MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Romantisme Menulis

Senin, 04 Maret 2019
Sudah lama rasanya tidak menulis lepas bebas terhempas puas!!!!!! Mumpung memasuki pekan bertema di 1minggu1cerita (1m1c), maka saya membebaskan diri untuk menulis apapun sesuka hati tapi tetap sesuai tema. Bisa ga ya ....

Meskipun sampai saat tulisan ini diketik, saya belum tau akan menulis apa. Ya beginilah ciri-ciri kalimat pembuka ketika ingin menulis sesuai tema, tapi tidak memiliki ide cerita 😆✌.


Tema 1m1c pekan ke 10
Tema 1m1c kali ini adalah Romantis. Ketika membaca tema ini, saya langsung berfikir kayanya tema ini akan sangat menggetarkan jiwa para pemuda pemudi yang tengah menanti pujaan hati belahan jiwa nih. Eh tapi bukan berarti ibu-ibu muda penuh karya (plis jangan eneg ya) kaya saya ini tidak bergetar jiwanya ketika membaca kata romantis ini ya. Hanya saja saya merasa agak gimanaaa gitu kalo menceritakan hal-hal romantis terutama terkait dengan pasangan. Romantisme dengan anak? Wah semua tulisan di menu ini adalah wujud romantisme saya dengan anak-anak-anak. KLIK aja! 😆

Okeh, kembali lagi tentang kata 'romantis' yang menggetarkan jiwa para muda mudi. 

Bergetar jiwa maksud saya disini yaitu seolah ada koneksi yang terjadi saat suatu kata tertentu (dalam hal ini kata 'romantis') muncul, baik dengan dilihat atau didengar. Sehingga membuat seseorang merasa 'lebih tercurah limpahkan' segalanya tatkala mendengar atau membaca kata tersebut lewat sebuah tulisan, perkataan atau perbuatan. Dengan kata lain, biasanya akan muncul ide hendak menuliskan, berbicara atau melakukan apa.

Tapi wait! Sebenarnya apa sih definisi romantis ini?

Berdasarkan baca-baca sepintas lalu ala emak-emak yang saya lalukan barusan (banget), kata romantis ini atau dalam bahasa inggris ditulis romantic berasal dari kata romance. Romance atau Romans sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk jenis karya sastra dan seni pada abad ke 17 atau 18 yang menggunakan bahasa Roman. Rumpun bahasa Roman sendiri berkembang dari bahasa latin yang sekarang bisa kita lihat di bahasa Prancis, Spanyol, Itali, Rumania dan Portugis. 

Lalu apa hubungannya dengan getar-getar jiwa muda mudi? 

Karena karya sastra dan seni abad ke 18 ini selalu bercerita tentang cinta dan perasaan, maka pada tahun-tahun selanjutnya, makna kata Roman pun selalu diasosiasikan pada hal-hal terkait cinta dan perasaan. Maka tak heran jika kita mendengar kata roman atau romantis, tiba-tiba hal-hal terkait percintaan muncul di otak. Karena memang definisi yang terbentuk tak jauh-jauh dari perasaan, cinta, fantasi, ataupun hal-hal yang mengasyikkan (ini kata KBBI ya).

Definisi Romantis versi Saya
Mendefinisikan kata berdasarkan apa yang kita rasa lalu dicitrakan oleh indra ataupun pikiran kita, sah-sah saja jika saya membuat definisi atau padanan kata sendiri kan? Kan ceritanya saya mau nulis bebas suka-suka 😆 #ngeles

Dalam menggunakan kata romantis, bukanlah sebuah hal aneh jika asosiasi kata romantis ini tertuju pada orang-orang terdekat yang kita cintai. Karena memang pada perjalanannya, kata romantis memang disematkan pada sebuah hubungan antar manusia satu dengan manusia yang lain. Seperti yang saya sebutkan di atas, romantisme dengan pasangan atau romantisme dengan anak.

Sedangkan dalam tulisan kali ini, saya hendak mendefinisikan kata romantis sekemau saya 😅. Lalu memberikan padanan kata versi saya, dimana romantis tak hanya relasi antara manusia saja. Romantis, bisa diperluas dengan melihat getaran lain sebuah hubungan. 

Selagi masih melibatkan perasaan dan cinta, maka kata romantis ini pun bebas dipadankan dengan apapun. Semisal hubungan manusia dengan pekerjaanya yang melahirkan romantisme dalam bekerja. Atau manusia dengan hobi atau perjalanan hidupnya yang melahirkan romantisme manusia dalam membersamai hobi atau hidupnya.

Menulis dan Blog
Rutinitas menulis, saya yakini memiliki romantisme tersendiri yang tercipta antara si penulis dengan karyanya. Bagaimana sebuah ide yang berseliweran di otak ditangkap lalu dituangkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah karya tulis seperti yang saya lakukan saat ini.

Terkesan mudah, tapi pada kenyataannya sulit (bagi saya). Bagaimana sebuah tulisan utuh berhasil dicipta melalui teknik ketik-delete-ketik lalu baca dan kemudian berulang lagi ketik-delete-ketik. Setelah selesai pun ada proses revisi yang dilakukan jika ternyata tertangkap mata ada kata yang salah ketik atau tak enak dibaca.

Proses seperti inilah yang menurut saya menjadi hubungan romantis antara saya dengan tulisan saya. Tak peduli bagaimana hasil akhinya, kenikmatan membersamai ide dan merangkainya dalam bentuk kata lalu kalimat dan kemudian paragraf, sudah lebih dari cukup. Apresiasi pihak luar hanyalah sebatas bumbu tambahan.

Ibarat rumah tangga, orang lain akan melihat bahagia jika kita dan pasangan kita terlihat bahagia. Meskipun mereka tidak pernah tau bagaimana kenyataannya. 

Menjadi tidak cukup penting bukan sebuah pandangan apresiasi pihak luar?

Tapi, ketika menulis di blog seperti yang saya lakukan saat ini adalah sebagai salah satu usaha saya meningkatkan kredibilitas misalnya, maka apresiasi itu penting. 

Seperti halnya para motivator pasangan muda yang harus sangat bisa menjaga hubungan dengan pasangan untuk sebuah reputasi di mata publik. Dengan kata lain, demi karir 😁. Menulis blog pun bisa jadi demikian juga 😆.

Romantisme Menulis
Pada akhirnya, semua kembali pada niatan masing-masing hati kita. Toh tidak ada yang benar dan yang salah dalam hidup ini. Semua relatif. Meskipun kata orang-orang positivisme atau aliran seberangnya memandang orang seperti saya seperti tidak berpendirian. 

Ya sudahlah ya, ga usah bahas lebih lanjut. Tulisan ini hanyalah cara saya membahagiakan diri dalam memerdekakan ide dan kata yang dirangkai dalam minggu bertema di 1m1c kali ini. 

Jika ada yang bener, ambil hikmahnya. Kalo banyak ngaconya, maapin saya. Demi 1m1c, saya rela bercerita dengan sok iye kya gini 😂😂😂.

Satu hal yang benar adanya dalam tulisan ini yaitu, saya makin cinta menulis. Sungguh! AKU CINTA!!! Apalagi dengan romantisme seperti saat tulisan ini dibuat. Semakin terasa bahwa menulis itu memupuk kepekaan perasaan dan cinta. Karena dengan menulis, kemampuan membaca kita meningkat. Paling ga membaca apa yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

Maklumin saya anak social science, dapetin wangsit hanya dengan melamun. Biar kaya Einstein 😎. Jenius 😆✌ 

Jadi deh 1 tulisan buat diposting 💅💅💅

Semoga yang baca ga nyesel terdampar disini ya 😆😆😆

THE END


Columbus, 3 Maret 2019