MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

ZaZi mana zazi?

Selasa, 29 November 2016

Waktu bergulir begitu cepat. Dulu masih sibuk sama dunia ibu-ibu pasca melahirkan, sekarang anak-anak nya udah gede aja. Berasa mimpi nyampe ke fase ini, apalagi orang tua kita ya, pasti mimpi terus kok anak-anaknya udah beranak lagi #nyengir.

Setelah sekian dekade ga posting tulisan tentang anak-anak, akhirnya pengen lagi nulis seputar tumbuh kembang anak-anak. Blog ini lahir karena anak-anak. Keunikan mereka membuat saya panik dan butuh media untuk menyalurkan energi negatif hingga bisa berubah positif. Akhirnya menulis blog menjadi salah satu solusi yang saya pilih dalam menghadapi kepanikan menjadi emak-emak baru. Dan itu pun baru 1 tahun yang lalu, alias saat anak-anak berusia 2 tahun.

Menjadi ibu dari dua anak laki-laki seusia (kembar) menjadi tantangan sekaligus cobaan tersendiri buat saya. Ditambah kondisi dimana hubungan pernikahan harus berlangsung dalam jarak jauh. Tentunya ada yang dirasa kurang. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata memang benar, fase baru dan terberat sekalipun dalam kehidupan kita adalah pelajaran di kehidupan masa depan kita.

Fase demi fase parenting dalam kehidupan saya, seperti halnya yang dialami ibu-ibu lainnya, merupakan fase-fase baru yang cukup dirasa berat. Ilmu yang masih sangat kurang perihal kehamilan, perawatan bayi, dan tumbuh kembang anak menjadi momok tersendiri dalam menjalani kehidupan saat itu. Seolah idealnya sebuah ilmu tertabrak dengan realita yang ada. Minim nya kebijaksanaan berfikir akhirnya memunculkan kepanikan berlevel. Semakin tidak bijaksana dan saklek, semakin tinggi pula kepanikan yang muncul.

Dan saat ini, sebenarnya permasalahan belumlah usai selagi jiwa masih di raga. Perbedaannya, saat ini hidup mengalir lebih beritme berbekal pengalaman dan secuil ilmu. Menikmati tumbuh kembang anak lebih prioritas ketimbang sibuk mengontrol tumbuh kembang mereka yang masih belum mampu menyusul anak seusia mereka. Alhasil? 3 bulan di sini anak-anak jauh berkembang pesat, terutama untuk kemamouan komunikasi mereka-alhamdulillah (yang baca tulisan saya mengenai speech delay, tau kan betapa paniknya saya saat itu terutama saat anak-anak harus diterapi #hiks).

Lalu apa kabar ZaZi sekarang?
Alhamdulillah si kembar ini semakin tertarik dengan kosa kata baru. Tak jarang mereka berlomba untuk memberikan pengucapan kata yang benar. Hidup dalam bahasa utama bukan lagi bahasa Indonesia pun alhamdulillah tidak menjadi kendala utama mereka untuk bersosial dan berinteraksi. Malah semakin hari semakin menambah keyakinan saya bahwa anak-anak memanglah titipan dimana kita hanya diminta menjaga dan mendidiknya dengan optimal, jadi jangan mematok hasil. Keyakinan seperti inilah yang akhirnya membuat saya lebih enjoy dalam mengajarkan hal baru pada anak-anak.

Setiap anak itu unik, dari dulu saya yakini. Tapi baru beberapa waktu kebelakang ungkapan itu terbukti. Sebelumnya? Saya habisi hari dengan menangis meratapi kenapa harus saya yang diberi amanah ini. Saya yang penuh dengan kekurangan, lemah dalam mengingat istilah, tidak kreatif dalam berkegiatan, monoton, flat dan sederetan keminderan lainnya.

Lalu Apa yang Membuat Saya Berubah?
Waktu. Ya waktu. Terus menerus berfikir tentang hikmah meski terkadang sulit memetik hikmah yang sebenarnya, perlahan mengarak saya pada sebuah pemahaman menyeluruh terhadap potongan puzzle teka teki kebingungan saya perihal tumbuh kembang anak-anak.  Pun sampai saat ini. Puzzle itu masih lah belum utuh sampai akhirnya kita tunai amanah di dunia. Dan benarlah, visi misi ukhrawi itu ruh dalam menjalani hidup, ruh dalam mendidik, dan ruh dalam penyempurnaan ikhtiar. Ketika masih banyak alasan yang kita buat atas kelalaian kita, maka ketika itu lah masih perlu kita memperbaiki pola pikir kita. Iqro'. Bacalah apa yang terhampar dilangit dan dibumi. Terima dengan hati iyakan dengan nurani. Perlahan tapi pasti semua akan menggiring kita pada langkah kaki kokoh tanpa ragu tentang apapun itu yang bernama suratan takdir.

Columbus, 29 November 2016
11.10 am est
Catatan hati kecil

From Shooter to Attacker. Terrorist?

Hari ini cuaca mendung membuat saya dan anak-anak mengurungkan diri main keluar rumah. Selain males dinginnya, males juga kalo kejebak hujannya. Akhirnya kami main di rumah saja secara barbar hehehe

Sekitar jam 10 lebih, seberes mandi pagi, anak-anak saya kasi waktu screen time tapi cuma boleh 1 film dan itu pun pilihan saya, 'Inside Out'. Tak lama berselang suami bilang,

"Ada penembakan euy di kampus! Eh bentar-bentar"

Lanjut baca sms pemberitahuan lagi.

"Eh belum pasti denk. Yang pasti lagi ada active shooter berkeliaran di daerah kampus."

Saya masih biasa. Karena ini kali ketiga nya selama disini ada peringatan serupa. Bedanya baru kali ini si penembak berada di daerah kampus.

"Trus gimana?" Tanya saya.

Ga ada jawaban karena doi balik lagi ngerjain tugas. Dan saya balik lagi nonton sama anak-anak.

10 menit kemudian pesan peringatan masuk lagi.

Saya: "ada pesan lagi tuh"
Suami: baca bentar, tampak bingung tapi kembali ngerjain tugas.

10 menit kemudian masuk lagi pesan singkat.

Saya: "kok sering banget sih peringatannya? Waktu itu cuma sekali doank"
Suami: buka grup WA
"Eh masuk CNN geuning"

"Eh serius donk berarti?" Mulai deg-degan.

Akhirnya yang tadinya kami di aktivitas terpisah sama-sama menyimak berita live dari CNN.

Karena peringatan awalnya adalah penembak berkeliaran di sekitar kampus, saya jujur langsung lemes dan gagal fokus. Pikiran kemana-mana. Pilem-pilem eksyen berseliweran di otak. Inget Jacky chan masuk rumah penduduk dari jendela pake gaya akrobat. Saya langsung tutup jendela. Inget lagi pintu bawah khawatir belum ke kunci, saya cek ke bawah. Siap-siap deket mukena kalo-kalo ada orang asing masuk atau gedor-gedor pintu saya dah siap tanpa harus terlihat aurat. Hp standby, seperti yang didengung-dengungkan mainannya anak-anak "call 911".

Suami tau ga saya siaga ampe segitunya? Engga. Saya disamping doi sok-sok an aja. Kami seperti tidak mau menularkan kekhawatiran satu sama lain. Hehehe

Berita terus berkembang. Entah berapa lama waktu dihabiskan sehingga barulah pelaku bisa diringkuk dan dipastikan wilayah kampus bebas dan aman. Gedung-gedung yang di lock akhirnya satu persatu boleh dibuka. Satu persatu teman-teman Indonesia melaporkan diri keluar dari gedung tempat mereka terjebak dan bersegera pulang. Saya kurang memperhatikan jam saat itu. Hanya fokus memantau berita (yang mana masih perlu belajar keras untuk mengerti makna secara utuh), dan medsos hehehe.

Berita yang awalnya dugaan adanya penembak aktif berkeliaran di sekitar kampus akhirnya di perbarui terus menerus. Korban yang tadinya 7 bertambah hingga 10 orang (ada yang report jadi 11 orang). Dan salah satu di antaranya adalah si pelaku.

Apakah benar si pelaku adalah penembak aktif itu? Ternyata suara tembakan yang muncul merupakan suara senjata dari polisi patroli yang menangani kejadian di saat awal-awal penyerangan. Siapa yang di tembak? Si pelaku. Siapa yang kritis? Si pelaku. Siapa yang meninggal? Si pelaku. Sehingga kemudian berita bukan lagi perihal kejadian adanya penembak aktif di sekitar kampus melainkan berganti menjadi pelaku penyerangan bersenjata tajam (menggunakan pisau dan kemudian menusuk korbannya).

Pelaku bersenjata tajam ini mengendarai mobil, menabrak beberapa pejalan kaki di sekitaran kampus dan kemudian menusuk 2 orang di antaranya. Motifnya? Tidak diketahui karena pelaku keburu dipanggil sama Allah. Namun investigasi pihak berwajib melalui akun sosial media si pelaku dan juga rekam jejak hidupnya, sementara kuat dugaan kejadian ini bermotif RAS. Pelaku diduga ingin membuktikan kepada khalayak bahwa orang Islam itu kuat. Sampai disini saya ga mau komen banyak. Klik aja link ini.

Columbus, 28 November 2016
11.52 est.

Mengutip kalimat seorang teman:
Menjadi muslim itu harus memperbanyak sabar. Karena amarah hanya akan menjerumuskan kita. Biarlah kesabaran yang akan menjawab segala fitnah yang ada.

Begitu lebih kurang (hasil revisi saya pribadi karena ga mau ngutip langsung ... hehehe)

Semoga Allah selalu melindungi kita semua .. aamiin .. :)
Semangat aksi 212 #eh

My First Thanksgiving

Jumat, 25 November 2016

Tetiba kota Colombus sepi. Seperti halnya Jakarta saat Idul fitri atau Adha. Ya! Masyarakat Amerika tengah merayakan hari yang disebut 'thanksgiving day'. Ternyata masyarakat Amerika juga senang mudik untuk sekedar berkumpul dengan keluarga seperti halnya kita masyarakat Indonesia. Mereka juga memasak makanan khas seperti hal nya kita memasak rendang atau opor ketika lebaran tiba.

Nah untuk perayaan thanksgiving ini, makanan khas yang menjadi menu andalan mereka adalah Turkey roasted dengan siraman gravy sauce untuk pecinta asin dan Cranberry sauce untuk pecinta manis. Nah bagi kami perantauan, momen seperti ini artinya saatnya memuaskan diri dengan memakan ayam kalkun panggang dengan saos khas Amerika (a.k.a berburu gratisan #lol).

Selain turkey roasted, aneka macam pie juga disajikan. Amazing ketika dalam satu hari (ternyata) saya berhasil menyicipi (lebih tepatnya menyantap abis #lol) 3 jenis pie yaitu apple, pumpkin dan almond pie. Dan almond pie nya Ibu helda (istri dosen pembimbing suami) juara!

Sebenernya apa sih thanksgiving day itu? Hmmm, kalo dikita syukuran kali ya. Kan ceritanya abis panen. Jadi selain harvest party saat Halloween,  mereka lanjutkan kesyukuran mereka dengan thanksgiving ini. Selain wujud kesyukuran karena diberi kelimpahan makanan, mereka juga bersyukur dan berdoa diberi kesehatan selama musim dingin tiba (yang aye tangkep begonoh).

Thanksgiving Day in OSU
Selama disini, kami bisa dikatakan sering perbaikan gizi. Kenapa? Karena pihak kampus baiiiiiiik banget buat bikin acara-acara makan gratis. Sampai tibalah makan gratis saat thanksgiving ini.

Sedikit cerita ....
Dengan semangat 45, kami mengambil 2 tiket thanksgiving dinner in 2 session di acara yang diadain kampus ini #maruk. Hehehe ... kampus emang ngebagi acara makan-makannya jadi 2 waktu. Jam 11 sama jam 14. Kita ambil dua-duanya donk. Ceritanya mau patroli makanan. Karena mikir sistemnya sama kaya acara Faculty club (sejenis welcoming party gitu buat mahasiswa dari dosen-dosen). Eh ga tau nya makan gratis kali ini beda ma yang sebelum-sebelumnya (harusnya nanya ke yang berpengalaman dulu niiiih). Jadilah kami hanya ikut di sesi jam 11 berhubung perut sudah kenyang berisi kalkun, jagung, buncis, roti jagung, pie dan es jeruk (2 porsi karena abisin yang punya anak-anak). Dah, siap-siap buat next invitation. Hibernasi dulu biar perut laper lagi. Nyampe rumah shalat terus langsung tidur (gimana ga gemuk coba #pura-puragatau)

Thanksgiving in American House
Deg-deg an yes pertama kali nya diundang sama orang Amerika, dosen suami pula! Secara saya rada udik, susah makan pake table manner (makan pake tangan itu enak nikmat sedunia). Tapi yasudah. Dihadapi saja!

Soal menu udah kebayang bangeeeet. Ga jauh bedalah sama yang dikampus. Paling beda rasa aja karena yang ini bikinan istri nya pak dosen (ngebayangin masakan orang tua, pasti enak). Eh disini plus cookies, welcoming bread, ada pumpkin bread juga. Apa lagi yak? Lebih banyak lah pokonya jenisnya. (Saya bawa spring roll sama puding santen andalan emak aye).

Sedikit cerita
Nyampe di rumah beliau kami disambut dengan sangat hangat. Telat 14 menit (jam karet tetep) karena harus shalat maghrib dulu (kalo maghrib di rumah orang ga enak ngerepotin plus mereka suka ga ngerti dan ribet si saiah nya). Cerita-cerita hangat dan memperkenalkan 2 rekanan beliau, akhirnya tibalah saatnya menyantap hidangan. Berbagi cerita dan pengalaman baik menemani suasana santap malam kami. Sesekali dihebohkan dengan anak-anak yang merasa serem dengan suasana rumah beliau. Temaram dan bunyi jam dinding tua yang setiap jam nya berdentang keras (kebayang kan?)

Meskipun pertama kali ketemu dan berbincang kikuk dengan bahasa inggris alakadarnya (saya udah lama pensiun jadi mahasiswa bahasa inggris), saya sangat merasakan kekeluargaannya. Ala-ala kakek nenek. Berasa sama orang tua sendiri. Mereka juga senang bercerita tentang anak dan cucu mereka. Disitulah saya ngedadak melow. Ah ... orang tua. Dibelahan dunia mana pun, masa tua adalah masa dimana bahagia melihat anak cucu bahagia ... bercerita selagi masih mampu bercerita (kangen emak babeeeeeeh #mewek saya pun ngebayangin diri sendiri saat tua nanti).

Setelah cukup lama kami bertukar cerita seputar Indonesia, Amerika, bahasa dan budaya, akhirnya kami berpisah. Saya tadinya berharap ibu helda nya mau nawarin saya untuk jadi teman cerita. Kan lumayan mengasah lidah biar ga pabaletot. Ga tau nya beliau manggil saya karena saya kelupaan piring yang saya bawa (GR).

Akhir kata
Hari ini hari yang melelahkan bin mengenyangkan alhamdulillah. Selamat datang hari ke depan dimana saya harus kembali memutar utak bikin aktivitas buat anak-anak selama suami kejar tayang ngelarin tugas-tugas kuliah yang bikin saya yang liat aja puyeng ...

Colombus, 25 November 2016

Nb: sehari sesudah thanksgiving day, ada namanya black friday. Hari dimana obral besar2an di seluruh mall dan toko. Tapi saya skip. Masih ada prioritas lain (a.k.a ga da budget :P)

Penggusuran Ala Amerika

Jumat, 18 November 2016

Buckeye village (BV)... belum juga setahun saya menempati mu, eh kok udah mau dihancurin aja sih? Baru juga memuji-mujimu dengan segenap keelokan mu, eh kamunya ngusir aku.

Yup! Berita duka dari apartment tempat saya dan keluarga sekarang tinggal. Ada kebijakan yang kurang bijak yang dilakukan oleh pihak kampus terhadap students housing nya kampus Ohio State University (OSU) ini. Yaitu demolition atau penghancuran. Buat apa? Buat dialih fungsikan menjadi athletic center sejenis pusat olahraga gitu.

Ohio, khususnya kampus OSU memang 'bergantung hidup' pada olahraga khususnya football (American Football). Dipandang tidak menguntungkan kampus, students housing pun menjadi sasaran pengembangan sarana olahraga. Logis memang, karena pastinya akan sangat lebih menguntungkan jika kampus mengalihkan perhatiannya untuk sumber penghasilan yang pasti ketimbang 'ngabisin duit' buat ngurusin rumah mahasiswa.

Hmmmm, Amerika ga jauh-jauh beda ma Indonesia. Ya iya, lha wong Indonesia menginduk ke Amerika. Jadi kalo mikir bakal dapet 'ketenangan hidup' buah dari democrazy nya Amerika, ya saya rasa kurang tepat (atau malah salah besar). Dunia tetaplah dunia. Kalo kebagian apes ya apes aja. Tapi tak boleh dirutuki dan diratapi toh? Harus dihadapi! #rapihinjilbab

Untuk menghadapi kasus ini, aktivis mahasiswa (saya ga tau harus menyebut mereka apa, yang pasti mereka adalah orang-orang aktif yang peduli) sudah melakukan 2 kali pertemuan dengan pejabat yang bertanggung jawab. Dialog sudah dilakukan. Penyaluran aspirasi sudah ditampung. Namun yang agak nyelekit ketika memperoleh informasi bahwa mediasi sejenis begini itu sudah pernah dilakukan di beberapa tahun lalu. Bedanya, saat itu baru sekedar wacana, sedangkan sekarang sudah tekan kontrak dengan pengembang (kontraktor). Nah lho????

Penghancuran memang tidak dilakukan 100% melainkan hanya 18% saja. Namun untuk tahap berikutnya, berdasarkan peta perencanaan yang diterima, wilayah BV akan 100% disulap menjadi pusat atlet (koreksi jika saya salah). Ada penggantinya? Dulu kabarnya ada. Namun sekarang setelah diperbarui sudah tidak ada. Artinya, kampus OSU yang merupakan kampus 50 besar terbaik Amerika (apa dunia, lupa) tidak akan lagi memiliki fasilitas rumah untuk mahasiswanya. Artinya, OSU tidak direkomendasikan untuk menjadi kampus tujuan mahasiswa internasional, termasuk Indonesia. Kenapa? Karena cost yang dikeluarkan untuk biaya perkuliahan (meskipun pasti akan sebagian besar mahasiswa Indonesia yang kesini dibiayai sponsor - beasiswa)  tidak sebanding dengan fasilitas yang ditawarkan. Terlebih mahasiswa internasional membayar 2 kali lipat lebih besar dibanding mahasiswa domestik.

Ok! Tidak masalah di hancurkan, tapi tetap harus menjadi perhatian untuk pihak kampus bahwa keberadaan family/students housing di sebuah kampus menjadi salah satu faktor sebuah kampus dipilih oleh calon mahasiswanya. Artinya, jika hal ini benar terjadi, bisa saja kampus OSU mengalami penurunan jumlah mahasiswa internasionalnya.

Huh! Semoga saja BV tetap ada. Meski dengan wajah baru dan tampilan serta harga baru.

Akhirun, Saya hanya ingin meminta bantuan kepada teman-teman untuk membantu kami dengan cara berpartisipasi dalam penandatanganan petisi di link ini.

Saya baru sadar, bahwa tolong menolong bahkan sekedar penandatanganan petisi itu bisa sangat penting meski pun terlihat hal sepele dan tidak terkait langsung dengan kita. Namun saya tertegun ketika salah seorang rekanan (beliau dosen saya semasa kuliah) berkata "jangan mikirin kita aja, tapi pikirin juga temen-temen dan mahasiswa internasional lain yang bakal kuliah disini juga". Ah betapa egois nya saya. Saya bisa saja pindah ke apartemen lain, tapi masalah nya bukan disana. Perjuangan bukanlah sekedar untuk diri kita. Tapi lebih luas, untuk kebaikan dan kepentingan bersama. Ga kebayang kalo nanti ada mahasiswa Indonesia yang dengan bahagianya lulus di OSU dan datang kesini mendapati harga sewa rumah menghabiskan 2/3 uang beasiswa. Bisa-bisa mahasiswa Indonesia jadi gagal fokus nyampe sini.

Demikian salah satu curahan pikiran saya. Jika ada yang kurang tepat mohon japri. Jika mau bantu silahkan klik link. Kalau mau share dengan senang hati.

Colombus, 17 November 2016
Salah satu beban otak akhirnya tercurahkan

NOTE
Dear neighbors: 
-    Please make every effort to come to the Tuesday's meeting, 11/15, 7 pm. It is critical in deciding whether or not there will be a grad/family housing. The power is in the crowd. Let’s ask Heather of BV to provide a room and childcare service for 2 hours. 
- Please spread the word. Ask to speak for 2 minutes in every class you take. I spoke in my class on Wed and they were shocked to hear it and offered support.
- We have only a few months to organize real impacts. In the Tuesday's meeting, ask to create an open town hall meeting with all the university stakeholders in Spring. 
-  See the bigger picture: it is not about the residents’ problems, it is the university trying to dismiss a critical facility for the graduate student community because “it is a small community” (Dr. Javaune Adams-Gaston, Senior Vice President, Student Life, CGS meeting, 9/28) and “it does not generate income” (Jay Kasey, Senior Vice President, Office of Administration and Planning, at residents-SL/Office of Admin & Planning meeting,11/9)
- Please resist the idea that if it doesn’t affect you directly, you don’t speak up. Think of BV as a community -- present and future. When the administrators use the words “in the future”, “a few years”, they mean that they wait for you to graduate and the new incoming grad students are oblivious to the issue and simply accept that there is no grad/family housing. 
- A petition is forthcoming. We need you to get everyone to sign it.

Yours:BV Residents Association (Est. 2014)