beragam itu untuk membuka mata lebih lebar bahwa pendidikan anak tak melulu menyoal keluarga kita. Ingat! Ada pendidikan sosial dan moral serta agama yang harus melibatkan elemen horizontal kita sebagai manusia.</p><p><br /></p><p>4. Sukses dan gagalnya sebuah homeschooling tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Karenanya, berhentilah menilai keluarga lain dan fokuslah pada proses keluarga sendiri dengan menentukan sukses seperti apa yang hendak kita jemput.</p><p><br /></p><p>5. Orang tua adalah cerminan anak, maka pastikan kita sebagai orang tua selesai dengan diri sendiri. Sehingga tidak ada bias yang terjadi ketika kita menanamkan nilai kepada anak. Bukankah Allah tidak menyukai manusia yang tidak melaksanakan apa yang dia katakan?</p><p><br /></p><p>Semoga dengan 5 poin penting ini, para orang tua yang masih merasa bimbang akan pilihan pendidikan anak-anaknya bisa menjadi lebih mantap dalam melangkah. Pilihan pendidikan apapun itu, semua tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Hanya kita yang tahu pilihan pendidikan apa yang siap kita terima kekurangannya dan puas hati mendapatkan kelebihannya.</p><p><br /></p><p><b>Batujajar, 1 Mei 2020</b></p><p><b><br /></b></p><p><b>Nb: Tulisan ini dimuat di <font color="#3367d6">The Real Ummi</font> dengan judul "5 Hal Penting Sebelum Memulai Homeschooling" dengan editan yang disesuaikan tanpa mengubah isi artikel</b></p>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-71954994307530725902020-05-09T12:56:00.000+07:002020-05-09T12:56:02.863+07:00Jurnal Ramadan: Percobaan LiquefaksiJujur saja, saya adalah orang tua yang baru saja belajar. Belajar tentang diri sendiri, pasangan, anak dan lingkungan. Sehingga tantangan berat memang buat saya ketika harus belajar sembari membersamai anak-anak belajar. Terutama ketika saya dan suami memutuskan untuk Homeschooling.<div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MfRf17WSkD4/XrZBWuXxKkI/AAAAAAACFAs/-L9uQ3vPd1QeKfYiS_tGaTyhxIFgWc-xACK4BGAsYHg/IMG_20200508_224514_482.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="498" data-original-width="498" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-MfRf17WSkD4/XrZBWuXxKkI/AAAAAAACFAs/-L9uQ3vPd1QeKfYiS_tGaTyhxIFgWc-xACK4BGAsYHg/s320/IMG_20200508_224514_482.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Seperti yang pernah saya tuliskan di sebuah artikel (saat tulisan ini dibuat tulisan tersebut belum publish di website komunitas yang saya ikut), saya meyakini bahwa tak hanya anak yang unik, masing-masing keluarga pun unik. Sehingga dari hal inilah saya mulai menipiskan berbagai macam perasaan tak mampu membersamai anak belajar. Karena hakikatnya sudah sangat jelas. Keunikan keluarga kitalah wadah utama tempat belajar kita.</div><div><br /></div><div>Ya! Kita! Semua anggota keluarga. Tak hanya anak melainkan juga orang tua. Kita semua sedang dan akan terus belajar.</div><div><br /></div><div>Dari hal inilah saya coba melihat dan masuk dengan sangat perlahan tentang cara yang bisa saya gunakan agar tujuan pendidikan anak yang saya impikan tercapai. Apakah itu? Saya berharap anak-anak bisa menjadi pembelajar mandiri yang selalu bersemangat mencari ilmu. Dan tentu kuncinya ada pada diri kita orang tua. Dengan cara terus menerus belajar. Tak peduli anak-anak ngeh atau tidak.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Rq4C5hezBpI/XrZFIUxj51I/AAAAAAACFBw/yiKqciRReyA20X52gyZZ50u3PMMw_V_ggCK4BGAsYHg/images%2B%252835%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="361" data-original-width="607" src="https://1.bp.blogspot.com/-Rq4C5hezBpI/XrZFIUxj51I/AAAAAAACFBw/yiKqciRReyA20X52gyZZ50u3PMMw_V_ggCK4BGAsYHg/s320/images%2B%252835%2529.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Nah pagi ini, anak-anak yang memang tipe random learner memergoki saya tengah menonton video liquefaksi yang terjadi di Sulawesi. Sengaja tidak saya stop videonya seperti biasanya, karena video ini adalah pengetahuan. Dan benar saja, mereka bertanya panjang lebar tentang peristiwa tersebut tak ada habisnya. Karena saya harus berbagi perhatian dengan Zaynab, saya pun menawarkan aktivitas outing untuk melakukan mini experiment tentang peristiwa liquefaksi ini.</div><div><br /></div><div>Berbekal informasi singkat dari sebuah video yang kami temukan di google, saya mulai kebayang percobaan seperti apa yang bisa kita lakukan. Padahal tadinya saya ragu apakah anak-anak akan tertarik atau tidak. Dan alhamdulillah memang mereka anak-anak alam yang paling seneng kalo diajak keluar memperhatikan alam sekitar.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-IR26Pk-cTZY/XrZFVMX0OgI/AAAAAAACFB0/iF9ypoTMJMYJZHt8V4QopY0ne-vtab4XQCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200507081348763_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-IR26Pk-cTZY/XrZFVMX0OgI/AAAAAAACFB0/iF9ypoTMJMYJZHt8V4QopY0ne-vtab4XQCK4BGAsYHg/s320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200507081348763_COVER.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Terkadang kita suka terlalu cepat menarik kesimpulan bahwa oh kita tidak mampu atau anak tidak mau. Padahal mungkin kita hanya butuh waktu untuk melihat sesuatu lebih mindfull. Karena sesungguhnya dibalik ketidaknormalan kondisi tetap ada pembelajaran di dalamnya. Makanya jangan langsung patah semangat dulu jika pancingan yang kita berikan untuk anak agak kurang mempan. </div><div><br /></div><div>Perlahan meski tidak terlihat, tapi satu persatu aktivitas sederhana dalam keluarga kami yang sangatlah baru di dunia homeschooling ini memperlihatkan polanya. Jika berbicara hasil agaknya terlalu dini. Sehingga saya memang berfokus pada pola yang bisa dibentuk dalam keluarga kami untuk membawa anak-anak menjadi pembelajar mandiri.</div><div><br /></div><div>Oh iya, bagi teman-teman yang ingin melakukan percobaan liquefaksi ini, alat dan bahannya sangatlah mudah. Ga perlu beli-beli atau preparasi lama. Saya coba catatkan semoga bermanfaat.</div><div><br /></div><div>1. Siapkan satu wadah untuk media yang akan diisi kerikil dan tanah</div><div>2. Siapkan sendok atau sekop kecil untuk memudahkan memindahkan tanah</div></div><div>3. Sediakan air secukupnya untuk memberikan efek becek pada tanah</div><div>4. Siapkan benda yang ingin dicobakan terkena dampak liquefaksi, seperti mobil-mobilan atau mainan lainnya.</div><div><br /></div><div>Caranya:</div><div>Perkenalkan kepada anak bahwa struktur tanah yang selama ini kita injak terdiri dari beberapa lapisan. Untuk percobaan kita buat dua lapisan saja. Lapisan bebatuan sebagai dasar, dan lapisan tanah di atasnya. Di dalam tanah juga terdapat air. Disini kita juga bisa menjelaskan dari mana air yang selama ini mereka pergunakan untuk mandi dan lain-lain. Jika perlu buatkan sketsa sederhana mengenai struktur tanah ini.</div><div><br /></div><div>Lalu, siramkan air ke dalam wadah karena tanah memiliki air di dalamnya. Nah peristiwa liquefaksi terjadi ketika adanya perubahan kepadatan tanah akibat sebuah peristiwa seperti peristiwa gempa bumi. Yang menggeser struktur tanah bagian dalam, seperti kerikil tadi yang menyebabkan air tanah naik ke permukaan dan membuat tanah kehilangan kepadatan dan kekuatannya. Disaat inilah tanah seolah bersifat seperti air. Bisa memiliki gelombang sepertu air laut dan mampu menghanyutkan atau menenggelamkan benda yang ada di atasnya.</div><div><br /></div><div>Mudah-mudahan bermanfaat ya dan anak-anak jadi terpancing daya berfikir kritisnya. Semakin banyak mereka bertanya, semakin bermakna pembelajaran yang kita suguhkan.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 6 Mei 2020</b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-46077690365874098292020-05-06T22:24:00.000+07:002020-05-06T22:24:13.421+07:00Jurnal Ramadan: Kesedihan Pertama Selama PandemiHari ini berjalan agak sedikit drama. Pertama kalinya Zaid curhat kalo dia sedih cuma di rumah aja. Ga bisa main ke taman, ga bisa ngaji ke masjid lagi dan ga bisa jalan-jalan. Saya? Nyesek donk dengernya. Mana memang kebetulan saya juga lagi merasakan hal yang sama.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-OAdl7Nm2wG4/XrLWf0MOPpI/AAAAAAACEKU/MWlsHHJg4tQGapEccYUOqFHoERW-98wCACK4BGAsYHg/pexels-photo-126637.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-OAdl7Nm2wG4/XrLWf0MOPpI/AAAAAAACEKU/MWlsHHJg4tQGapEccYUOqFHoERW-98wCACK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-126637.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Memang kami alhamdulillah masih dalam batas normal. Hanya butuh refreshing dikit aja sekedar jalan pagi atau belanja kemana. Tapi karena khawatir ga bisa ngontrol gerak anak-anak jadilah saya batasi diri untuk benar-benar ga berpergian 🙄.</div><div><br /></div><div>Situasi ini untungnya bikin saya rada mikir untuk menyampaikan ke Zaid bahwa kita tetap harus bersyukur karena masih bisa sesekali keliling-keliling pake mobil. Sedangkan orang lain yang harusnya kerja jadi ga bisa kerja. Boro-boro mikirin kesenangan, mikiran makanan yang akan dimakan aja mereka udah susah.</div><div><br /></div><div>Meski mencoba sedikit untuk mencerna, Zaid agak sedikit tenang. Ditambah ketika saya minta dia untuk memperbanyak doa apalagi lagi bulan Ramadan dan dia pun puasa. Langsung dia tengadahkan tangan sambil komat kamit. Meski mungkin dia sendiri ga terlalu paham dengan situasi sekarang, paling ga dia bisa tenang sementara. Tinggal saya yang harus mencari cara agar anak-anak bisa menikmati masa karantina ini dengan minim rasa sedih.</div><div><br /></div><div>Berhubung sepuluh hari kedua adalah masanya pengampunan, jadilah saya agak mengurangi intensitas bergadget. Jadilah target 1 jurnal 1 hari agak mandeg dan memendek hehehe.</div><div><br /></div><div>Semoga Allah segera angkat virus Corona dari muka bumi dan melimpahkan kembali hidup yang normal tanpa wabah untuk kita umat manusia.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 6 Mei 2020</b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-43233993359634211262020-05-06T22:09:00.000+07:002020-05-06T22:09:56.321+07:00Jurnal Ramadan: Good Deeds Calendar ZaZiMemasuki hari ke 13 Ramadan, mari kita liat pelaksaanaan Good Deeds ZaZi selama 12 hari puasa 😁. Tadinya mau dievaluasi per 10 hari. Tapi karena ada evaluasi besar, jadilah untuk good deeds diundur saja.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1b7h7rg0fq8/XrLSN_OAUTI/AAAAAAACEJ4/f-jKgp087P8N5o0hWOKuYfM_JyllD9JMgCK4BGAsYHg/IMG_20200504_091211.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-1b7h7rg0fq8/XrLSN_OAUTI/AAAAAAACEJ4/f-jKgp087P8N5o0hWOKuYfM_JyllD9JMgCK4BGAsYHg/s320/IMG_20200504_091211.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>FYI, selama Ramadan kita mempersiapkan 5 perbuatan baik yang ditawarkan untuk ZaZi, yaitu:</div><div>1. Nyuci piring</div><div>2. Nyuci baju</div><div>3. Bersihin meja belajar</div><div>4. Ngasuh Zaynab</div><div>5. Nambah hafalan AlQuran</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-1bn594P2Jog/XrLSXmcAfhI/AAAAAAACEJ8/rWsT8_0uORI4XKOeJcelum7fVp10CwDVgCK4BGAsYHg/IMG_20200428_104445.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://1.bp.blogspot.com/-1bn594P2Jog/XrLSXmcAfhI/AAAAAAACEJ8/rWsT8_0uORI4XKOeJcelum7fVp10CwDVgCK4BGAsYHg/s320/IMG_20200428_104445.jpg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Gimana pelaksanaannya?</div><div><br /></div><div>Mereka masih belajar kecuali hafalan dan beresin meja. Untuk mencuci piring mereka cenderung gampang tapi untuk beberapa piring saya bantu karena takut pecah. Sedangkan nyuci baju kan cuma pencet-pencet tombol doank. Dan aslinya mereka kecewa karena mereka ngirain nyuci pake sikat 😅. Tapi saya ga kasih karena malah nambahin kerja saya 🙈. Untuk ngasuh Zaynab makin hari mereka makin dewasa cara ngasuhnya. Terutama Zaid. Kalo Ziad memang suka gelut sama Zaynab 😅😅.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-4OVEm_4k-iw/XrLSfm8Q7VI/AAAAAAACEKA/yT-aE53O_2IAv4b3sZu5V1NVihJlka9UACK4BGAsYHg/00000IMG_00000_BURST20200502095946690_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-4OVEm_4k-iw/XrLSfm8Q7VI/AAAAAAACEKA/yT-aE53O_2IAv4b3sZu5V1NVihJlka9UACK4BGAsYHg/s320/00000IMG_00000_BURST20200502095946690_COVER.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Kenapa sih cuma 5 good deeds nya? Karena kita targetnya adalah pembiasaan. Karena anak-anak tipe yang ga terlalu perhatian untuk hal baru. Jadi kalo terlalu variatif malah ga nempel ke mereka. Jadilah kita menyesuaikan saja dengan karakter anaknya.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cZnmj4qg-AI/XrLS51TDE3I/AAAAAAACEKE/M7xX3FfM8Egr-xpTikJO5ME9g1oj2wabgCK4BGAsYHg/IMG_20200502_073406.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2160" data-original-width="3840" src="https://1.bp.blogspot.com/-cZnmj4qg-AI/XrLS51TDE3I/AAAAAAACEKE/M7xX3FfM8Egr-xpTikJO5ME9g1oj2wabgCK4BGAsYHg/s320/IMG_20200502_073406.jpg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Trus rewardnya apa? Aslinya kita kasih reward snacking untuk setiap deed yang dilakukan. Tapi kesini-kesini mereka ngerjainnya malah ga inget reward itu. Mereka malah fokus ke stickernya udah nempel apa belum 😅. Jadi si cemilan kita makan bareng-bareng deh tanpa batas 🙈😂.</div><div><br /></div><div>Alhamdulillah meski ga terlalu smooth tapi penerapan good deeds selama Ramadan ini paling ga bikin mereka jadi bertanggungjawab terhadap beberapa pekerjaan rumah. Mereka juga jadi lebih peduli terhadap rutinitas keluarga. Jadi meski good deeds nya gampang-gampang, dengan mereka inget apa job mereka hari ini aja itu sudah capaian bagi saya. Tinggal pembiasaan terus menerus hingga akhirnya mereka inisiatif terlibat tanpa harus ada jadwal gooddeeds.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar 5 Mei 2020</b></div><div><br /></div><div><br /></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-30385554410996854802020-05-04T21:44:00.001+07:002020-05-04T21:44:29.542+07:00Jurnal Ramadan: Kebaikan Itu MenularGa hanya Covid-19 aja yang menular. Kebaikan juga bisa menular.<div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r0Q448L9SXQ/XrAo1oWgudI/AAAAAAACD1I/RPscvHOLWw4fQPg50qPBmjls7JZIgcFHwCK4BGAsYHg/00000IMG_00000_BURST20200504164225997_COVER-01.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2881" data-original-width="3841" src="https://1.bp.blogspot.com/-r0Q448L9SXQ/XrAo1oWgudI/AAAAAAACD1I/RPscvHOLWw4fQPg50qPBmjls7JZIgcFHwCK4BGAsYHg/s320/00000IMG_00000_BURST20200504164225997_COVER-01.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Brownies Dari Tetangga Misterius 🤭</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Dua hari begadang karena demi demi ikut wisuda virtual suami membuat tubuh saya agak sedikit eror. Baru saja kemaren menuliskan evaluasi 10 hari pertama yang bisa dikatakan lancar. Hari ini kontan ujiannya meningkat 🙈.</div><div><br /></div><div>Tapi saya tidak akan bercerita tentang ujian hari ke-11 Ramadan saya. Justru saya mau bercerita tentang kebaikan yang menular. </div><div><br /></div><div><b>Mundur Dikit ke tahun 2016</b></div><div>Pada tahun tersebut, saya baru saja merantau ke US sekitar bulan Juni akhir. Ceritanya, saya dan keluarga beserta teman suami dan juga keluarganya mengagendakan silaturahim ke salah satu rumah senior di kota lain. Saya yang saat itu pemain baru dengan aneka adaptasi tidak terlalu mempersiapkan apa-apa. Baik itu bekal perjalanan. Maupun menu makanan untuk teman suami yang menginap di rumah.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-r7RqpHCYySo/XrApeYKUcAI/AAAAAAACD1k/_mvPqJ9s_HADBQZalB94xx00A5jRiSeAgCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504174354657_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-r7RqpHCYySo/XrApeYKUcAI/AAAAAAACD1k/_mvPqJ9s_HADBQZalB94xx00A5jRiSeAgCK4BGAsYHg/s320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504174354657_COVER.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Labu kuningnya saya olah jadi talam</td></tr></tbody></table><div><br />Memang saya masih adaptasi dengan bahan makanan di US. Sehingga saya hanya menyiapkan mie ayam ala-ala saya tanpa contek resep 😅 plus kalo ga salah salah rendang yang juga ala-ala saya. </div><div><br /></div><div>Nah setiba saya di rumah senior tadi, betapa malunya saya mendapati beliau menjamu kami dengan sungguh luar biasa. Padahal kedatangan kami bisa dikatakan mendadak karena memang tanpa rencana. Sedangkan kedatangan teman suami saya untuk menginap di rumah sudah direncanakan jauh-jauh hari.</div><div><br /></div><div>Belajar dari pengalaman tersebut, saya pun bertekad ingin seperti beliau yang memuliakan tamu dengan sungguh luar biasanya.</div><div><br /></div><div><b>Menjadi Baik Itu Berat</b></div><div>Tekad kuat seiring dengan ujian yang berat. Ternyata memiliki niatan mulia itu tak semudah yang saya bayangkan. Ada saja kendalanya. Mulai dari waktu, keuangan, dan juga tenaga. Sehingga untuk menjadi baik dengan salah satunya memuliakan setiap tamu yang datang ke rumah menjadi perjalanan panjang untuk saya hingga akhirnya benar-benar menikmatinya. Tanpa merasakan sebuah beban berarti yang berasal dari bisikan syaitoni 🙈.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-KhtJyxjolJE/XrAp_R_LNMI/AAAAAAACD2E/owSs1GXntFQuKUggVDUMv6U4IjR53LDHgCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504105237306_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-KhtJyxjolJE/XrAp_R_LNMI/AAAAAAACD2E/owSs1GXntFQuKUggVDUMv6U4IjR53LDHgCK4BGAsYHg/s320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200504105237306_COVER.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Baju dan Kerudung semua pemberian<br />Tanpa ada sebuah momen</td></tr></tbody></table><div><b><br /></b></div><div><b><br />Kembali ke Hari ini</b></div><div>Dan hari ini, saya mendapati kembali kebaikan yang menular itu. Tiba-tiba saya mendapat kiriman labu dari tetangga yang baru saja beres panen kebun depan rumah kita yang memang masih rumah kosong. Tak selang berapa lama, tiba-tiba ada yang mengantarkan brownies yang ternyata berasal dari tetangga saya semasa ngontrak sebulan di blok sebelah. Masya Allah. Selain itu, kemaren malam seorang adik kelas semasa SMA berkirim baju untuk Zaynab for free.</div><div><br /></div><div>Jujur, mereka datang bertubi membuat saya speechless dan "woi Put! Lho udah ngasih apa???"</div><div><br /></div><div>Begitu ringannya orang-orang untuk berbagi ditengah kesempitan. Dan tentu saja hal ini membuat saya yang masih belajar untuk ringan langkah dalam berbagi hal-hal kecil semakin bergelora. </div><div><br /></div><div>Tak jarang kan ketika kita hendak berbagi, muncul saja keraguan akan kekhawatiran ini dan itu. Khawatir orang yang kita beri tidak suka, khawatir tidak terpakai, khawatir terbuang, dan khawatir lainnya yang hanya datang dari dugaan-dugaan tanpa landasan. Sehingga membuat kita jadi urung untuk berbagi.</div><div><br /></div><div>Kebaikan dalam berbagi, terutama dalam kondisi sempit merupakan kebaikan yang bisa mengasah keikhlasan kita. Mungkin tidak akan kita rasa, namun perlahan akan semakin lembut hati yang memupuk asa akan semangat menebar kebaikan. </div><div><br /></div><div>Jadi bener kan ya kalo kebaikan itu menular. Karena jika kita memiliki orientasi persaingan akhirat, dijamin kita tidak akan tenang jika tak pernah berbagi sama sekali terutama dalam kondisi sempit.</div><div><br /></div><div>Semoga Ramadan mengasah kebaikan yang kita punya dan Allah menambah amalan kebaikan baru untuk kita. Selamat menikmati prosesnya!</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 4 Mei 2020</b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-92126335233692087622020-05-03T22:50:00.000+07:002020-05-03T22:50:11.443+07:00Jurnal Ramadan: Evaluasi 10 Hari PertamaMemasuki hari ke sepuluh Ramadan, saatnya kita evaluasi!!! 🤧🤧🤧<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-oYBfSll4-WI/Xq7lLylPW5I/AAAAAAACDrE/i1M556NOS1E0ccy8KDyxi7hds4C5RqQXACK4BGAsYHg/pexels-photo-54379.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="627" data-original-width="940" src="https://1.bp.blogspot.com/-oYBfSll4-WI/Xq7lLylPW5I/AAAAAAACDrE/i1M556NOS1E0ccy8KDyxi7hds4C5RqQXACK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-54379.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Sebagai ibu tiga anak dengan status ibu menyusui, jujur saja saya agak deg-degan menyambut bulan Ramadan. Tadinya saya mau menyampaikan ini di tulisan jurnal Ramadan yang pertama. Tapi saya urungkan karena ingin melihat setelah sepuluh hari pertama apakah saya masih merasa deg-degan atau tidak.</div><div><br /></div><div>Kenapa sih deg-degan? Karena saya adalah tipe busui (ibu menyusui) yang memiliki air susu pas-pasan. Jadi ga ada tuh yang namanya air susu meluber dalam sejarah <i>per-breastfeeding</i>an saya 😅.</div><div><br /></div><div><b>Flashback Dikit</b></div><div>Tahun 2019 saya blas tidak puasa Ramadan sama sekali. Selain faktor merasa ASI pas-pasan, Zaynab saat itu masih eczema. Tidurnya tidak nyenyak berefek ke jam tidur saya yang juga tidak berkualitas. Sedangkan ASI saya sangat bergantung pada kualitas istirahat saya (<i>instead of food</i>). Jadi saya ambil keringanan saja. Terlebih tahun lalu saya masih di US yang mana jam puasanya 2 jam lebih lama dari di Indonesia.</div><div><br /></div><div>Berkaca dari pengalaman tahun lalu itulah saya deg-degan. Tapi eh tapi. Tahun sekarang kan banyak faktor yang tidak ada. </div><div>1. Zaynab alhamdulillah sudah tidak eczema</div><div>2. Pola tidur Zaynab bagus</div><div>3. Sudah komunikatif</div><div>4. Jam puasa tidak selama di US</div><div>5. Makanan mudah didapat 😁</div><div><br /></div><div>Tapi lagi, saya tetep deg-degan. Hahaha. Karena saya khawatir saya ga sanggup puasa dan itu akan mengganggu puasanya ZaZi. Saya khawatir Zaynab lemes seperti halnya saat saya mencoba latihan puasa sebelum Ramadan. Saya khawatir Zaynab rewel dan stabilitas aktivitas jadi terganggu. Stabilitas keluarga pun terganggu</div><div><br /></div><div><b>Bismillah!</b></div><div>Alhamdulillah saya teringat perkataan seorang teman. Rasa khawatir itu datangnya dari syaitan. Mintalah kepada Allah agar diberi kemampuan. Karena sesungguhnya apa yang kita lakukan di dunia ini semua terjadi atas kehendak Allah!</div><div><br /></div><div>Jleb! </div><div><br /></div><div>Akhirnya, dengan kekuatan keyakinan saya mencoba untuk memperkuat diri akan hal itu. Jika pun akhirnya saya tidak sanggup, semoga diberi Allah jalan keluar terbaik. #edisisolihah 🙈</div><div><br /></div><div><b>Mari Evaluasi!</b></div><div>Dan inilah dia evaluasi 10 hari pertama.<i> I made it</i>!!! 😭😭😭😭 Tanpa halangan dan rintangan yang berarti. Dan tentunya semua ini terjadi atas izin Allah dengan kolaborasi manis manja dengan suami dan ZaZi hihihi. Eh ada peran Zaynab juga dalam keberhasilan puasa 10 hari ini 😘😘.</div><div><br /></div><div>Biar lebih enak dibaca, saya coba bikin per poin tantangan yang saya hadapi dan solusi yang saya coba lakukan sebagai bentuk evaluasinya yaks 😁</div><div><br /></div><div><b>1. Manajemen waktu</b></div><div>Selama Ramadan tentunya kita memiliki pola keseharian yang berbeda dari hari biasanya. Meskipun di hari biasa saya terkadang memulai memasak sebelum subuh seperti saat Ramadan. Namun saat Ramadan mau tidak mau harus setiap hari. Sedangkan kalo diluar bulan Ramadan bisa semaunya saya aja hehehe. Disesuaikan dengan kondisi tubuh, kurang tidur atau cukup tidur.</div><div><br /></div><div>Ramadan, meski kurang tidur, mau tidak mau saya harus tetap bangun untuk preparasi sahur. Ada dua bocah yang sedang semangat-semangatnya belajar puasa. Jika saya ngikutin rasa malas, hmmm gagal donk suri tauladan yang baiknya. Wkwkwkwk.</div><div><br /></div><div>Tapi saya juga tidak mau membohongi diri. Jika saya kurang istirahat, kuantitas ASI menurun. Jika saya kurang istirahat, tubuh bisa drop dan bakal gampang kumat bersin-bersinnya. Sehingga, untuk mengatasi situasi seperti ini jika terjadi, saya komunikasikan dengan partner hidup alias suami. Tujuannya agar suami bersiap diri menggantikan posisi saya untuk preparasi sahur, mendampingi ZaZi belajar atau sekadar membantu menyicil pekerjaan rumah yang bisa <i>dihandle</i> oleh suami.</div><div><br /></div><div>Selain itu, saya juga mengkomunikasikan ke ZaZi bahwa kondisi ibu menyusui itu akan merasakan lapar setelah bayi menyusu. Sehingga <i>in case</i> saya ga kuat dan harus buka puasa, saya harap ZaZi paham. Dan alhamdulillah hal ini belum kejadian dan jangan sampe kejadian 🥺🥺🥺.</div><div><br /></div><div>Hal lain yang saya lakukan agar waktu bisa berjalan efisien yaitu dengan membuat <i>schedule</i> keluarga yang sudah saya bahas di tulisan jurnal Ramadan hari pertama. Tujuan pembuatan <i>schedule</i> ini lebih untuk membantu saya dan suami bisa tektok berbagi tugas. Yang mana intinya adalah, agar stabilitas keluarga terjaga. </div><div><br /></div><div>Apa indikator keluarga stabil versi keluarga kami?</div><div>* ZaZi produktif</div><div>* Zaynab kooperatif</div><div>* Urusan dapur selesai</div><div>* Urusan pendidikan anak kepegang</div><div>* Urusan hidup lainnya juga tidak terbengkalai seperti pemenuhan kebutuhan ruhani </div><div><b><br /></b></div><div><b>2. Manajemen ASI</b></div><div>Tidak hanya waktu yang menjadi isu utama kekhawatiran saya. Tapi juga ASI. Meski Zaynab sudah 18 bulan, tapi Zaynab belum menemukan minuman lain pendamping ASI seperti halnya ZaZi dulu. Kenapa? Karena Zaynab alergi susu sapi. Sehingga saya tidak bisa memberlakukan hal seperti halnya ZaZi dulu. </div><div><br /></div><div>Sebagai bentuk usaha, saya memperkenalkan Zaynab susu kedelai buat membantu saya mengalihkan Zaynab dari mengASI. Tadinya saya pesimis anaknya mau. Karena Zaynab termasuk anak yang <i>picky</i>. Ternyata alhamdulillah anaknya suka. Namun memang satu kotak kecil susu kedelai untuk dua hari 😅. Beda banget kalo dikasi ultramimi. Satu hari bisa dua kotak 😅. Tapi sehabis minum ultramimi, bibirnya jontos. Malamnya sibuk ngegaruk 🤧.</div><div><br /></div><div>Nah selain mengalihkan ASI ke minuman pengganti, saya juga mengalihkan jadwal ASI Zaynab dengan kesibukan bermain. Bukan permainannya dia yang saya siapkan melainkan aktivitas untuk ZaZi. Karena Zaynab anaknya nempel banget ke ZaZi. Semua hal yang dilakukan ZaZi dia ikutin 😅. Jadi kalo ZaZi sibuk dan dikondisikan sejak awal agar bantu Umi ajak Zaynab main, maka Zaynab bisa lupa dengan keinginannya untuk <i>breastfeed</i>.</div><div><b><br /></b></div><div><b>3. Manajemen Dapur</b></div><div>Urusan masak memasak selama Ramadan bagi saya juga masuk isu yang bikin khawatir. Lagi-lagi karena ada dua bocah yang tengah semangat belajar puasa. Sehingga sebagai seorang ibu yang lembut hatinya 🤪 dan ingin anaknya bahagia dan bersemangat, jadilah saya berfikir untuk membuat makanan sesuai dengan apa yang mereka mau. Dan tentu ini menantang😅. Karena ZaZi itu sukanya makanan yang ga ada bahannya di kulkas. Jadilah sebelum Ramadan saya persiapkan menu yang ga banyak dan susah, tapi itu bisa bikin ZaZi semangat. Yaitu pizza!!</div><div><br /></div><div>Beruntungnya, kakak pertama saya lagi gandrung praktek di dapur dengan kondisi dapur 11 12 dengan dapur saya alias ga punya kecukupan alat masak karena kami sama-sama anak baru pindah 😂. Tapi kondisi saya lebih tragis sih (mau dikasihani donk qaqaaaa). Jadi saya tinggal contek di IG story kakak saya resep dan cara membuat pizza teflon. Dan yey! Anak-anak suka.</div><div><br /></div><div>Selain itu, roti dan donat adalah menu lain yang alhamdulillah gampang dapetinnya 🤭. Roti tinggal beli yang lewat depan rumah. Donat tinggal bikin karena udah latihan sebelum Ramadan 😁😎. Tinggal mikirin modifikasinya. Maklumin ya, anaknya anak Amerika 🤧. Meski perlahan mereka mulai suka masakan Indonesia seperti pical alias gado-gado alias lotek atau apalah namanya saya ga bisa bedain 😂✌🏼.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-LQCQojveMGI/Xq7nY8aTOtI/AAAAAAACDrg/rrcbjh3E1XEBwPg3haGiocu4QUjsEVVSQCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200503180818380_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-LQCQojveMGI/Xq7nY8aTOtI/AAAAAAACDrg/rrcbjh3E1XEBwPg3haGiocu4QUjsEVVSQCK4BGAsYHg/s320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200503180818380_COVER.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Apa cing namanya?</td></tr></tbody></table><div><b><br />4. Manajemen tidur</b></div><div>Nah ayo! Yang biasa tidur lagi sehabis shalat subuh??? Di Ramadan kali ini, saya bertekad untuk tidak melakukan hal tersebut. Kenapa? Karena saya ga pengen ZaZi punya <i>habits</i> seperti itu. Tapi eh tapi, tantangannya adalah sang <i>Princess</i> bernama Zaynab. </div><div><br /></div><div>Tapi dalam pelaksanaannya, alhamdulillah ZaZi memang tipe anak yang kalo udah bangun, ga akan tidur lagi. Bahkan untuk nyuruh mereka tidur siang aja susah 😅. Jadi alhamdulillah bada subuh mereka langsung produktif menggambar. Sempat selama Ramadan kedua, ketiga dan keempat kami mengalihkan aktivitas menggambar dengan menonton siaran langsung khutbah untuk anak dari Noor kids yang pernah saya review di jurnal Ramadan hari ketiga. Tapi ternyata agak kurang bagus untuk ZaZi terpapar <i>screen</i> di pagi hari. Sehingga kami alih jadwalkan acara noor kids ke bada Ashar dan bada subuh tetap dengan menggambar atau eksplorasi buku.</div><div><br /></div><div>Untuk saya sendiri, tidur sehabis subuh hanya bila Zaynab menolak bangun 😅. Ya mau ga mau saya bablas tidur bareng Zaynab wkwkwkwk. </div><div><b><br /></b></div><div><b>5. Manajemen aktivitas</b></div><div>Karena ZaZi tidak sekolah formal plus memang masih pandemi juga, ada kekhawatiran bahwa ZaZi bakal ga beraktivitas bermakna. Sehingga, selain membuat <i>schedule</i> keluarga, saya juga menyiapkan 3 aktivitas dalam satu hari yang bisa mereka laksanakan dengan atau tanpa saya atau abinya. </div><div><br /></div><div>Dalam pelaksanaannya, ZaZi lebih memilih menciptakan aktivitas mereka sendiri 😅. Jika kami berhasil memberikan pancingan menarik, barulah mereka tertarik melakukan aktivitas yang sudah saya <i>list</i>. Dan sejauh ini, ZaZi memang masih menyukai aktivitas fisik ketimbang otak. Jikapun ada aktivitas kognitif yang mereka mau, butuh waktu cukup lama untuk membawa mereka 'in' . </div><div><br /></div><div>Nah itu 5 hal yang membuat saya deg-degan apakah bisa berpuasa dengan baik, aktif produktif ataukah tidak. Dan alhamdulillah 10 hari pertama begitulah hasil evaluasinya. Bisa dilihat dari 5 poin di atas.</div><div><br /></div><div>Nah sebagai tambahan, kekuatan keyakinan seperti yang saya singgung di atas memang berefek ya ke anak. Zaynab alhamdulillah tidak terlihat lemes. Bahkan anaknya cenderung kooperatif. Jika pun ada kendala, alhamdulillah bisa terlewati. Semua ini terjadi atas izin Allah. Yang membantu saya memiliki pemikiran untuk mengkomunikasikan segala sesuatunya kepada seluruh anggota keluarga. Termasuk Zaynab. </div><div><br /></div><div>Jadi bener ya ternyata kata orang-orang. Anak itu meski belum bisa ngomong, tapi ngerti kita ngomong apa. Dan saya dulu ga ngerasain hal itu di jaman ZaZi ✌🏼🙈🙈. Kayanya dulu saya tu belum sepenuh hati jadi ibu 😭. Tapi alhamdulillah ZaZinya bertumbuh menjadi anak penuh pengertian. </div><div><br /></div><div>Semoga usaha-usaha kecil untuk memberikan pendidikan terbaik buat anak selalu di ridhoi Allah ya.</div><div><br /></div><div>Jurnal ini ditulis sebagai catatan pribadi. Jika ada yang nyasar (saya promote di IG sih😅), mudah-mudahan ada manfaatnya ya. Ga ada gading ya ga retak. Asal jangan gigi aja retak duluan 🙈. Udah ah! jurnal Lumayan panjang kali ini. </div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 3 Mei 2020</b></div><div><br /></div><div><br /></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-5878051640670055742020-05-02T23:18:00.000+07:002020-05-02T23:18:04.424+07:00Jurnal Ramadan: Yang Terbaik Wisuda VirtualAslinya saya malam ini lagi dijangkiti virus malas nulis. Rencananya mau nulis besok pagi aja karena malam ini udah ngantuk. Tapi udah dibawa tidur kok ga tidur-tidur. Mungkin karena saya takut Pak Topik (suami saya) ketiduran. Sedangkan jam 12 malam ini akan ada wisuda virtual di jurusannya.<div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-BrdsmfJjXiA/Xq2bPFSaXBI/AAAAAAACDWg/0vHZaBU4Eto89dY-6-0h4EUAdqc1n1rgwCK4BGAsYHg/00000IMG_00000_BURST20190922111147273_COVER.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-BrdsmfJjXiA/Xq2bPFSaXBI/AAAAAAACDWg/0vHZaBU4Eto89dY-6-0h4EUAdqc1n1rgwCK4BGAsYHg/s320/00000IMG_00000_BURST20190922111147273_COVER.jpg" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-cT7YWftwa18/Xq2bPdIPC4I/AAAAAAACDWk/qk-KqezBwY8VEDGB31x7ZR6HBNPi0q6xwCK4BGAsYHg/IMG_20190922_104626.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-cT7YWftwa18/Xq2bPdIPC4I/AAAAAAACDWk/qk-KqezBwY8VEDGB31x7ZR6HBNPi0q6xwCK4BGAsYHg/s320/IMG_20190922_104626.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Kehadiran Covid-19 ini tentunya diluar dugaan kami. Saya dan suami yang tadinya merencanakan LDM hingga bulan Mei, membatalkan rencana tersebut. Kenapa? Hanya karena alasan saya ga sanggup melihat anak-anak terbengkalai terlalu lama, terutama untuk urusan pendidikan mereka. Padahal di lain sisi saya sangat menginginkan suami mengikuti wisuda doktoralnya. Bukan karena gengsi, tapi karena lagi-lagi alasan keluarga yang membuat beliau tidak pula merasakan wisuda masternya.</div><div><br /></div><div>Namun bulan November 2019, detik-detik menjelang suami ujian disertasinya, saya semakin tidak tenang. Merengeklah saya seusai suami ujian disertasi agar beliau pulang saja secepatnya setelah menyelesaikan segala sesuatu terkait kelulusan. Dan akhirnya pulanglah beliau di akhir tahun 2019, tepatnya tanggal 25 Desember 2019.</div><div><br /></div><div>Saya, sebagai (lagi-lagi) faktor penyebab beliau tidak merasakan dua wisudanya berkali-kali meminta maaf sembari berdoa di dalam hati agar kami diberikan kelapangan rezeki sehingga suami bisa kembali ke US untuk menghadiri wisudanya. Meski kondisi ril nya, saya tidak tau akan menggunakan uang apa untuk kembali ke US.</div><div><br /></div><div>Saat itu ternyata wabah Corona mulai menghantui dunia. Namun baru saya sadari di bulan Januari 2020. Saat itu hati hanya menerka-nerka. Tak berani bersuara melainkan hanya gumam hati saja. Dan saya juga tak berani berfikir rentang waktunya. Berapa lamakah dan akankah sampai ke Indonesia dan Amerika?</div><div><br /></div><div>Waktu bergulir, satu persatu apa yang jadi terkaan seolah jadi kenyataan. Apa yang diguman hati seolah terjadi. Tapi lagi-lagi saya tak berani berfikir terlalu jauh. Tentu saja saya menginginkan situasi normal dalam segala hal. Namun saya berkeyakinan, seburuk apapun situasi, Allah tidak akan pernah zolimi hambaNya.</div><div><br /></div><div><b>Corona dan Wisuda</b></div><div>Salah satu hikmah yang saya dan suami bisa peroleh melalui pandemi ini adalah, bahwa dibalik beratnya hati saya meminta suami untuk mempercepat kepulangan dengan konsekuensi tanpa wisuda yaitu Allah masih mengizinkan kami melewati pandemi dalam situasi terbaik. Untuk kasus keluarga kami, Allah kumpulkan kami di Bandung. Ga kebayang sama saya jika suami masih di US dalam situasi seperti sekarang 😭</div><div><br /></div><div>Selain itu, karena pandemi ini suami berkesempatan menghadiri wisuda meski hanya virtual bersama dengan para wisudawan lainnya. Tidak. Saya tidak sedang berbahagia di atas penderitaan orang lain 🙏. Saya hanya sedang memetik hikmah yang dialami keluarga saya. Dan saya meyakini, di setiap kita tentu ada hikmah dan pelajaran yang ingin Allah sampaikan kepada kita yang sifatnya lebih personal.</div><div><br /></div><div>Semoga kita bisa membuka mata hati kita lebih lebar lagi untuk melihat apa yang tadinya tak terlihat. Jika belum terlihat, barangkali belumlah sekarang melainkan nanti. Karena yakinlah, Allah tidak akan pernah menzolimi kita. Yakinlah bahwa Allah paling mengetahui apa yang terbaik untuk kita.</div><div><br /></div><div>Demikian perenungan saya malam ini sembari menunggu jam 12 malam yang ternyata masih 1 jam lagi 😅🙄. Semoga kita diberikan kemudahan, kelapangan dan ketenangan dalam menghadapi segala cobaan dariNya. Aamiin ya Rabb.</div><div><br /></div><div>Dan untuk teman-teman yang sedang mengurus kepulangan ke Indonesia, semoga Allah mudahkan dan dilancarkan. Aamiin ya Rabb ...</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 2 Mei 2020</b></div><div><b>Selamat hari Pendidikan!!!</b></div></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-16662152498553084052020-05-01T22:02:00.001+07:002020-05-01T22:02:27.225+07:00Jurnal Ramadan: Ramadan Bulan LatihanSaya meyakini bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat bagi kita untuk menciptakan momen. Salah satunya yaitu momen latihan. Sebagaimana kita melatih diri menahan hawa nafsu, di bulan Ramadan kita juga bisa melatih diri untuk lebih produktif.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-HzT_6nA3d9I/Xqw5-4KEddI/AAAAAAACDM8/t82OeT43D2E05nptENgr3nQd_wE0a399gCK4BGAsYHg/pexels-photo-4219611.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-HzT_6nA3d9I/Xqw5-4KEddI/AAAAAAACDM8/t82OeT43D2E05nptENgr3nQd_wE0a399gCK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-4219611.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Banyak diantara kita kaum muslimin yang membuat agenda dan target di bulan Ramadan. Kenapa? Karena ketika kita mampu melatih diri melakukan target harian di bulan Ramadan, maka kita akan sangat terbantu untuk menjadi konsisten melakukan kebiasaan baik yang sudah menjadi target di bulan Ramadan.</div><div><br /></div><div>Jikapun tidak mampu melebihi target di bulan Ramadan, paling tidak bertahan dengan standar yang kita lakukan di bulan Ramadan sudah sangat membantu diri kita untuk menjadi lebih baik.</div><div><br /></div><div>Lalu bagaimana caranya agar produktifitas meningkat di bulan Ramadan? Salah satu cara paling mudah yaitu dengan mengalihkan aktivitas konsumtif menjadi aktivitas produktis. Misalnya, konsumsi gadget kita kita dalam satu hari adalah lima jam. Maka alokasikan tujuh puluh persen aktivitas gadget dengan hal yang produktif. Seperti menulis, mengedit video, membaca artikel (bukan membaca status orang ya 😅) dan hal lain yang mengasah indera untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.</div><div><br /></div><div>Saya pribadi, mencoba menjadikan Ramadan sebagai momen melatih kembali diri ini untuk produktif menulis. Ketika aktivitas menulis meningkat, mau tidak mau aktivitas membaca saya pun meningkat. Dan tentu akan berefek pada aktivitas gadget yang tadinya hanya sekedar scroll timeline menjadi ketak ketik di keypad.</div><div><br /></div><div>Dalam melatih kebiasaan baik tentu tidak mudah. Banyak halangan dan rintangan tentunya. Dan halangan yang paling berat yaitu rasa malas. Sehingga, salah satu cara agar halangan terberat ini tidak menghadang, maka pilihlah aktivitas produktif yang paling minim rasa malas. Artinya aktivitas yang benar-benar kita suka.</div><div><br /></div><div>Selain itu, bagi ibu rumah tangga seperti saya, memiliki rutinitas kerumahtanggaan tentunya sudah menjadi sebuah produktivitas otomatis saya. Namun, bagi saya bukan produktivitas seperti inilah yang ingin saya latih. Karena saya pribadi sudah melatih diri melakukan aktivitas kerumahtanggaan di saat merantau kemaren. Jadi agak kurang menantang rasanya jika masih fokus pada urusan rumah tangga 🙈🙈.</div><div><br /></div><div>Bisa dikatakan saya sudah harus beralih, karena tujuh tahun berumah tangga dengan 3 tahun setengah hidup mandiri jauh dari keluarga sudah lebih dari cukup. Sekarang saatnya menantang produktivitas diri yang sifatnya non rumah tangga, yaitu menulis.</div><div><br /></div><div>Harapannya, semoga dengan momen latihan di bulan Ramadan ini saya bisa menulis satu artikel bermutu (bukan tulisan lepas seperti ini) yang memiliki pelajaran dan manfaat di dalamnya.</div><div><br /></div><div>Nah, semoga teman-teman menemukan tantangan melatih produktivitas diri ya. Mumpung Ramadan dan di rumah aja. </div><div><br /></div><div>Semoga bermanfaat!</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 1 Mei 2020</b></div><div><b><br /></b></div><div><b>Nb: berikut contoh konsumtif to produktif</b></div><div><b>1. Hobi nonton👉 tulis review film yang ditonton</b></div><div><b>2. Hobi main game👉 review plus minus game dalam kacamata kamu</b></div><div><b>3. Hobi makan👉 masaklah resep kesayangan kamu</b></div><div><b>4. Suka pernak pernik👉 praktekan satu tutorial pernak pernik favoritmu</b></div><div><br /></div><div><br /></div><div><b>Berhubung tulisan ini ga diedit-edit karena kaya masih belum menemukan permasalahan keypad saya yang suka mengetik otomatis ulang kata yang sebelumnya, dan menghapus kata dibelakang cursor ketika kita pencet tombol enter, jadilah saya sisipkan contoh aktivitas produktif. </b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-3358010619882213592020-04-30T16:24:00.003+07:002020-04-30T16:25:37.765+07:00Jurnal Ramadan: Komunikasi dan InteraksiMeskipun kembar, Zaid dan Ziad memiliki katakter yang berbeda. Mereka pun memiliki kecenderungan yang berbeda terkait selera, gaya, ataupun cara belajar. Dan tentunya hal ini sangat amat menantang untuk saya dan dan suami.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-_x6nUcvBrw0/XqqZLoxD2PI/AAAAAAACCOY/gzb4EQVLDWQSVee_g-J8xK9b5SMtYu8BQCK4BGAsYHg/pexels-photo-356043.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="611" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-_x6nUcvBrw0/XqqZLoxD2PI/AAAAAAACCOY/gzb4EQVLDWQSVee_g-J8xK9b5SMtYu8BQCK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-356043.jpeg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Sebagai orang tua yang percaya bahwa mengenal anak dengan tetap menjaga interaksi dan komunikasi dengan mereka, membuat saya cukup evaluasi banyak hal. Seperti halnya menjaga komunikasi, terkadang cara yang saya lakukan sama sedangkan anaknya kan beda karakter. Maka tak jarang saya dibuat pusing ketika mendapati pola komunikasi yang saya bentuk dialamatkan ke anak yang salah.</div><div><br /></div><div>Ujung-ujungnya saya malah jadi yang curhat ke mereka. </div><div><br /></div><div>"Umi tu udah mulai tua. Suka lupa kamu tu Zaid atau Ziad."</div><div><br /></div><div>Dan akhirnya mereka antara sedih Uminya menua dan juga ngeledek 😂.</div><div><br /></div><div><b>Belajar Dari Anak</b></div><div>Pada hakikatnya, anak sudah mengajarkan banyak hal kepada kita para orang tua. Bahwa komunikasi adalah inti dari sebuah interaksi. Memiliki interaksi belum tentu terjalin komunikasi. Namun jika kita berkomunikasi, sudah pasti terjadi interaksi.</div><div><br /></div><div>Disadari atau tidak, berdasarkan pengalaman saya, jika komunikasi saya dan anak-anak lancar, maka biasanya seluruh agenda keluarga bisa berjalan dengan lancar. Lancar dalam artian tidak terjadi drama tangisan, ambekan, atau bahkan kemarahan. Jikapun terjadi salah paham, biasanya akan cepat terselesaikan karena komunikasi sudah berjalan lancar. Atau bisa dibilang satu frekuensi.</div><div><br /></div><div>Dari hal inilah saya melihat bahwa sesungguhnya kerewelan anak itu adalah pelajaran buat kita orang tua. Tidak akan ada anak yang rewel tanpa sebab. Sehingga kita kita orang tua yang berposisi sebagai manusia dewasa yang bisa berfikir kompleks, seharusnya bisa melihat letak kesalahannya dimana. Itulah yang saya maksud belajar dari anak.</div><div><br /></div><div><b>Penyebab Gagal Komunikasi</b></div><div>Barangkali setiap keluarga akan menemukan faktor yang berbeda kenapa sebuah komunikasi dengan anak bisa gagal. Dalam keluarga saya, biasanya komunikasi gagal yang ditandai dengan tidak kooperatifnya anak, hyperacting, dan cari perhatian terjadi karena:</div><div><br /></div><div><b>1. Timing</b></div><div>Komunikasi yang dilakukan disaat yang tidak tepat, seperti ketika anak sudah memperlihatkan sikap kurang kooperatif, atau disaat anak kecewa. Atau bisa juga disaat anak sangat lapar atau mengantuk. Saya biasa menyembutnya dengan sounding atau penyamaan persepsi agar anak siap menjalani hari.</div><div><br /></div><div>Meski saat ini aktivitas kita hanya di rumah saja selama pandemi Covid-19, sounding tetap perlu dilakukan. Terlebih untuk saya yang memiliki kondisi unpredictable dengan bayi yang masih memiliki jam tidur yang butuh dikeloni. Sedangkan ZaZi sudah memiliki jam tidur layaknya orang dewasa. </div><div><br /></div><div><br /></div><div><b>2. Gengsi</b></div><div>Kurang terbuka terhadap apa yang menjadi kesalahan atau kelemahan kita sebagai orang tua menurut saya juga bisa menjadi faktor penyebab komunikasi gagal. Misal, karena kita kurang mampu mengatur waktu karena keasikan main HP, sehingga keteteran semua agenda. Termasuk agenda mendampingi anak. Ketika pendampingan kurang (at least 2 jam dalam sehari kita luangkan waktu untuk membersamai anak), anak-anak tentu akan mencoba mencari perhatian. Sehingga mereka bisa overacting dengan aneka tingkah seperti berantem, becanda berlebihan, membuat kerusakan, atau dengan cara lain.</div><div><br /></div><div>Sebagai orang tua, biasanya rasa gengsi akan muncul terlebih ketika harus meminta maaf untuk sesuatu yang bukanlah menjadi penyebab langsung chaos nya anak-anak. Namun dari pengalaman saya, terbuka dan juga membuka ruang diskusi serta memancing logika berfikir mereka terhadap chaos yang mereka buat, mampu menjadi jalan untuk membentuk karakter bertanggungjawab bagi anak. </div><div><br /></div><div>Karena dengan keterbukaan tanpa rasa gengsi, anak bisa melihat bahwa ketika kita ingin hari-hari kita lancar, maka aturlah dengan baik. Jika tidak, maka banyak hal tidak sesuai keinginan akan terjadi, seperti halnya anak yang berantem.</div><div><br /></div><div>Nah itu contoh dari pengalaman saya.</div><div><br /></div><div>Tidak masalah anak menyalahkan saya terhadap apa yang terjadi pada mereka. Justru hal ini baik, agar kita tidak melakukan kesalahan dan kelalaian yang sama. Sehingga kontrol keluarga bisa dilaksanakan dari kedua belah pihak, dari pihak anak dan juga dari pihak orang tua. Karena bagi saya, hakikatnya saat ini saya mendidik anak untuk memperisiapkan mereka menyambut usia matang mereka, yaitu usia aqil baligh.</div><div><br /></div><div><b>Interaksi Berkualitas</b></div><div>Banyak hal yang bisa kita lakukan agar memiliki interaksi dengan anak. Namun untuk menciptakan interaksi yang berkualitas, tentu butuh kelihaian kita melihat. Kualitas seperti apa yang ingin kita ciptakan.</div><div><br /></div><div>Saya pribadi melihat sebuah interaksi berkualitas apabila ada keterlibatan seluruh anggota keluarga, tidak hanya secara fisik, tapi juga hati dan pikiran. Dan tentunya hal ini bisa kita ciptakan dengan komunikasi. Bisa saja kita berinteraksi di meja makan. Saling menolong meletakkan posisi lauk yang susah dijangkau salah seorang anggota keluarga. Namun dalam interaksi itu, bisa saja pikiran di setiap anggota keluarga berbeda-beda. Sehingga untuk menyatukannya, perlu dikomunikasikan dengan cara memancing pertanyaan, melempar topik atau sekedar membuka dengan guyonan.</div><div><br /></div><div><b>Tujuan Komunikasi dan Interaksi Berkualitas</b></div><div>Bagi saya pribadi tujuan menjalin komunikasi dan interaksi berkualitas itu hanya satu, yaitu harmonisasi. Mengingat kita manusia memiliki pikiran, karakter dan juga ketertarikan yang berbeda, maka harmonisasi keluarga dengan alat bantu komunikasi dalam sebuah interaksi adalah kunci. Jika harmonisasi bisa dibina, maka keluarga akan minim konflik. Saling pengertian akan terjadi. </div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 30 April 2020</b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-60092767807251935272020-04-29T21:47:00.000+07:002020-04-29T21:47:09.795+07:00Jurnal Ramadan: Langsung Diuji!Malam ini saya tidak bisa menulis banyak. Karena jam sudah menunjukkan pukul 9.36 malam. Kepala mulai berat. Artinya, ada hak tubuh yang belum saya penuhi. Memang hari ini saya tidak tidur siang seperti biasa. Bukan karena hari yang sibuk secara fisik. Namun pikiran yang sibuk sehingga ada jiwa yang diuji disana. Seperti halnya dalam tulisan saya pada jurnal hari kelima Ramadan.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-pPtpJVHKEpU/XqmSNMRQc5I/AAAAAAACCDE/Q4s7mRJK6zctCk49Io-o8Sr2oGHPQBpLACK4BGAsYHg/person-stream-cliff-river.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="662" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-pPtpJVHKEpU/XqmSNMRQc5I/AAAAAAACCDE/Q4s7mRJK6zctCk49Io-o8Sr2oGHPQBpLACK4BGAsYHg/s320/person-stream-cliff-river.jpg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Kontan! Saya langsung kembali diuji dengan ujian yang saya tuliskan di dalam tulisan tersebut. Ya! Zaid Ziad. Mereka ujian terbesar saya sekaligus anak-anak kesayangan saya. Karena tertumpu banyak haraplah makanya terasa berat setiap ujian yang diberiNya. </div><div><br /></div><div>Semoga saya dimampukanNya. Dan kami, seperti apa yang saya ungkap pada tulisan itu, bisa kembali berkumpul di surgaNya. Aamiin.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 29 April 2020</b></div><div><br /></div><div>Nb. Jurnal Ramadan ini adalah catatan pribadi saya. Sebagai rekam jejak terhadap apa yang terjadi dan menarik perhatian dan pikiran saya. Jadi bukan untuk konten blog untuk meningkatkan trafik seperti tulisan-tulisan saya terdahulu. Karena blog ini akan kembali saya gunakan sebagai blog pribadi, bukan untuk tujuan pengkaryaan diri lagi.</div><div><br /></div><div>Sesekali saya akan berbagi inspirasi. Namun lebih banyaknya renungan dan evaluasi. Karena manipulasi gambar itu sangatlah mudah. Namun jujur terhadap proses yang payah itu, tentu sangat susah.</div><div><br /></div><div>Semoga blog ini bisa menjadi saksi sejarah dan pertanggungjawaban saya bahwa saya selalu dan selalu berusaha memberikan hak anak-anak yang tercermin dalam kegelisahan hati. Artinya, ada hati yang gundah dan otak yang selalu diasah untuk melihat masalah sebagai sumber hikmah. </div><div><br /></div><div>Mendidik anak itu tak sekadar preparasi media ajar. Tak sekedar dokumentasi hasil belajar. Namun lebih! </div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-91747509984543009082020-04-28T21:29:00.002+07:002020-04-28T21:29:45.658+07:00Jurnal Ramadan: Allah Solusi Semua MasalahAda perasaan negatif yang setiap orang tahu bahwa perasaan tersebut adalah buruk jika muncul dari dalam diri. Perasaan ingin mengakhiri hidup, rasa ingin pergi meninggalkan segala yang ada, berputus asa, dan berbagai macam goncangan hidup yang membuat karamnya jiwa. Hidup kemudian terasa hampa tak bermakna. Yang semula penuh semangat dengan tujuan yang jelas, tiba-tiba berubah buntu dan menjadi tidak tahu kemana akan melaju.<div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-lPGwVjxdj2g/Xqg9ly-VuGI/AAAAAAACB2E/rGr-2UABj3clf5-sC1uOmsZ--mNqmkTIACK4BGAsYHg/pexels-photo%2B%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" src="https://1.bp.blogspot.com/-lPGwVjxdj2g/Xqg9ly-VuGI/AAAAAAACB2E/rGr-2UABj3clf5-sC1uOmsZ--mNqmkTIACK4BGAsYHg/s320/pexels-photo%2B%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div><div><br /></div><div>Beberapa hari yang lalu, qodarullah saya digiring berdialog virtual dengan seorang ibu yang hanya saya kenal melalui media sosial. Hanya berawal dari sebuah apresiasi dimana saya melihat bahwa usaha yang beliau lakukan di masa adaptasi dari seorang ibu pekerja menjadi ibu rumah tangga adalah luar biasa. </div><div><br /></div><div>Tak dinyana, berceritalah beliau bahwa ada bersitan negatif yang muncul di awal masa adaptasi itu. Bahwa hidup terasa lebih berat dan tak diperoleh lingkungan yang mampu mengimbanginya, pun dengan pasangannya. Saya tidak berani menggali lebih dalam. Cukup mengetahui bahwa apa yang terlihat tentu bukanlah apa yang dialaminya. Tentu ada faktor lain yang tidak bisa beliau ceritakan.</div><div><br /></div><div>Ibu tersebut bukanlah orang pertama yang menjadikan saya merenung tentang hidup, depresi dan aneka macam pikiran negatif lainnya. Acapkali Allah menggiring takdir hingga saya dipertemukan dengan sosok yang memiliki jalan hidup cukup berliku. Yang tak jarang ekstrim, namun hingga akhirnya mereka menyadari kunci penyelesaiannya.</div><div><br /></div><div>Saya pribadi pernah berada di posisi tersebut. Posisi dimana saya tak ingin membersamai keluarga tatkala awal pindah ke Amerika. Kehidupan terasa sulit. Tingkah dan perangai anak-anak sering memancing innerchild bermasalah saya muncul. Ada bayangan masa lalu yang tak lah begitu kelam, namun cukup mengganggu. Atau bahkan sangat mengganggu saya kala itu.</div><div><br /></div><div><b>Hadapi!</b></div><div>Berbagai macam cara saya lakukan. Namun tetap saja, jiwa karam tak mampu bangkit. Yang muncul adalah rombongan pikiran negatif yang saya sendiri tak tahu datangnya dari mana.</div><div><br /></div><div>Pendekatan agama, psikologi hingga pendekatan keluarga. Saya coba lakukan semua. Sulit. Hingga saya jatuh kembali setelah mencoba bangkit.</div><div><br /></div><div>Tidak! Masalah ini bukanlah masalah besar. Malu rasanya diri ini jika tak mampu menghadapinya. Malu jika dicap cemen, lemah, tak berguna dan pikiran negatif lainnya </div><div><br /></div><blockquote><div>Dirimu kini tengah menjauh! Mendekatlah kembali! Rangkul diri! Akui! Akuilah semua hal yang kamu rasakan! Jujurlah!</div></blockquote><div><br /></div><div><b>Tak Perlu Membandingkan</b></div><div>Acapkali kita, membandingkan apa yang kita alami dengan apa yang dialami orang lain. Tidaklah mengapa jika pembanding itu untuk mencari inspirasi dan hikmah. Namun janganlah membandingkan untuk kemudian merasa tidak pantas dan tak berguna. Karena sesungguhnya setiap orang memiliki kadar kemampuan yang berbeda.</div><div><br /></div><div>Pun kita tidak pernah tahu secara terperinci apa yang orang lain alami. Namun kita tahu dengan sangat detail, apa yang diri kita alami. Hadapi dengan kejujuran bahwa,</div><div><br /></div><blockquote><div>Ya! Saya tak mampu! Jiwa saya hancur! Hati ini luluh lantak! </div></blockquote><div><br /></div><div>Teriakanlah sekeras yang kita bisa. Lalu ...</div><div><br /></div><div><b>Hadapilah BersamaNya</b></div><div>Pengakuan diri bahwa diri ini lemah, itulah sumber kekuatan. Karena memang hakikatnya kita manusia, adalah makhluk lemah. Lalu untuk apa kita malu mengakui semua kelemahan ini? Malu dikatakan cemen?Malu dianggap tak mampu? Jika manusia menjadi patokan, maka bersiaplah untuk kelemahan yang tak akan kunjung usai.</div><div><br /></div><div>Semua orang pernah mengalami titik terlemah dalam hidupnya. Tak hanya kita. Karena memang begitulah cara Allah membuat kita <b>mau</b> untuk menghadirkanNya. Karena begitulah cara Allah untuk menunjukkan rasa cintaNya. Yang apabila tak dalam karamnya jiwa, mungkinlah kita akan terus merasa bangga akan capaian diri. Atau merasa selalu berbahagia atas apa yang dipunya. Sehingga lupalah kita terhadap Dzat yang berada dibalik semua itu.</div><div><br /></div><div>Bukankah Rasulullah pernah mengatakan, bahwa apa yang beliau takutkan menimpa umatnya bukanlah sebuah ujian kesulitan, melainkan ujian kesenangan?</div><div><br /></div><div>Maka janganlah kamu merasa sendiri. Janganlah kamu merasa berputus asa dan ingin mengakhiri hidup ini. Karena sungguh, ada Maha Pecinta yang tengah menunggu rintihanmu. Ada yang Maha Penyayang yang selalu mendekapmu erat. Ada Yang Maha Lembut yang membelaimu setiap waktu.</div><div><br /></div><div>Lembutkanlah jiwa yang karam. Hadapilah dengan kejujuran dan ketaqwaan. Karena semua orang pernah mengalaminya. Namun tidak semua orang mampu menghadapinya. Mintalah kepadaNya. Mintalah sepuas hatimu. Rasakan getarannya. Nikmatilah hangatnya airmata. Dan rayakan ketenangan jiwa. Hingga Allah memampukanmu untuk melewati semuanya.</div><div><br /></div><div>Semoga hidup kita semakin bermakna dan mampu kembali ke surgaNya ...</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 28 April 2020</b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-25112361631734170462020-04-28T07:08:00.001+07:002020-04-28T07:08:24.734+07:00Jurnal Ramadan: Family ProjectHari ke empat puasa Umi tumbang 😅. Seperti biasa, pasti ada satu hari dimana tiba-tiba banyak yang datang ke rumah. Ga direncanakan, dan ga disadari padahal itu semua gara-gara kita sendiri😅.<div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-CwUKo7t9Pe8/Xqdx2nRZ8kI/AAAAAAACBuQ/sp5IGu5U_PUVMGOc6n-BrRP6EpWgN3m-gCK4BGAsYHg/pexels-photo-955793.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1500" data-original-width="1331" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-CwUKo7t9Pe8/Xqdx2nRZ8kI/AAAAAAACBuQ/sp5IGu5U_PUVMGOc6n-BrRP6EpWgN3m-gCK4BGAsYHg/s320/pexels-photo-955793.jpeg" /></a></div><div><br /></div><div>Jadi ceritanya kemaren Zaynab ga bangun sahur, bangun-bangun jam setengah 6. Jadilah dia tidur lagi sekitar jam 9 pagi. Sedangkan hari sebelumnya dia bisa tidur lagi pasca sahur itu jam 5 subuh dan bisa bertahan hingga jam 11an. Sehingga aktivitas Ramadan ZaZi bisa dilaksanakan.</div><div><br /></div><div>Pagi, kita udah kedatangan nenek yang minta tolong jualin kerudung instan. Ga berapa lama, Zaynab minta bobo. Sekitar jam 9.</div><div><br /></div><div>Nah udah gitu, Zaynab tidurnya keganggu gara-gara tukang sayur datang anter pesanan. Jadilah dia bangun dan minta gendong terus. Sedangkan Umi harus bersih-bersih belanjaan. Dan harus ditegain buat ga gendong dia, alhamdulillah anaknya ngerti juga.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-YLp1Kx9dfGQ/XqdyTnmVzpI/AAAAAAACBus/QFbOKp9km0UkcwnWD1D295pnHUQnJm1FACK4BGAsYHg/IMG_20200427_064556.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-YLp1Kx9dfGQ/XqdyTnmVzpI/AAAAAAACBus/QFbOKp9km0UkcwnWD1D295pnHUQnJm1FACK4BGAsYHg/s320/IMG_20200427_064556.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Disaat lagi bersihin belanjaan, yang benerin mobil datang. Lumayan agak lama, sampe waktu Zuhur masuk. Jam satu Zaynab ngantuk lagi. Dengan berbagai macam cara saya cari waktu dulu untuk mandi karena ga enak ngelonin Zaynab badan lepek apalagi abis bersih-bersih. Akhirnya Zaynab tidur penuh perjuangan karena air susu seret kurang sayuran hijau 🙈.</div><div><br /></div><div>Eh jam 2.30 tukang sayur nge wa, dia kelebihan ngasih tulang iga dan mau ambil sekarang ke rumah. Demi Zaynab bobo nyenyak dan ZaZi juga ga kebangun tidur siang, saya tangkringan lah si tukang sayur di depan rumah. Datang-datang ternyata jam 3 sore 😭. Tau gitu saya tidur dulu🤧. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-paQrMPa7YII/XqdyeqTiGsI/AAAAAAACBu8/PjJPHNHdruYaENi-zDEf9MUstv5bktgogCK4BGAsYHg/00000PORTRAIT_00000_BURST20200427072911814.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-paQrMPa7YII/XqdyeqTiGsI/AAAAAAACBu8/PjJPHNHdruYaENi-zDEf9MUstv5bktgogCK4BGAsYHg/s320/00000PORTRAIT_00000_BURST20200427072911814.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Karena sudah mau Ashar, harapan untuk tidur siang lenyap. Dan bener, ga lama anak-anak semua pada bangun. Baiklah, beranjak ke agenda berikutnya yaitu masak.</div><div><br /></div><div>Tang ting tung, semua agenda berjalan hingga shalat taraweh usai. Jam 8.30 semua masuk kamar. Saya yang tadinya berniat menyelesaikan tulisan jurnal Ramadan hari ke 4, blas ketiduran 🤧. </div><div><br /></div><div>Tapi alhamdulillah karena Abi anak-anak full di rumah, jadi dalam situasi kaya gini, ZaZi tetap bisa memperoleh aktivitas Ramadan dengan Abinya. Dan kemaren itu mereka diskusi dan belajar banyak tentang bulan, fase bulan dan juga tentang peristiwa air pasang dan air surut. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-V04YFEson50/Xqdyuoeh6vI/AAAAAAACBvU/lZZdGfAG3e88CTX_0pb9nn_MllAtPrmKgCK4BGAsYHg/00000PORTRAIT_00000_BURST20200427171904643.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-V04YFEson50/Xqdyuoeh6vI/AAAAAAACBvU/lZZdGfAG3e88CTX_0pb9nn_MllAtPrmKgCK4BGAsYHg/s320/00000PORTRAIT_00000_BURST20200427171904643.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Dan alhamdulillah juga, kemaren projek Ramadan untuk family challenges nya Noor Kids kekerjain juga. Meski di pagi harinya hanya Zaid yang mood rekaman. Malam harinya akhirnya Ziad juga jadi mood. Projeknya yaitu menyapa teman-teman seluruh dunia dengan buku favorit mereka. Zaynab nimbrung terus donk 😂.</div><div><br /></div><div>Selain itu, projek Ramadannya membangun masjid kecil di dalam rumah. Kita pake alat seadanya, yaitu tangga dan aneka selimut dan seprei 😂.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-SOtxg2U0vGY/XqdzBlq_rVI/AAAAAAACBvs/rpA5lx2oVOgbTzoZ4WEZHYa_w8YsjIuJQCK4BGAsYHg/IMG_20200427_072642.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-SOtxg2U0vGY/XqdzBlq_rVI/AAAAAAACBvs/rpA5lx2oVOgbTzoZ4WEZHYa_w8YsjIuJQCK4BGAsYHg/s320/IMG_20200427_072642.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Alhamdulillah, tough day menurut saya. Sampe tadi pagi pun saya masih leleus 🤧🤧🤧. </div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-6uGlu2iCyTk/XqdzLE8KhDI/AAAAAAACBv8/zEL1GQj8LIkvsO-S2rd_SNmgfMtiTH_UwCK4BGAsYHg/IMG_20200428_063645.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-6uGlu2iCyTk/XqdzLE8KhDI/AAAAAAACBv8/zEL1GQj8LIkvsO-S2rd_SNmgfMtiTH_UwCK4BGAsYHg/s320/IMG_20200428_063645.jpg" /></a></div><div><br /></div><div>Semoga Ramadan kita berkah dan jadi ajang melatih diri menjadi lebih baik lagi. In sya allah.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 27 April 2020</b></div></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3159460171600550068.post-24798624854322944332020-04-26T20:22:00.002+07:002020-09-20T01:04:19.263+07:00Jurnal Ramadan: Noor Kids Digital Ramadan CampRamadan kali ini, banyak para relawan yang berdonasi dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya donasi keahlian. <div><br /></div><div>Jadi beberapa hari sebelum Ramadan saya memperoleh<i> link Digital Ramadan Camp</i> dari grup ibu-ibu pengajian di US. Yaitu berupa program online Ramadan untuk anak usia 7 hingga 14 tahun yang dibuat oleh <font color="#3367d6">noorkids.com</font>. Programnya gratis untuk 750 keluarga pertama yang daftar. Dan alhamdulillah saya kebagian gratis 🥰.</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-Mg0C19ETa1c/XqWCEkQDwmI/AAAAAAACBWY/TZqUU2ZNKQE0714MTqv39E1gUOX3ggwZACK4BGAsYHg/images%2B%252833%2529.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="400" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-Mg0C19ETa1c/XqWCEkQDwmI/AAAAAAACBWY/TZqUU2ZNKQE0714MTqv39E1gUOX3ggwZACK4BGAsYHg/s320/images%2B%252833%2529.jpeg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Noorkids.com</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Harusnya saya cek email notifikasi program tanggl 23 April waktu US atau 24 April waktu Indonesia. Tapi karena riweuh dan ga banyak pegang HP kaya biasanya, jadilah saya lupa. Baru keingetan tadi malam tanggal 25 April. </div><div><br /></div><div>Mumpung belum ketinggalan banyak, saya agendakanlah ikut <i>live broadcastnya</i> jam 6 pagi waktu Indonesia (Ramadan hari ketiga) atau 6 sore waktu US. Dan alhamdulillah, tadi pagi kami sekeluarga berhasil join dan ga tidur habis subuh lagi. Horrree.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-lUijUwq9fW8/XqWCVwFbyOI/AAAAAAACBWs/6QTdGw9J55ghRVZzCiLH0RHmmaDijeKcACK4BGAsYHg/IMG_20200426_061241.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://1.bp.blogspot.com/-lUijUwq9fW8/XqWCVwFbyOI/AAAAAAACBWs/6QTdGw9J55ghRVZzCiLH0RHmmaDijeKcACK4BGAsYHg/s320/IMG_20200426_061241.jpg" width="320" /></a></td></tr></tbody></table><div><br />Nah, ternyata program Ramadan online dari <b>Noor Kids</b> ini selain menyediakan video surat pendek dan <i>family challenges</i>, si <i>Live Broadcast</i> ini tak lain dan tak bukan adalah semacam tausiah untuk anak-anak dengan menggunakan cerita bergambar. Jadi cocok banget dengam schedule keluarga jam 5-6 pagi mendengarkan pengajian. Tinggal geser waktu ke jam 6-6.30, agenda pengajian anak-anak jadi lebih fun buat mereka. </div><div><br /></div><div>Btw, cerita yang dibawakan menarik terutama untuk ZaZi yang secara bahasa belum paham jika harus mendengarkan full bahasa Indonesia. Sehingga program ini membantu ZaZi mengenal Islam dan Ramadan melalui bahasa yang mereka pahami. Karena Noor kids ini adalah platform buku cerita untuk anak-anak muslim, sehingga mereka sudah sangat piawai mengambil ide cerita, konflik dan juga problem solvingnya. Sehingga anak-anak tidak merasa digurui atau disindir.</div><div><br /></div><div>Dalam cerita di <i>live broadcast</i> tadi pagi, pesan yang ingin disampaikan author yaitu bahwa Ramadan bisa membantu kita menjadi pribadi yang lebih dan makin bersabar. Puasa di bulan Ramadan bisa membantu kita mengendalikan diri dari nafsu perut dan nafsu jiwa seperti rasa marah. Dan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melatih diri dalam hal apapun yang baik-baik.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-kdesHYeW9Dc/XqWCpDJCVwI/AAAAAAACBXA/f_TDSKjhWUMZS0bv4tiuoLgDtk23LRgZgCK4BGAsYHg/chalk-board-mobile.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="281" data-original-width="344" src="https://1.bp.blogspot.com/-kdesHYeW9Dc/XqWCpDJCVwI/AAAAAAACBXA/f_TDSKjhWUMZS0bv4tiuoLgDtk23LRgZgCK4BGAsYHg/s320/chalk-board-mobile.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tokoh-tokohnya<br /></td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Cerita yang diangkat sangat dekat dengan anak-anak. Usia tokoh pun mendekati usia ZaZi sehingga mereka merasa cerita tersebut benar-benar tentang mereka. </div><div><br /></div><div>Alhamdulillah dengan mengawali pagi menyuguhkan tausiah untuk anak-anak, cukup membantu kami sedikit bisa bersabar ketika mereka mulai perang saudara 😅. </div><div><br /></div><div>Sebenarnya program yang ditawarkan Noor Kids ini bisa kita temui di You tube. Namun memang siaran langsung efektif membuat ZaZi untuk ga gatel nonton acara lain. Karena siaran dijalankan langsung oleh pembawa acaranya. Selain itu style American nya dapet dan kita berasa ikut Sunday School nya anak-anak waktu di masjid Noor 😭. Pas pula namanya Noor, kaya nama Mesjid tempat ZaZi ngaji dulu. </div><div><br /></div><div>Nah selain aktivitas baru di atas, seperti dua hari sebelumnya, kami tetap menjalankan agenda keluarga sesuai jadwal atau jika pun tidak sesuai jadwal yang terpenting aktivitasnya terlaksana. </div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-PuRUCViZ6bI/XqWDcByc_fI/AAAAAAACBXU/ZExWi9F9l0I1X1Bu0CNolc5DlCv8RyhQACK4BGAsYHg/IMG_20200426_114938.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://1.bp.blogspot.com/-PuRUCViZ6bI/XqWDcByc_fI/AAAAAAACBXU/ZExWi9F9l0I1X1Bu0CNolc5DlCv8RyhQACK4BGAsYHg/s320/IMG_20200426_114938.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ziad Munif Alfatih</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Seperti aktivitas Ramadan dan good deed. </div><div><br /></div><div>Hari ini kami coba mulai memperkenalkan <i>coding</i> sederhana menggunakan warna kepada ZaZi. Seperti biasa, Zaid akan selalu terlihat tidak tertarik jika ada hal baru. Dia hanya curi dengar dan ga mau join. Tapi nanti dia bakal tau dengan sendirinya apa yang tadi kami sampaikan ke Ziad. Dan keselnya, dia ga mau dikasi tau kalo salah 😂😅.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-5wNDcuShrMU/XqWDh5XOLmI/AAAAAAACBXc/peBXbTBbc8A7tVqhsx-sJh1Ylw3_XYfYACK4BGAsYHg/IMG_20200426_151322.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" src="https://1.bp.blogspot.com/-5wNDcuShrMU/XqWDh5XOLmI/AAAAAAACBXc/peBXbTBbc8A7tVqhsx-sJh1Ylw3_XYfYACK4BGAsYHg/s320/IMG_20200426_151322.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Zaid Mursyid Atsabit</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Selain itu, hari ini kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan diskusi kecil ala keluarga kami. Anak-anak sibuk bertanya tentang apapun yang ada di dalam pikiran mereka. Dan ujung-ujungnya pasti ditutup dengan anyang-anyangan penghilang rasa lapar mereka 😅 karena Umi sudah mulai masuk dapur 😂.</div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-sWhj0Taep28/XqWDveiRDqI/AAAAAAACBXk/QW18g6-tEhk1NQ7KLZohJj5pkFGF3cVOQCK4BGAsYHg/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200426161631031_COVER.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-sWhj0Taep28/XqWDveiRDqI/AAAAAAACBXk/QW18g6-tEhk1NQ7KLZohJj5pkFGF3cVOQCK4BGAsYHg/s320/00100lrPORTRAIT_00100_BURST20200426161631031_COVER.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anyang-anyangan rutin<br />Kali ini observasi sifat api</td></tr></tbody></table><div><br /></div><div>Oh ya, untuk good deed mereka kebagian hal yang sama, yaitu merapikan magic table mereka. Yang sebenarnya hal ini sudah jadi kebiasaan mereka namun memang masih butuh untuk diingatkan. </div><div><br />Demikian dulu jurnal Ramadan hari ketiga kali ini. Tulisan ini hanyalah jurnal keluarga, jika ada yang membaca ini, semoga ada manfaat yang bisa dipetik ya 🤗.</div><div><br /></div><div><b>Batujajar, 26 April 2020</b></div><div><b><br /></b></div><div><b>Nb. Berikut tambahan hasil karya Ziad di bidang fotografi per hari ini</b></div><div><b><br /></b></div><div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-fp1nW1Zlu5U/XqWGiSKi0nI/AAAAAAACBXw/eW53b9eQLNAxjON_Ikd_xifvzhFxnxBfACK4BGAsYHg/00000IMG_00000_BURST20200426152127263_COVER.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-fp1nW1Zlu5U/XqWGiSKi0nI/AAAAAAACBXw/eW53b9eQLNAxjON_Ikd_xifvzhFxnxBfACK4BGAsYHg/s320/00000IMG_00000_BURST20200426152127263_COVER.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Batman nolong lego</td></tr></tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /><br /></div><b><br /></b></div>Merisa Putrihttp://www.blogger.com/profile/06864016566773757435noreply@blogger.com0