MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Role Play

Senin, 30 Januari 2017

Role Play atau bermain peran memiliki manfaat yang cukup banyak bagi perkembangan anak-anak.

Apa aja tuh?

🙋 Bermain peran bisa melatih perkembangan bahasa anak.
🙆 Meningkatkan kreatifitas anak
👬 Menumbuhkan kepekaan sosial dan solidaritas
🙏 Problem solving atau mengasah kemampuan menyelesaikan masalah
💃 Menumbuhkan pandangan positif terhadap segala sesuatunya

Apa sih Bermain Peran itu?
Jika para bunda mengamati tingkah keseharian si kecil, pasti bunda pernah menyaksikan si kecil melakukan sebuah tindakan imitate/meniru hasil dari pengamatan mereka dalam keseharian.

Misal, anak perempuan sering mengikuti ibu atau orang sekitar mereka yang kalo menggendong bayi pake samping atau jarit. Nah, tindakan imitate anak seperti ini sudah terarah pada bermain peran. Tinggal diperkenalkan atau digiring perannya agar lebih menghayati 😂😂. Bisa dengan cara mengajak dialog, bertanya, atau mencontohkan kembali peran yang sedang dilakoni sang anak.

Bermain peran, tanpa disadari orang tua merupakan permainan yang selalu dipilih anak-anak baik usia dini ataupun usia sekolah sebagai salah satu cabang permainan mereka.

Saya sangat ingat, permainan favorit saya dengan teman-teman adalah bermain alek-alek (bahasa minang). Atau bahasa sundanya anyang-anyangan.

Dengan sangat lihainya kami kala itu memerankan sosok ibu yang tengah sibuk memasak 😁😁. Barangkali memang memasak sebagai salah satu aktivitas terutin orang tua kami kala itu. Aktivitas paling menonjol dan membuat penasaran kami adalah mengulek cabe. Kenapa? Karena kami pasti dilarang untuk melakukan aktivitas tersebut khawatir perih mengenai mata kami atau tangan kami akan terasa panas terkena biji cabe. Sehingga, untuk memuaskan rasa ingin tahu, kami bermain peran sebagai ibu yang mengulek cabe menggunakan cabe imitasi alias batu bata 😂😂

Nah, kira-kira, permainan apa dulu yang sering bunda lakukan dalam bermain peran? Coba diingat-ingat lagi ... semoga saja bisa menambah kepekaan kita terhadap anak. Karena mengembalikan memori bahagia masa kecil kita diyakini bisa membantu para orang tua untuk lebih menganal dan memahami anak-anaknya.

Jika para bunda merasa tidak memiliki memori bahagia. Barangkali bunda memiliki Wounded inner child atau emosi tak terselesaikan di masa kanak-kanak bunda. Jangan khawatir ya bunda, wounded innerchild bisa dibantu untuk diselesaikan. 😊

Colombus, 29 Januari 2017

Berdamailah Manusia Dewasa

Hai kamu manusia dewasa!
Berdamailah sesaat dengan keperfeksionisanmu!
Berdamailah dengan standarmu!
Berdamailah dengan target capaianmu!

Nikmati ketidaksempurnaan!
Nikmati kenaturalan!
Nikmati proses!

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Sebuah pengingat buat saya, manusia dewasa dari seorang anak kecil bertubuh mungil. Dimana mereka hidup tanpa beban. Menikmati alunan irama kehidupan dalam kenaturalan. Tanpa tertekan oleh standar obsesi pribadi yang penuh perfeksionitas. Tak peduli hasil dari target yang ditetapkan. Melainkan menikmati proses yang dijalankan.

Pernah kah teman-teman memperhatikan betapa banyaknya pelajaran yang disiratkan anak kecil kepada kita manusia dewasa? Ya! Beberapa hal nya seperti yang saya tuliskan di atas. Bukan untuk di debatkan perbedaan kondisi usia dan tuntutan hidupnya. Hanya ingin mengajak berdamai sesaat. Bahwa sesungguhnya Allah menyiratkan banyak hikmah disekitar kita. Termasuk hikmah yang dilekatkan pada anak-anak kita.

Tak jarang orang tua beban terobsesi ... anak-anak begitu lepas menikmati. Jikalah obsesi hanya sebatas beban pribadi orang tua, tentu tak mengapa? Namun jika beban itu terlampiaskan pada sikap negatif kepada anak berupa tekanan perasaan dan tindakan? Lalu dimana letak salah anak-anak lucu bertubuh mungil ini?

Wahai manusia dewasa! Berdamailah sesaat! Nikmatilah betapa alaminya mereka berkembang. Betapa lepasnya canda tawa mereka ... mencapai garis takdir terbaik Tuhan nya penuh irama nan indah. Tidak terseok dan memaksakan layaknya kita yang cenderung merasa bisa dan merasa hebat sendiri. Tidak! Anak-anak tak pernah merasa hebat sendiri. Mereka berharmoni bersama alam. Membentuk keselarasan gerak dan pikiran teratur ... penuh damai.

Columbus, 28 Januari 2017

Delayed Gratification

Minggu, 29 Januari 2017

⚘Delayed Gratification⚘
.
.
a.k.a menunda kepuasan pada anak dipercaya bisa meningkatkan konsentrasi dan logika anak disaat mereka dewasa. Anak yang sudah tebiasa menahan diri dari keinginan juga dipercaya lebih awet menjaga persahabatan dan mampu bertahan dibawah tekanan.
.
.
Seperti apa sih menunda kepuasan itu?
.
.
Anak pada usia dini memiliki kebiasaan berupa keinginan untuk dilayani. Selain karena memang mereka belum mampu maksimal dalam melakukan hal-hal teknis seperti membuka pintu, memasang baju, atau sekedar menuang minuman ke dalam gelas, anak-anak menuntut perhatian tatkala mereka merasa bosan atau gelisah karena kondisi badan kurang baik.
.
.
Nah, saat anak mengungkapkan keinginan  mereka inilah delayed gratification (DG) bisa dilakukan. Konsepnya hanya menunda. Menunda sampai kapan? Sampai waktu yang kita tentukan. Misal, disaat kita sedang memasak, anak merengek minta digendong, kita bisa mengatakan "tunggu hingga umi selesai memasak, setelah memasak, umi gendong kamu". Atau ketika anak meminta dibelikan mainan favorit atau makanan kesukaan mereka. Kita juga bisa mengatakan "Tidak sekarang, beli mainan jika kamu bersikap baik pada adikmu/saudaramu lebih sering ketimbang rewel atau menangismu. Menolong, memberi perhatian, atau tidak merebut mainan saudaramu secara paksa". (ini curhatan saya😆)
.
.
Lalu bagaimana DG untuk bayi? Apakah bisa? Konon, di Perancis, bayi ketika menangis apakah karena haus atau lapar atau ingin diganti popok, orang tua tidak langsung menyusui atau memenuhi tuntutan dan keinginan si bayi. Melainkan membiarkan bayi menangis sesaat sekitar 5 menit. Baru kemudian menggendong si bayi atau melayani keinginan bayi tersebut.
.
.
Apapun caranya, konsep dasar nya menunda. Dalam batas yang wajar dan cara penyampaian yang baik.
.
.
Disarikan dari berbagai sumber

Columbus, 25 Januari 2017

Melatih Kemampuan Bicara Anak

Jumat, 27 Januari 2017

👶👶Melatih Kemampuan bicara anak💁💁
.
.
Menstimulus anak untuk berbicara tidak hanya sekedar mengajak bicara atau mengulang kata pada anak secara konsisten.
.
.
Hal yang seringkali terlupa untuk dilakukan orang tua dalam menstimulus kemampuan bicara anaknya yaitu pada bagian oral motorik anak (bibir, pipi, lidah, rahang). .
.
Beberapa cara melatihnya yaitu dengan berdecak, mengecap, menggumam panjang, mendesis, menggetarkan bibir, menjulurkan lidah, menggerakkan lidah ke kiri dan kanan sudut bibir atau bisa juga mengajak anak bermain meniup busa sabun untuk melatih ‘kelenturan’ alat oral untuk dapat berbicara dengan benar.
.
.
disarikan dari:
https://andinaseptiarani.com/2014/04/30/tips-melatih-anak-berbicara-dan-berkomunikasi/


Columbus, 27 Januari 2017

Lelah, Telehalaqoh Ajah!

Berlebih dalam melakukan sesuatu akan membuat lelah.
Oleh karena itu 2 hari ini saya lelah karena berlebihan dalam makan 😆😆😆 

2 judul tulisan teronggok untuk publish tanggal 24 dan 25 kemaren. Biarlah tak mengapa ... semoga esok dan 2 hari lalu bisa tertunaikan tulisan-tulisan yang bermanfaat.

Jika lelah ... istirahatlah ... 😆😆😆

Jika lelah, telehalaqohlah ...😊

Berikut salah satu rangkuman singkat materi Telehalaqoh 

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘

TH

Hari/tgl: Kamis/26 Januari 2017

an-nisa:32
⚘⚘ayatul hasad⚘⚘

penyebab sifat hasad:
1⃣ cinta dunia
jgn jadikan  dunia di hati .. melainkan jadikan akhirat di hati
👉harta.kedudukan.pujian manusia

❤Obat hasad
✔ILMU
ketahui hakikat dari hasad itu.
👉penyebabnya
👉efeknya
👉bagaimana agama membenci sifat ini

✔Dengan AMAL PERBUATAN
👉lakukan perbuatan yg berlawanan thd perbuatan hasad
misal:
🐝meremehkan🆚memuji
🐝sombong🆚tawadhu

🙇hasad yang diperbolehkan a.k.a *zibthoh*
misal:
💌iri terhadap orang yang diberi ilmu dan ilmu nya bermanfaat
💌iri terhadap diberi harta oleh Allah dan dia habiskan dijalan Allah
(hadits muttafaq'alaih)

⚘⚘jika zibthoh terhadap perkara dunia, boleh (mubah). Asal jangan sampe benci.
⚘⚘zibthoh terhadap perkara akhirat, mustahab

 ``DEFINISI penyakit hasad``

👉penyakit hati yang menyerang manusia yang tidak ridho thd qodo dan qodar Allah
[1/26, 10:53 PM] putri 👸🏼 ummu ZaZi👩‍👦‍👦: ⚘⚘sifat hasad muncul dr orang yang:
💌lemah
💌malas
💌pengecut
💌ga punya kemampuan utk siap bersaing

 *HOMEWORK*
💁sebutkan 1 dzikir alma'tsurat yang paling kita sukai. sebutkan alasannya!


NB: tulisan ini sebenarnya wujud lelah karena ga sanggup nulis .. jadi tulis aja materi yang tadi abis dirangkum. 

Columbus, 26 Januari 2017

Speech Delay (1 tahun yang lalu)

Selasa, 24 Januari 2017

1 Tahun yang lalu ... anak-anak yang berusia 2 tahun 6 bulan itu belum bisa mengungkap kata kecuali hanya dengan bahasa isyarat. Sesekali 'ini' ... dan sesekali 'itu'. Yang mereka bisa lontarkan adalah 'umi', 'abi' dan beberapa kata panggilan lainnya. Apakah mereka speech delay? Apakah ada gangguan pada indera pendengar atau pengecap mereka?

Tidak tidak tidak ... alhamdulillah anak-anak memiliki indera yang bagus. Mereka tumbuh sempurna. Lalu apa kekurangannya? Mereka hanya kurang memperoleh stimulus.

Seharusnya ... dalam setiap mereka tumbuh dari bulan pertama hingga bulan-bulan berikut pertumbuhan mereka ... ada sebuah stimulus khusus yang saya lakukan sebagai seorang ibu, manusia dewasa satu-satunya yang intens bersama mereka selama 24 jam bahkan. Namun sayang, stimulus itu tidak saya lakukan. Jika pun saya lakukan tidak dalam kesinambungan.

Kenapa?

Ah entahlah. Jika diingat ingat alasanya, hanya excuse dan pembelaan yang kemudian saya hadirkan. Pembelaan saya akan kondisi diri saya sendiri yang tidak mampu membagi perhatian utuh antara anak 1 dengan anak 2 dan dengan diri sendiri dan suami.

Tapi paling tidak, 1 tahun berlalu dan menikmati pertambahan kata baru demi kata baru anak-anak membuat saya semakin bersyukur bahwa Alhamdulillah Allah masih memberikan saya kesadaran akan kesalahan yang saya lakukan. Jika tidak, mungkin hingga saat ini anak-anak akan terus menjadi anak 'ini - itu' dan tumbuh dalam bahasa gerakan isyarat ciptaan mereka sendiri.

Kecerewetan Mereka
1 tahun berlalu ... kondisi berubah 180°. Dulu ketika bermain, anak-anak hanya berekspresi dalam suara-suara tak bermakna dan lebih banyak diamnya. Sekarang mereka ekspresikan semua pengalaman mereka dalam kata yang mereka mampu. Sesekali mereka berebut perhatian saya dalam bercerita. Tak jarang mereka berdebat makna kata yang saya artikan dari cerita salah satu diantara mereka. Dan sering pula mereka saling terjemahkan kata atau makna yang dimaksud saudara mereka.

Alhamdulillah ...

Perjalanan masih panjang. Namun periode emas anak-anak setiap detik semakin mendekati penghabisan. Saat ini usia mereka 3 tahun 6 bulan. Sisa 1 tahun 6 bulan optimalisasi usia emas mereka. Atas izin Allah dan penyempurnaan ikhtiar beriring doa, saya yakin anak-anak  ini akan tumbuh sesuai fitrah dari Allah swt. Menapaki jalan terbaik kehidupan mereka dalam menemukan jati diri mereka yang sebenarnya.

Tidak ada daya dan upaya selain milik Allah ... seberapapun sesak dada ini menghadapi realita perkembangan anak yang dalam kaca mata manusia masih sangat tertinggal, tetap saja Allah yang berkuasa memajukan atau pun memundurkan kemampuan manusia. Dan saya harus yakin itu! Jika bukan kita yang yakin, lalu siapa lagi??

Berkahi ikhtiar hamba ya Rabb ... sabarkan hamba ... jagalah anak-anak dari semua tindakan dan perkataan tidak baik manusia. Aamiin...

Columbus, 24 Januari 2017

REWARD

Senin, 23 Januari 2017

Ada penghargaan di setiap capaian. Ada reward. Hadiah atau apapun namanya.

Siang itu, sepulang sekolah, saat memasuki ruang kelas Zaid. Miss Amy menghampiri saya dan Zaid yang tengah bersiap pulang.

"This is for your work. You did your homework yesterday!"

Sontak melihat seplastik alat main berisi playdough membuat Zaid bersorak riang meski ga ngerti kenapa miss Amy ngasih itu.

Apa itu homework ... anak-anak belum ngerti. Namun saya coba menjelaskan bahwa bermain ... dan dilakukan dalam rules dan usaha untuk mengikuti nya sehingga ada hasil yang dicapai (bukan hasil sesuai ekspektasi ya, tapi hasil atas usaha ... bagaimana pun endingnya .. sesuai atau tidak dengan hasil yang diharapkan ... yang penting usaha untuk melakukannya) akan memperoleh hadiah baik dari umi atau abi atau miss di sekolah. Karena hal itu baik. Sedangkan rewel, merengek tanpa alasan yang jelas, apalagi marah-marah setelah dikasi tau sesuatu hal dengan baik, itu hal buruk. Tidak ada hadiah. No reward.

Yaps!! Inilah salah satu rangkaian pemahaman yang saya dan suami lakukan kepada anak-anak. Berawal dari ketidakpahaman mereka ... tapi terus menerus diberi tahu akan membentuk pemahaman bagi mereka nanti ... dihari-hari ke depan.

Kami sedang menikmati proses. Genap 1 tahun ZaZi bisa berkata dalam makna konsisten ... Saatnya optimalkan fase kritis usia mereka ... Berkahi dan Ridhoilah kami Ya Allah ... bimbinglah kami selalu ... 😇😇😇🤗🤗🤗

Colombus, 23 Januari 2017

TARGET

Pernah liat orang memanah? Ada target panahan yang dibidik para pemanah kan? Nah, saya jadi kepikiran, kenapa Rasul menganjurkan Mukmin untuk menekuni olahraga cabang memanah ini (selain berenang dan berkuda).

Hidup dalam keyakinan akan adanya Tuhan yaitu Allah swt. dan meyakini panduan hidup ada di dalam alkitab bernama Al-Quran akan menggiring kita pada sebuah keteraturan. Termasuk keteraturan dalam capaian hidup. Sehingga butuh target membersamainya.

Hakikatnya, manusia diciptakan untuk tujuan penghambaan. Artinya, Allah menginginkan kita hidup dalam penghambaan. Dalam penghambaan ada indikatornya sehingga seseorang dimasukkan dalam level bertakwa. Namun tetap Allah yang berhak melabeli seseorang beriman dan bertaqwa.

Indikator disini tujuan nya bukan untuk "bagaimana kita mencitrakan diri ke makhluk" tapi "bagaimana kita mencitrakan diri ke Allah".

Jadi, jika salah satu hal sehingga seseorang dikatakan menghamba yaitu dengan mensyukuri semua pemberian Allah, maka salah satu indikator penghambaannya misalnya dengan lafaz hamdalah. 

Dalam membuat dan menyusun target penghambaan, bisa dibantu dengan list amalan yang harus kita lakukan. (dikenal dengan list amalan yaumi)

Misal, dzikir harian sekian kali, baca Al-Quran sekian juz perhari, sedekah sekian juta perbulan, tahajjud sekian hari perminggu, dhuha dan lain-lain. Jika target penghambaan tercapai melalui ceklis amalan harian, maka akan tercermin di dalam perubahan tingkah laku. Pekerjaan berkualitas karena terbiasa menyelesaikan hak Allah sehingga pasti dipermudah Allah menyelesaikan kewajiban diri. Atasan di kantor senang, naik jabatan deh. Itu salah satu contoh ya ... jika targetan ukhrawi di dulukan... konon katanya dunia bakal ngikut 🤗🤗🤗

ah apa ini tulisan ilustrasi nya geje.😂😂😂

Intinya ... hiduplah bersama target. Terutama target-target untuk memperoleh predikat bertaqwa. Aamiin...

Columbus, 22 Januari 2017

Meniti Jalan

"...Meniti jalan panjang ...
syarat kan rintangan ..."

Song 🎵🎶🎵🎶🎵🎵🎶🎶

Terkadang kita kurang menyadari bahwa apa yang dilakukan anak kecil banyak pelajaran berharga untuk orang dewasa. Contoh nya saja dalam aktivitas meniti jalan seperti ini. Sudah sangat paham tentunya orang tua bahwa aktivitas meniti jalan merupakan aktivitas yang bisa melatih koordinasi mata anak dan keseimbangan tubuh. Bahkan di sekolah anak-anak, meniti jalan masuk dalam materi test untuk laporan rutin perkembangan kemampuan anak.

Bagi kita aktivitas ini pasti sangat mudah. Namun tidak begitu halnya untuk anak-anak. Melangkah kaki bersilang dalam satu garis lurus merupakan pekerjaan sulit bagi anak-anak. Sesekali mereka terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Fokus mata diperlukan agar langkah tetap pada jalurnya. Jika tidak, ya akan terjatuh lagi.

Begitulah perjalanan panjang dalam hidup ini. Mau tidak mau  harus kita titi dengan baik. Agar tidak terjatuh apalagi terjerembab. Mata harus mampu melihat fokus agar bisa memastikan kaki melangkah benar. Tidak hanya mata fisik pun mata batin kita. Karena hal terjujur dalam diri kita ada pada nurani. Dan nurani hanya bisa dilihat dengan mata batin.

Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung yang diberikan kemampuan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah sehingga bisa terus bersyukur dalam meniti jalan nan panjang penuh rintangan ini. 👼👼👼

Columbus, 20 Januari 2017

Mulai Saja, Bermain itu Seru!

Bentar lagi bulan Januari pergi. Februari datang. Meski jatuh bangun (hobi amat pake kata ini eike), dalam menikmati irama tubuh dalam konsistensi bermain dengan anak, perlahan tapi pasti makin kerasa kalo bermain itu seru.
Fakta Dibalik Foto Bermain yang Seru (Alkisah)
Sesekali drama ... sering mainan ditolak ... anak-anak yang belum ngerti rules atau aturan ngacak-ngacak alat dan bahan yang udah disiapkan. Gondok bin keheul! Tapi tetap harus dijalankan. Karena jika berhenti untuk menciptakan kreasi memupuk motivasi dalam bermain bersama anak ini, SAH tiga kali donk saya nyerahnya 
Menyerah bukan berarti kalah ... Namun ketika menyerah membuat berhenti melangkah. Itulah dia kalah! Saya ga mauuuuu...
Dengan segenap tenaga dan semangat ... sedikit dan perlahan ... berusaha menghadirkan permainan buat anak-anak meski hanya bermain dalam waktu singkat (yang on the track nya. Sisanya inovasi ala anak-anak #ngertikaaaaan). Tapi at least anak-anak ketika bingung mau main apa... udah nanya "main apa lagi mi???" YES!!!
Hal baru yang harus saya sadari dan peka-i ya pertanyaan ini. Manfaatkan kebosanan anak-anak dan tawarkan permainan berbasis tujuan ini.
Awali dengan kesepakatan ...
eksekusi bersama dan libatkan anak-anak
Mininalisir kekacauan dengan standar dan aturan main saat kesepakatan dibuat.
Orientasi proses bukan hasil.
Sehingga saat eksekusi, yang terpenting anak-anak diberikan arahan dan diberi tahu tujuannya. Mungkin mereka terlihat tidak mengerti, tapi tetap yakin bahwa sesuatu jika berkala dan terus menerus ...akan membut anak-anak paham dan ngerti. 
Dan Saat Eksekusi
Contoh saat esekusi permainan sederhana seperti di foto background tulisan ini (maaf... saya masih belum menemukan cara lampir foto di tengah tulisan pake apps BLOGGER). Saya menjuduli permainan ini "Colorful Pipes and Beads".
Tadinya mau bikin cerita ... kalo sedotan yang saya bilang pipe itu pipa buat aliran air hujan... bla bla bla en deble ... tapi ga jadi ... karena permainan ini di siapkan mendadak jadi muluk rasanya dibuat cerita sementara anak-anak belum pernah dilihatkan apa itu pipa saluran air hujan. Ok! Sorting color aja!
Akhirnya diputuskan sesaat! Permainan ini bertujuan untuk melatih koordinasi anak-anak terhadap warna yang mereka lihat pada beads dan mencocokan nya dengan warna sedotan kemudian mengaliri sedotan dengan beads sebanyak angka yang tertera di akhir saluran sedotan (tertulis di piring gabus).
Bagaimana Respon Anak-anak?
Drama dooooonk ... anak-anak yang baru memulai bermain dengan tujuan plus aturan ini, bermain masih bar-bar ... terutama untuk permainan baru yang tidak mengandung unsur gross motor skills activity nya atau ga ada toys favorit mereka.
Mereka bermain acak seenak udel. . Zaid malah acak-acak kotak beads nya (dan akhirnya saya sembunyikan). Sementara Ziad ready to play sebenarnya tapi karena saya sibuk sama Zaid jadilah dia tak tentu arah dan bermain inovasi sendiri (great dede!!!). Maafin umi salah paham saat itu ... 
Setelah pembaharuan kesepakatan dengan Zaid, barulah akhirnya permainan tereksekusi dan anak-anak happy. See!
Mereka Hanya Butuh Waktu dan Sabarnya Kita
Selama ini saya sering kurang sabar (sampe sekarang juga masih suka gitu) ... Dada rasanya hhhhhhhh melihat anak-anak abai dengan apa yang saya persipakan untuk mereka. Tak sekedar abai dengan permainan .. tapi juga sengaja iseng dengan saya seolah becandain dan pura-pura ga denger omongan saya. Mereka lanjut terus mengeksekusi apa yang mereka mau. Ditambah kondisi mereka seringnya memaksakan bermain padahal udah ngantuk.
Namun disini saya belajar melihat kebutuhan. Andai tidak terencana dan permainan dibuat hanya untuk kepentingan fana semata ... tentulah saya jadi semakin tidak peka dengan anak-anak. Sementara buku rekam jejak dan perencanaan pembelajaran untuk anak-anak sedikit banyaknya membuat saya menyadari "oh mereka begini karena begini, begitu karena begitu". Dan kesimpulan saya sementara untuk anak-anak dalam pelaksanaan resolusi 2017 dengan fun learning with Umi dan Abi adalah
"mereka hanya butuh waktu untuk menyadari bahwa apa yang dihadirkan itu menarik dan bermanfaat untuk mereka. Dan kami butuh sabar untuk menyikapi berbagai macam drama dan rentetan penolakan dari 2 bocah yang lagi cerdik-cerdiknya ini"
Mungkin saya terlambat menyadari. Atau seringkali sadar kemudian lupa lagi .. tak mengapa. Karena belajar tak melulu perihal hafalan (kemampuan mengingat). Belajar terkadang butuh kepahaman. Dan mungkin ini cara Allah mengantarkan kepahaman pada saya tentang apa itu Ibu, anak dan keluarga. Melalui aneka tingkah anak-anak.
So, mulai saja! Bermain itu ternyata menyenangkan 
Columbus, 19 Januari 2017

Portofolio Untuk Anakku

Rabu, 18 Januari 2017

Banyak kemudahan saat ini bagi orang tua untuk mendokumentasikan tumbuh kembang anaknya. Selain melalui dokumentasi via photo yang disimpan dalam akun medsos, sekarang juga mulai hadir buku printable portofolio anak.

Nah, saya sendiri dari jaman muda belia gadis jelita #plisjanganiri 😂 sangat berhasrat untuk memiliki buku rekap all about anak 1, 2, 3 dan seterusnya. Terinspirasi dari imam Hasan Albana (tokoh Mesir). Namun sayang, saat memiliki buah hati, pertempuran hebat di dalam diri membuat saya mengalami amnesia dengan apa yang saya cita-citakan. Banyak faktornya (ubek-ubeknya blog saya, pasti nemuin deh ceritanya #eaaaaa). Sampai akhirnya di tahun 2017 ini saya kembali menata semangat yang diawali dengan pemaknaan demi pemaknaan akan perjalanan hidup di tahun-tahun sebelumnya.

Sampailah akhirnya sedikit dan perlahan portofolio anak versi saya mulai berwujud. Meski masih banyak PR dan revisi sana sini, tak mengapa. Alhamdulillah ini juga bisa di eksekusi pelan-pelan. Tanpa kemulukan dan dalam kesederhanaan. yang tersimpan lembaran demi lembaran.

Semoga rekam jejak ini tersimpan awet dan dijaga Allah ... jika pun takdir berkata lain, ada tulisan di blog ini yang berjudul "Portofolio Anak" sebagai bukti bahwa Umi dan Abi pernah mengabadikan karya dan catatan tumbuh kembang kalian anak-anak umi kini dan anak-anak umi nanti (alias adik-adik nya ZaZi) 😍😍😍

Columbus, 21 Januari 2017

Fenomena Grup Ibu-Ibu Pembelajar

Ayo ayo ... siapa yang gabung di grup-grup kumpulan ibu-ibu apapun latar belakang grupnya. Rata-rata pasti karena ada kesamaan kebutuhan. Hehehehe...

Grup yang memanfaatkan aplikasi seperti grup FB, WA atau Line tampaknya sudah cukup lama menjamur ya. hihihi ... Macem-macem jenis grup itu. Nah kalo saya sih banyak nya grup ibu-ibu. Fenomenal kayanya grup ibu-ibu.

Grup ibu-ibu alias grup yang isinya almost ibu-ibu (wanita yang sudah menikah) grup paling aktif sedunia (tanpa riset 😆). Fenomenal wow wow wow ...

Salah satu grup paling fenomenal yang saya ikutin bernama grup "Learning Mama" (disingkat jadi LM). Dari sekian grup yang saya ikuti ... inilah grup yang saya rasa ada ditengah. Alias bisa saya ikutin. Ga nyantai-nyantai amat ga juga saklek-saklek amat. Masih balance kalo bahasa kerennya.

Setelah jatuh bangun di grup pembelajar lain yang bagi saya cukup bikin saya ga kuat ini ... akhirnya grup LM menyelamatkan saya. Terseok-seok (ini lebay) saya menata kesiapan mental bergabung di grup ibu-ibu pembelajar. Dengan segenap aturan. Oh MG!!! Ada aturan lageeeeeeh. Tapi fine!!! Saya siap! Bergabunglah saya ... tadaaaaaaaaa ...

LM berhasil memikat hati saya yang sempat terkebat kaku. Kenapa? Karena orang-orangnya banyak yang saya kenal secara fisik alias pernah ketemu atau pernah atau masih temenan. Dan ternyata hal ini menjadi salah satu faktor kenyamanan saya. Karena ternyata (lagi) ... sebagai makhluk visual ... saya susah mengekspresikan bahasa lisan  seseorang yang secara karakter atau fisik belum saya kenal. Sehingga salah membaca intonasi karena keterbatasan tanda baca membuat saya jadi terpancing sensitipitasnya ... ditambah saya emang rada sensi (duluuuuu yaaaaa ... sekarang nyantai kaya dipantai).

Apapunlah itu ... fenomena grup ibu-ibu pembelajar sadar atau tidak sadar memberikan pembelajaran berkala buat para ibu-ibu anggota grup ... bahwa inilah fenomena terdahsyat ... dimana tetangga bertambah tak lagi di dekat rumah ... tapi di deretan nomor kontak .. (halah apasih puuuut).

Intinya ... jika gabung di grup ibu-ibu pembelajar ... sadari ... kebutuhan sendiri ... kemudian gabung setelah memastikan diri butuh atau tidak berada di grup-grup demikian. Buat kebaikan diri sendiri sih kata saya mah... biar ga baper (tunjuk diri sendiri dan #dor)

Columbus, 18 Januari 2017

2 Raja-ku

Hai anak anak ... sekarang masih anak 2 ... Zaid dan Ziad namanya ... Entar kalo nambah jadi "Hai anak anak anak anak anak ..." 😆😆😆

Usia kalian sekarang di usia perlakuan seperti halnya ke raja ... jadi nikmati ya ...

Kalo kalian pas besar nanti ternyata mengalami emosi terpendam karena kekurangan umi dalam menyikapi kebutuhan kalian ... pliiiiis bilang ya ... atau kasih kode umi dari sekarang 😁

Jadilah raja yang bijaksana ya anak anak ... Raja yang paham betul dirinya ... sehingga bisa mengayomi rakyatnya. Mau menerima nasehat, kritikan dan masukan. Tegas dan berwibawa. Dicintai dan mencintai rakyatnya ... Sopan dan santun ... berbudi luhur dan elok lakunya. Murah senyum pada siapapun ... rendah hati dan ramah ... disenangi rakyatnya ...

Wahai 2 Raja umi ...👬
Umi saat ini hanya mencoba menggenapkan ikhtiar ... dimana segala hal yang ada pada diri kalian ... sepanjang waktu kalian dalam 24 jam 7 hari 4 minggu 12 bulan ... umi usahakan berjalan berdasar apa yang sebaiknya kita lakukan.

Jika sebelum tidur haruslah bebersih mulut dan berwudlu ... umi coba terapkan ... pun dengan doa sebelum tidurnya ... ada target yang umi tuliskan .. oh bulan ini kenalan dulu sama doa sebelum bobo .. bulan berikutnya rutinin ah sikat gigi dan wudlu nya ... begitu seterusnya ... hingga kalian tertib sebelum tidur dan menjadi pribadi bersih ... karena raja kan harus kinclong ... hehehe💂💂

Trus kalo misal di siang hari ... tatkala sedang asik bermain harus umi potong untuk melaksanakan shalat plus makan siang sementara kalian masih pengen lanjut main ... pliiiis jangan sedih dulu. Main bisa bersambung kok ... tapi membangun kebiasaan lidah umi untuk menyeru mengajak shalat biar umi nya terbangun kebiasaan positif itu cucaaaah 😭😭 ... trus kalo ga makan teratur bahaya buat kesehatan. Jadi ini cara umi mengajarkan ke kalian untuk mensyukuri nikmat sehat dari Allah dengan memberi hak fisik dan hak batin ... Kalo dah sakit kan repot mau makan kudu pilih-pilih dan mau shalat kudu menggigil kena wudlu. Iya iya ... kalian masih kecil ... umi ga paksa ... cuma menyeru ... tapi ntar umur 7 tahun kalo ga shalat umi rotan yaaaa... jadi shalatlah kalian untuk membangun sayap kesabaran dan kesyukuran ... 🤗🤗🤗

Hmmm ... Sore harinya calon raja umi harus duduk manis baca ayat Al-Quran ya .. 5 menit cukup ... kalo mau lebih alhamdulillah. Dzikir full abis shalat jama'ah juga ... dipimpin Abi. Berharap kata-kata yang akrab di telinga kalian adalah kata-kata dzikir ... Masuk alam bawah sadar ... memenuhi relung-relung jiwa kalian yang masih sangat mulus ... 😚😚

Maaf juga kalo kalian sedih umi ga kasih video lagi. Raja-raja kecil umi boleh screen time lagi kalo udah bisa diajak taat waktu ya .. umi dah tempel jam lengkap dengan angkanya ... pelan-pelan umi ajarin liat jam ... paling ga kalian tau jam angka segini berarti lagi aktivitas ini, kalo angka segitu lagi aktivitas itu.

Umi lagi belajar ... di usia kalian yang lagi comel-comelnya ... udah bisa argumen meski pabaletot ..  tapi umi sukaaaa ... makanya umi semangat belajar. Karena kalian luar biasa banget semangat nya ...

plis plis plis ... jadilah raja yang terjaga ritme emosi nya .. mengerti harus mengalirkan kemana emosi A B atau C nya ... kapan harus jadi si sadness atau fear atau anger. 😆😆😆 (Kalo gaya pake tas sekolah nya Riley mah kalian udah khatam 😂😂)

Maafin umi kalo umi suka baper dan lebay sama kalian ... umi juga lagi belajar mendisiplinkan diri ... Ada saatnya karakter dasar umi yang mendarah daging puluhan tahun lebih muncul saat umi merasa lemah, lelah dan berusaha Lillah. Semoga ekspresi umi yang all out mengajarkan kalian apa itu kecewa, sedih, bahagia dan puas. 😊

Semoga Allah bimbing langkah kita ya para Raja ...

Columbus, 17 Januari 2017

Seni Bermain dengan Anak

Anak-anak, dunia nya ya bermain. Pekerjaan mereka ya bermain. Dengan bermain tumbuh kembang mereka bisa terbantu.

Seiring bertambahnya kepintaran dan kebisaan anak, semakin bertambah pula kebisaan mereka untuk merajuk atau merayu orang tua, termasuk merayu agar mau main bersama mereka.

Setuju ataupun tidak setuju, memang pada hakikatnya kita harus bin wajib meluangkan waktu khusus untuk bisa bermain bersama anak. Namun tuntutan peran membuat kita lupa atau menganggap lalu saja peran tak 'menghasilkan' ini.

Tapi saya yakin ... masih banyak orang tua yang perlahan mulai menyadari peran tak 'menghasilkan' ini penting. Peran sebagai apa? Ya sebagai orang tua 😆. Kenapa tak 'menghasilkan'? Karena seolah tak mendatangkan uang seperti peran lain kita di pekerjaan.

Hmmm ... jika mau berfikir panjang, sesungguhnya anak bisa menghasilkan sesuatu untuk kita. Sederhana nya ... sebuah kepastian jika kita mengoptimalkan peran kita sebagai orang tua ... maka akan ada pahala yang dihasilkan. Ga cukup pahala aja? Ok! Peran sebagai orang tua itu investasi masa depan berjangka waktu cukup panjang. Yang ditawarkan berupa kebahagiaan tak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Karena jika kita berhasil mendidik anak menjadi anak yang soleh buah dari optimalisasi diri kita sebagai orang tua, maka dapatlah kita sebuah amalan dimana amalan tersebut akan mengalir sepanjang masa bahkan disaat kita sudah tiada. Gimana? Menggiurkan bukan? Jika tidak menggiurkan, coba bongkar onderdil hati dan pikiran kita, barangkali ada yg koslet 😆😆😆😅😅😄😄

NEXT
👇

Bagi saya, bermain bersama anak itu adalah seni #eaaaa. Ada cara di dalamnya sehingga dalam bermain menghasilkan harmoni kehidupan yang indah. Apakah berupa pencitraan (gambar) atau berupa suara. Jadi disini saya mencoba untuk berbagi 'Seni bermain dengan anak'

🙇 Simak ya ...

1) Dalam bermain dengan anak hal pertama yang harus kita perhatikan adalah 'KESADARAN'.
Pastikan diri kita dalam kesadaran penuh bahwa kita tengah akan bermain bersama makhluk kecil bernama ANAK. Yups anak! Bukan ponakan, anak orang, apalagi dikira boneka. Bukan bukan bukan.

2) Setelah memastikan diri sadar, pastikan bahwa hati dan pikiran tercurah limpah FULL buat ANAK. Untuk sementara singkirkan urusan lain termasuk urusan kantor apalagi urusan cucian numpuk atau setrikaan menggunung. Anggap saja saat itu semua pekerjaan telah beres rebes sama dayang-dayang dalam dunia khayal kita 😆😆😆

3) Selanjutnya, posisikan diri sebagai anak kecil. Kalo perlu pelajari karakteristik anak usia dini. Jika anak nya udah 7+ ... Silahkan cari karakteristik anak usia sekolah. Biasanya anak masih akan membutuhkan waktu bermain khusus dengan orang tua sampe usia 9 tahun. Beda-beda lah ya tiap anak. Yang pasti, untuk anak usia dini main bersama anak itu wajibul kuduuuu #iramaqiroah 😄

4) Respon setiap celotehan anak.

5) Ringankan lidah dalam melontarkan pujian berupa 'Wah hebat!", "Anak pintar", "Good job!", atau "Nice!".

6) Sesekali usaplah kepala mereka dan berikan kecupan sayang. Jika perlu, peluklah mereka atas hal hebat yang mereka lakukan meski hal itu menurut kita 'ah biasa ajah' 😆

7) Silahkan batasi waktu dengan sounding di awal kepada anak sebelum bermain. Untuk anak yang belum paham, memang akan sulit di awal-awal ketika harus menghentikan bermain bersama dengan mereka. Namun memberitahu apa pekerjaan yang harus kita lakukan merupakan proses belajar juga untuk anak. Jadi ga usah khawatir ya kalo anak nangis pas kita udahan main sama mereka. Mereka cuma butuh waktu aja untuk paham 😊😊

Demikian tips singkat seni bermain dengan anak. Semoga saya konsisten mempraktekannya ... Sumber dari pengalaman pribadi ... jika ada tambahan .. very welcome 😍😍😍

Columbus, 16 Januari 2017

Blueprint Pengasuhan

Selasa, 17 Januari 2017
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Bahkan setiap orang tua biasanya mengharapkan anak-anaknya jauh lebih baik dari mereka. Namun sayangnya, keinginan tersebut belum dibarengi kesadaran dalam mempersiapkan pola pengasuhan yang pas sehingga keinginan tersebut bisa terwujud.


Setiap orang pasti memiliki cara masing-masing dalam melakukan pengasuhan berdasarkan keyakinan masing-masing berbekal pengalaman ataupun pengetahuan. Jadi memang bukan sebuah keharusan dalam membuat sebuah blueprint pengasuhan. Alias tidak ada paksaan atau kewajiban seperti halnya ibadah seperti shalat yang wajib bagi setiap mukmin (bagaimana persepsi ini mah).

Bagi yang penasaran mengenai blueprint, berikut saya coba paparkan hal-hal terkait blueprint pengasuhan. Meski masih bingung harus mulai menjabarkan nya dari mana... saya coba aja ya .. ngacak sekeingetnya ... mumpung anak-anak lagi main dirumah tetangga 😆

Apasih Blueprint Pengasuhan
Secara harfiah blueprint itu sendiri ya artinya blueprint 😅 / cetak biru / gagasan / gagasan utama ... coba cek aja di kamus ya .. saya ga ngecek ✌. Secara istilah, pemakaian blueprint yang disandingkan dengan kata 'pengasuhan' lebih menekankan pada konteks gagasan besar. Gagasan apa? Dalam hal ini gagasan dalam pengasuhan.

Ibarat siswa, setiap guru dituntut memiliki gagasan utama dalam mengajar. Apakah hanya sekedar guru pelepas tanggung jawab profesi dengan masuk kelas kemudian minta siswa untuk mengerjakan tugas dibuku panduan halaman sekian dan sekian. Atau guru yang memiliki visi dan misi berupa gagasan yang dibawa dalam mengajar.

Nah, perbedaan persepsi ingin meng-create diri menjadi guru seperti A B atau C inilah yang bisa dilihat dari perencanaan pembelajarannya. Meski di sekolah memiliki kerangka khusus dalam perancangan perencanaan pembelajaran, tapi saya yakin, guru yang memiliki blueprint mengajar akan merancang pembelajaran yang luar biasa. Tak sekedar mengajar isi mata pelajaran, tapi juga mengandung unsur intrinsik seperti halnya penanaman nilai dan moral.

Tujuan Pengasuhan
Seperti yang saya sampaikan di atas, setiap orang tua pasti menginginkan hal terbaik untuk anak-anaknya. Nah keinginan ini jika di breakdown atau ditelurkan akan menghasilkan tujuan pengasuhan.

Misal, "duh pengen deh anak-anak rajin belajar. Biar gedenya jadi orang pinter. Ga kaya saya dulunya malas belajar".

👉 ingin anak rajin belajar
tujuannya 👉 biar jadi orang pinter.

Sehingga salah satu tujuan pengasuhan yang bisa ditelurkan adalah 👉 mendidik anak untuk rajin belajar.

Bagaimana Cara Menggapai Tujuan itu?
Setiap usaha adalah proses mencapai hasil. Kunci utamanya ada pada proses, bukan hasil. Sehingga dalam menggapai hasil hal pertama yang perlu kita sadari harus lakukan adalah MENIKMATI PROSES.

Trus gimana caranya menelurkan tujuan ke dalam sebuah aktualisasi? Ya langsung eksekusi.

Cari tahu, dalam pencapaian tujuan tersebut apa saja cara yang bisa kita tempuh. Sebelumnya, analisis dulu kebutuhan anak berdasarkan usia perkembangannya. Kemudian telurkan tujuan berjangka (jangka pendek dan jangka panjang atau ditambah jangka menengah misalnya). Setelah tujuan terpetakan secara periodik, mulai breakdown lebih rinci bagaimana cara pencapaian tujuannya.

Untuk menjawab pertanyaan 'how to' ini memang dibutuhkan semangat belajar. Paling ga semangat Googling 😅😂

Beda Blueprint dengan Lesson Plan?
Barangkali ada yang nanyain. Bagi saya blueprint itu gagasan ... duh apa ya .. yang ada di otak saya mengenai blueprint adalah apa-apa yang ingin kita capai. Bisa berupa gagasan kan ya? #malahbaliknanya 🙈

Saya pribadi menyarikan blueprint dari materi parenting yang saya dapatkan dari Ibu Elly Risman. Saya memang suka gagasan pemikiran beliau meski ga semua juga berterima secara utuh.

Nah untuk blueprint, sebelum akhirnya saya adopsi tok artikel ibu Elly risman. Saya coba memikirkan:
🌸 apa sih yang ingin saya capai dalam hidup ini
🌸 tujuan hidup saya apa ya
🌸 setelah jadi emak alias orang tua, apa yang ingin saya capai
🌸 tujuan hidup saya pasca jadi emak apa ya
🌸 anak-anak mau saya apakan
🌸 anak-anak mau dibesarkan dan dididik dengan cara apa
🌸 kuliah aja butuh manajemen, apalagi besarin anak... hmmm...
🌸 trus apa yang saya butuhin ya dalam membesarkan anak

Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian bertemu dalam satu titik tentang tujuan penciptaan. Karena saya, suami dan anak-anak adalah ciptaan Allah. Artinya, kami hidup untuk mencapai tujuan penciptaan. Dan saya pun manggut-manggut.

Ada ga ya metode pengasuhan yang pake sumbernya Al-quran? Banyaaaaaak. Kita tinggal pilih. Tinggal rajin baca dan Googling seperti yang saya bilang.
Ketika membuat blueprint sendiri, keterbatasan ilmu saya membuat skema yang tercipta di otak saya kacau. Seperti benang kusut. Padahal saya merasa sudah sangat menemukan air ditengah padang pasir. Tapi bejibun nya materi yang dibaca tanpa kejelasan mazhab membuat saya gagal menuliskan kembali berbentuk skema utuh agar enak dilihat dan mudah dibaca.

Jreng jreng.... 

Nemu tulisan bu Elly risman. Seperti yang pernah saya tuliskan ditulisan terdahulu, saya seperti mendapat wangsit 🙈

Langsung dah tak eksekusi berupa skema sejenis mind mapping ...
Vertikal (ke Allah)
👆
👉 Horizontal (ke makhluk)

Perkawinan unsur vertikal dan horizontal ini lah yang mewujudkan tujuan utama
👉 HAMBA yang BERTAQWA

Kebayang kan kalo kita ibadah nya mantep dan muamalah nya oke, Allah senang, teman, kerabat, keluarga pun senang. 

Seperti Rasulullah Saw. jika mau dicarikan contoh nyata nya. Eits, no apologi ya "ya elah! Rasul kan hamba pilihan. Ya iyalah perfek!". 

Ingat! Intinya ada pada proses, bukan hasil. Kalo liat hasil duluan, gempor duluan kita 😆. Tapi kalo kita fokus pada proses, semoga konsisten dan terus mengisi waktu hidup dengan perbaikan demi perbaikan. Tanpa ada sikap pesimis.

Nah terus lesson plan apalagi? 
Lesson plan itu rancangan teknis. Teknis dalam mengeksekusi blueprint. Sehingga blueprint ga sekedar coretan saja ... tapi di usahakan terwujud sasaran nya dengan mengeksekusi berbagai macam aktivitas.
Misal kan. Di dalam blueprint ada unsur horizontal. Bu Elly risman membagi nya menjadi 4 peran:
🌸 manusia untuk diri sendiri
🌸 manusia untuk keluarga
🌸 manusia untuk masyarakat
🌸 manusia untuk memimpin (ini poin tambahan buat anak laki-laki)

Untuk komponen manusia berperan untuk diri sendiri. Menumbuhkan sikap bertanggung jawab misal dengan mendidik anak bertanggung jawab atas mainan nya. Mengajarkan anak untuk bersih-bersih dan rapi-rapi setelah bermain itu merupakan salah satu aktivitas positif wujud eksekusi kita dalam melaksanakan blueprint.

Dalam 1 aktivitas bisa mencakup beberapa peran atau bahkan semua unsur. Misal dalam aktivitas bermain peran. Anak sebagai pahlawan kesenangan nya. Datang menyelamatkan hewan-hewan yang terjebak dalam kebakaran hutan. Bisa kita masukkan konten 👉 suka menolong, peduli makhluk Allah. Peran yang ditekankan peran di dalam masyarakat sebagai sosok penolong, dan peran mematangkan karakter diri sebagai sosok peduli makhluk Allah. Kemudian penggunaan kalimat-kalimat thoyyibah pun bisa dimasukkan. Misal sebelum superhero beraksi ... baca bismillah ... biar dilancarkan urusan nya sama Allah. 

Pengulangan pengenalan dalam pemakaian kalimat-kalimat dzikir dalam bermain anak bisa sebagai jalan pembentuk karakter Qurani. Bisa juga diselipkan cerita menggunakan ayat Alquran ... Gimana kreatifitas kita dalam mengembangkan aktivitas nya. Sehingga ... karena dituntut kreatif .. kita pun orang tua harus belajar banyak.

Kesimpulan
Jadi untuk sementara bisa disimpulkan bahwa blueprint pengasuhan pada hakikat nya sebuah usaha pematangan gagasan dalam meluruskan tujuan hidup (tujuan penciptaan), baik kita sebagai orang tua maupun untuk anak itu sendiri sebagai objek pengasuhan.

Karena ada unsur vertikal dan horizontal di dalam pengasuhan yang ingin kita terapkan. Sehingga dalam aplikasi dan eksekusi nya ... diperlukan semangat dan keseriusan dalam merancang aktivitas positifnya agar tujuan utama tersampaikan.

Untuk aktivitas nya bersambung ya ... blueprint dan lesson plan itu saling kait kok  😉. Baru jalan 2 minggu bikin beginian saya masih anak bawang. Adapun yang saya tulis saat ini adalah proses belajar saya ... jika ada yang kurang tepat ... mohon dimaafkan dan dimaklumkan .. karena belajar disela kerempongan ... sering sekali saya kehilangan materi yang harusnya dibaca ... 😥

Columbus, 15 Januari 2017

Konsep Pelaksanaan Aktivitas Bermain

Minggu, 15 Januari 2017

Salah satu cara yang bisa kita lakukan dalam menstimulus perkembangan anak adalah dengan bermain bersama yang menyenangkan. Sehingga wajar, kalo akhir-akhir ini begitu banyak para orang tua terutama ibu-ibu yang berlomba-lomba menciptakan ide bermain untuk anak-anaknya. Termasuk saya 😄😄😄

Ada 2 hal penting yang saya coba garis bawahi dalam membuat ide bermain untuk anak agar tujuan stimulus tercapai:

1) Bermain dilakukan bersama-sama dengan anak
2) Bermain dilakukan semenyenangkan mungkin.

Bermain Bersama
Mungkin banyak orang tua yang mengeluhkan poin ini. Terutama orang tua yang memiliki amanah pekerjaan diluar rumah. Jangankan untuk menciptakan ide bermain, untuk menyisihkan waktu khusus bermain bersama anak aja terasa sangat sulit karena beban amanah diluar rumah yang sungguh luar biasa.

Namun mau tidak mau, bagaimana pun kondisi kita, apapun profesi dan sesibuk apa pun kita, memang sebaiknya ibu ataupun ayah memiliki rancangan waktu khusus bermain bersama anak. Selain mengikat kedekatan dengan anak, juga membantu perkembangan emosi anak menjadi lebih baik.

Fenomena yang saya temukan, masih banyaknya para ayah yang belum menyadari urgensi bermain bersama ini. Kalo pun ada, masih sedikit ayah yang memiliki perhatian khusus dalam cara menerapkan bermain bersama ini sehingga lebih berkualitas dan bisa membantu pencapaian tujuan pengasuhan (saya masih hutang nulis tentang tujuan pengasuhan 😆😆😆). hmmm...

Bermain pada dasarnya tanpa diciptakan pun, anak-anak pasti akan mampu menciptakannya sendiri. Karena ternyata pekerjaan utama anak-anak adalah bermain 😊😊😊 Namun, untuk memperoleh tujuan pengasuhan yang merangsang perkembangan positif anak, perlulah bermain secara bersama ini. Tidak perlu lama, meski katanya 2 jam adalah waktu ideal yang harus kita luangkan untuk anak, tapi jika hanya memiliki 30 menit waktu khusus asal konsisten, saya rasa itu sudah cukup.

Jadi bermain bersama itu:
ada anak 👉 ada orang tua (ayah atau ibu atau dua-duanya) 👉 ada target capaian

Misal bermain bersama untuk merangsang kemampuan verbal anak. Anak usia 12 bulan. Sebelum bermain, orang tua terlebih dahulu harus mengetahui idelanya kemampuan verbal anak usia 12 bulan seperti apa. Kemudian observe kemampuan anak. Barulah lakukan aktivitas bermain untuk menstimulus itu. Contoh aktivitas mainnya misal dengan bermain mengejar bola (atau benda yang disenangi anak). Sebutkan benda tersebut secara berulang. "Bo-la". Dengan pengucapan yang jelas. Lakukan aktivitas ini rutin dan konsisten serta berpola berselang seling dengan aktivitas penstimulus kemampuan lainnya. Jika perlu tuliskan perkembangannya dan cara cari terbaik untuj menstimulusnya. Jika pasangan bekerja, sediakan rancangan aktivitas untuk pasangan ketika waktu libur. Sehingga pasangan kita cukup memainkan perannya sesuai rancangan aktivitas kita. Selain kebutuhan anak untuk kelengkapan komponen orang tua terpenuhi, pasangan pun terbantu dalam mendekatkan diri secara emosional dengan anak.

Bermain yang Menyenangkan
Tak selama nya bermain itu menyenangkan. Bisa jadi bagi anak aktivitas tertentu menjadi sangat membosankan. Sehingga poin menyenangkan disini bisa kita kembangkan dengan melihat sisi unik dari anak. Apa yang sedang disenangi anak. Kemudian kolaborasikan dengan apa yang dibutuhkan anak saat itu sesuai tahapan perkembangannya.

Misal. Anak-anak sangat suka mobil-mobilan. Dan menurut kita, anak-anak harus sudah mulai diperkenalkan angka dan huruf. Sehingga dalam menciptakan ide bermain, konten mobil kolaborasi angka dan huruf bisa jadi alternatif. Apakah angka ditempel di setiap mobilan anak-anak. Kemudian ketika mereka mengambil mobil tertentu, sebutkan angka yang tertempel itu. Begitu juga dengan huruf.

Perihal Kebutuhan
Kebutuhan atau hanya memaksakan anak? Tampaknya kita harus berhati-hati dalam melihat apa yang dibutuhkan anak. Andai anak ketika dikenalkan angka dan huruf dan ternyata mereka menolak dengan memperlihatkan ketidaktertarikan mereka, jangan dipaksakan. Artinya mereka belum butuh. Karena konsep awalnya menperkenalkan. Bukan menghafalkan. 😆 Jadi jika anak tidak tertarik ya tidak masalah. Tapi bukan berarti urung untuk diperkenalkan kembali. Jika tertarik berarti itu poin tambahan terlebih ketika anak ternyata mampu mengingat angka dan huruf tersebut.

Melihat kebutuhan anak bagi saya menyeimbangkan faktor lingkungan dengan internal diri anak itu sendiri. Misal, ketika lingkungan mereka sudah 'menuntut' mereka untuk mengenal angka dan huruf (karena misal salah satu test perkembangan di sekolah adalah angka dan huruf), maka intensitas bermain melibatkan tuntutan lingkungan ini lebih dominan dilakukan sebagai pembentuk memori anak. Jadi andaikan pun anak-anak belum memiliki kebutuhan akan angka dan huruf secara signifikan, bisa kita ciptakan saja kebutuhan tersebut dalam keseharian mereka. Misal dalam menuang gula ke dalam adonan kue. Atau menuang beras ke dalam rice cooker sebelum memasak nasi.

Aktivitas kolaborasi inilah nanti yang akan menjadi pengikat memori anak yang kemudian akan mereka kembangkan sendiri sesuai kreasi mereka. Apakah kreasi berupa aktivitas tiruan dari apa yang mereka liat atau pun kreasi sendiri berdasarkan kemampuan imajinasi mereka.

Jadi biarkan mereka berkreasi setelah melakukan aktivitas bermain bersama yang menyenangkan. Selain memupuk kreatifitas, juga memupuk kemandirian. Ga usah panik atau pun marah-marah dan kecewa lagi donk ya ketika anak memainkan permainan yang sudah kita persiapkan diluar perencanaan. Apalagi sambil mengacak-acak benda-benda dalan permainan tersebut. Karena sesungguhkan aktivitas acak-acak itu juga bagian dari bermain anak. Tinggal kita tekankan saja pada prinsip 'meletakkan sesuatu pada tempatnya' atau 'menjaga kebersihan itu penting'. Jadi pasrah anak-anak diluar kendali bukan berarti lupa menanamkan value ya .. 😊😊 yang menyebabkan anak menjadi bias atau bahkan tidak mengenal sama sekali konsep-konsep itu.

👉 eksekusi ide 👉 perkenalkan cara dan hal baru 👉 biarkan mereka berkreasi 👉 tetap kontrol dan sampaikan adab, value atau pun konsep-konsep lain yang diperlukan

Columbus, 14 Januari 2017

Tanpa Lesson Plan Gimana?

Jumat, 13 Januari 2017

Yey nyaris 1 minggu tanpa lesson plan. Karena apa? Karena ga sempet. Rutinitas kembali normal. Anak-anak full kembali ke pangkuan umi karena Abi butuh waktu ekstra untuk belajar. Biar di akhir semester ga se hectic semester kemaren #ituharapansaya. Hectic? Ya iya. Hectic karena tugas akhir diborong di akhir. Padahal bisa dicicil pelan2 dari awal semester dimulai. Salah siapa? Salah saya, karena saya masih kaget memenuhi peranan baru sebagai istri mahasiswa. #heu.

Tepatnya hari selasa, dimana anak-anak dan suami memulai aktivitas 'jihad' rutin mereka. Secara kasat mata memang saya harusnya bisa lebih longgar karena ada waktu dimana anak-anak off sama saya sekitar 3 jam. Tapiiiiii ... rata-rata saya off dr anak2 hanya 2 jam setengah lebih kurang. Karena selain waktu perjalanan anter jemput anak-anak, suka banyak primemori disela-sela waktu sekolah anak-anak. Suka adaaaaaa aja yang akhirnya eh udah jam 10.. hehehe..

Tapi tenang. Ga ada lesson plan bukan berarti ga ada aktivitas. Aktivitas tetap berjalan. Paling tidak latihan selama 1 minggu sebelum anak-anak sekolah membuat saya jadi lebih aware dan peka sama apa yang unik dari mereka.

Misal, Zaid. Abang yang penyabar ini lagi seneng-seneng nya sama story telling, retelling, imaji yang mengandung cerita. Dan anak nya ternyata sangat aware sama sign atau sejenis petunjuk penggunaan. Saya baru ngeh hal ini saat Zaid dibeliin mainan sama Abinya setelah ada 2 bulan lebih kurang delay gratification nya. Karena Zaid penyabar, maka dikasi reward pas anaknya udah ga minta dengan merengek seperti sebelumnya. Trus ujug-ujug Zaid bilang "nah, tu miiii ... ini miii. Gitu, gitu ... gini mi". Dengan bahasa gini gitu nya #hehe. Yang intinya, cara mainin mainan nya begini tahap-tahapnya mi. Saya takjub plus ngakak.

Terus gimana ziad? Nah Ziad anak penolong ini lagi pinter-pinternya acting mimik wajah. Imitate umi banget, mulai dari cara marah, cara ngambek, cara kesel, dan cara ngerayu. Huft. Dia memang fans berat umi. Dikit-dikit "umi cantik". Padahal emaknya lagi di dapur tampang babu. Tapi emang cantik sih saya, makanya pak Taufik kleper kleper #eaaaaaaaaa #dilarangmuntah.

Terus terus, gimana aktivitas anak-anak kalo ga pake lesson plan? Tetap berjalan. Namun minus evaluasi. Pake lesson plan aja kadang saya masih minus evaluasi saat 1 minggu percobaan. Evaluasi apa yang kira-kira kurang tepat yang saya lakukan dalam stimulus ketika bermain, atau hal kurang tepat saat memberi respon atau dorongan. Sehingga setelah ditumpuk sampe 5 hari begini tanpa lesson plan, saya gagal mengingat hal-hal yang perlu di evaluasi dalam pengasuhan baik yang saya atau suami lakukan (dimasa kuliah gini suami hanya bermain sama anak-anak pagi dan malam dan kalo tugas udah pada selesai #heu sayangnya tugasnya ada lagi ada lagi #namanyamahasiswa).

Karena hal inilah saya merasa lesson plan itu masih saya butuhkan (orang tua lain mungkin ga butuh ... gimana cara aja ini mah). Selain memang niat awal sebagai rekam jejak, bukti bahwa kami mengasuh anak-anak dengan rencana teratur dan tujuan terarah alias ga barbar. Jadi ketika mereka nanti udah gede, dan baca buku rekam jejaknya jadi kaya semacam pemberitahuan kalo jadi orang tua tu ga gampang. Karena yang dijaga titipan Allah. Jadi orang tua artinya berani untuk menjadi lebih Soleh. Menurut saya mah.

PR saya masih banyak ... manajemen waktu dan pengendalian diri yang jadi PR besar mah. Mohon doanya ... banget-banget dari teman-teman. Karena sesungguhnya kita yang sekarang lagi kebagian di akhir jaman begini (saya asli suka serem kalo udah ngomongin ini) mau ga mau harus lebih giat belajar dan beribadah mahdoh dan ghoiru mahdoh-eits pake #istilah pak ustadz deh eike buat bekel pulang ke negeri akhirat.

Mau cara nya seperti apapun, menjaga niat dan keikhlasan serta semangat menjadi hal penting disini, agar dalam prosesnya menyampaikan kita pada hasil terbaik. Aamiin...

Semangat ya buat ibu-ibu lain yang lagi semangat juga evaluasi pola pengasuhan dan membuat perubahan sedikit demi sedikit. Sekecil biji zara pun bernilai pahala in sya Allah ... aamiin...

Columbus, 13 Januari 2017

Wanita Butuh Kuota atau Bicara???

Tergelitik sama bahasan sepintas ala emak-emak dari salah satu grup WA yang saya ikuti. Tatkala saya hampa tanpa bicara, seorang teman hampa tanpa kuota. Begitulah wanita. Butuh aktualisasi diri berupa kata, lisan ataupun tulisan.

Di jaman sekarang, 'rumpi' tak lagi harus nyamper ke rumah tetangga. Cukup pastikan kuota ada, percakapan pun bisa tercipta. #eitdah kalimatku ber-rima gini.

Tapiiiiii ... saya ternyata tetap merasa hampa meski kuota di tanggung gratis juga (maksa biar rima nya terjaga #lol). Kebutuhan untuk bicara hingga 20 ribu per kata tetap menuntut jiwa. Meski menulis di blog salah satu cara memfasilitasi kebutuhan bicara saya, tetep aja, saya butuh bicara alias diskusi atau ngobrol ringan dengan manusia nyata, face to face. Bukan screen to screen.

Jauuuuuuuuh sebelum saya membaca teori 20rb kata per hari yang butuh dikeluarkan wanita untuk menjaga stabilitas emosi nya ini (saya ga tau ini teori bener apa ga ya), saya memang sudah sangat sadar bahwa saya butuh menyalurkan kata alias bertemu dan bercerita dengan orang sekitar. Meski hanya sekedar bicara soal masak apa hari ini, anak-anak gimana atau sekedar perkenalan lanjutan dengan para tetangga. Nah sayangnya, jaman dimana screen lebih berharga dari face (ini bukan judgement ya ... biar keren aja gitu face vs screen :P ) sangat sulit rasanya saya bisa memenuhi kebutuhan saya yang satu ini. Selain khawatir rumpi, saya juga khawatir keceriwisan saya kurang berterima di beberapa orang yang mungkin tidak merasakan kebutuhan seperti saya ini. Sehingga mau tidak mau, saat ini saya sudah cukup bersyukur bisa bicara hanya lewat pemenuhan kuota internet yang kebetulan dapet gratis include sama biaya apartment (curhat) alias media sosial yang ada.

Berbicara soal pemenuhan kata ... entah itu hanya wanita atau pria pun juga, yang pasti ada sebuah keinginan dimana saya merindukan bertetangga seperti halnya dulu orang tua saya bertetangga. Ada tegur sapa di kala sore merona. Melepas penat bersama tetangga, sekedar makan baso atau sate yang lewat di depan rumah kita. Konflik tetap ada, namun selesai dengan sendirinya, bergantung kadar bijaksana nya kita. Anak-anak pun ikut berkumpul, bermain dalam gelak tawa dan sesekali terdengar tangisan memekakan telinga (ini saya jadi kebawa2 maksain ber-rima terus ini teh). Penuh aktivitas fisik. Menambah manfaat untuk perkembangan anak yang memang butuh aktivitas fisik sebagai penyaluran energi. Ah... saya benar-benar rindu suasana di komplek kala itu.

Mendapati takdir hidup di negara orang, saya hanya mampu berdamai, dan mencoba menciptakan suasana serupa untuk anak-anak. Meski hanya sekali atau 2 kali dalam 1 bulan. Dalam acara berlabel pengajian 2 mingguan. Dimana semua orang Indonesia datang (yang di OSU aja sih) ... berkumpul dan kebutuhan saya untuk mengeluarkan kata pun tersalurkan. Anak-anak pun beraktivitas sosial meski tak sebebas kala saya kecil. Terbatas ruang. Terbatas kuantitas juga. Dan juga terbatas kebiasaan ngagadget dikala kumpul (ini PR saya yang lain). Tapi tak mengapa. Paling tidak masih ada secuil kebiasaan positif yang masih saya rasakan hadir disini, dimana kaki tak lagi berada di negara sendiri. Pun di negara sendiri, saya sanksi apakah kebiasaan positif seperti ini masih bisa tercipta atau hanya tinggal nama?

Saya berharap, dimana pun saya berada, penyaluran kata dengan lebih menghargai pertemuan face to face ketimbang screen to screen tetap ada. Secanggih apapun tekonologi kita. Karena interaksi sosial langsung itu lebih aduhai kerasa ketimbang pake perantara (red: teknologi).

Semoga... semoga...

Columbus, 12 Januari 2013

Bocoran Bacaan dalam Membuat Lesson Plan

Kamis, 12 Januari 2017

Tulisan beberapa hari ini wujud kemalasan. Pertama malas mencari ide menulis. Kedua malas berfikir dan merangkai kata untuk menyampaikan barang sedikit saja opini. Jadilah mencari cara agar tulisan tetap lancar tanpa beban, toh ini proyekan pribadi tanpa tekanan, akhirnya keidean bikin tulisan khusus berisi link-link bacaan yang saya baca. Padahal saya bacanya sekupret ... karena action berbicara lewat poto kali ya ... dimana poto cenderung penuh fatamorgana pencitraan ... jadilah banyak yang ngejapri terkait apa saja sih sumber bacaan sehingga bisa mengeksekusi lesson plan atau membuat kurikulum untuk anak. Hmmm ... malu sungguh saya malu rasanya. Tapi tak apa, anggap saja pecutan biar makin rajin belajar. Semalas-malasnya paling ga tetep kudu rajin share info bermanfaat.

Berikut link web atau judul buku yang saya baca baik secara keseluruhan atau pun sebagian sesuai kebutuhan. (Ini yang teranyar ya .. kalo diurut dari awal punya anak sih udah ga inget. Hehehe)

WEBSITE
1) www.learning4kids.net
2) theimaginationtree.com
3) nurturestore.co.uk

Buku
1) Islamic parenting
2) Homecoming innerchild
3) 150+ screen free activities
4) The curious kids' science book

Grup/personal FB dan Fanpage
1) Kiki barkiah
2) Parenting with Elly Risman and family
3) Yayasan Kita dan Buah Hati
4) Learning Mama
5) Sabumi

Selain hal di atas, saya sangat sering menggunakan jasa Embah GOOGLE dalam menjawab rasa penasaran saya. Misal, saya penasaran sama teori Montessori, saya ketik deh dimesin google "montessori". Ntar keluar deh bejibun. Begitu juga untuk keywords yang lain. Nothing special kan???

Saya bukan pembaca buku apalagi hobi baca buku. Saya senangnya diskusi dan berfikir. Kalo udah penasaran, dan ga tuntas di diskusi, baru insaf buat baca-baca. Ga ada yang spesial dari diri ini selain rasa penasaran. Dan itupun setelah dipancing berkali-kali atau udah ditegur seringkali sama Allah. Hiks... apapun yang saya tulis dalam blog tujuan untuk kepentingan pribadi. Sempet sih ingin terkenal lewat blog. Tapi saya ga bakat. Niat melenceng itu berefek pada rasa malas di dalam diri. Kalo niat nya lempeng ... lebih ngalir dan asik nulisnya. Demikian. Hehehe #curhat

Saya yakin banyaaaaaaaaaak banget orang tua yang sudah sangat fasih ilmu pengasuhannya. Baik fasih karena rajin membaca ataupun memang berkecimpung dalam bidang ini, ataupun fasih karena peningkatan jam terbang alias banyak anak hehehe. Namun bagi saya, ilmu mengasuh dan mendidik anak itu tak lekang oleh waktu. "Indak lakang dek paneh, indak lapuak dek ujan" kalo kata orang minang. Awet sepanjang masa. Awet usaha nya maksudnya. Jadi sampai kapanpun kita tetap harus belajar belajar dan belajar. Tidak peduli apa latar pendidikan, nyambung atau tidak dengan pengasuhan, dan tidak peduli juga dengan sesibuk apapun kita. Belajar pengasuhan merupakan hal wajib jika ingin optimal menjaga anak titipanNya ini. Jadi, belajar ya Putriiiiiii #reminderbuatsayayanglagimalas. Belajar buat optimal ikhtiar, bukan pencitraan (godaan untuk pencitraan makin hari makin kuat, maklum, jaman medsos)

Columbus, 11 Januari 2017

NB: khawatir ada yang penasaran keyword apa yang saya masukan dalam meracik lesson plan.
1) tumbuh kembang anak usia 3 tahun
2) gross motor skills
3) apa itu sensory play
4) apa yang dibutuhkan anak usia 3 tahun
5) stimulus untuk anak usia 3 tahun
6) pengasuhan anak usia 3 tahun
7) perkembangan anak sesuai fitrah
8) elly risman
9) pakar parenting
10) teori perkembangan anak
11) pendidikan anak usia dini
12) montessori
13) aktivitas anak usia dini

Tips Singkat Untuk ORTU

Orang dewasa sering merasa tidak nyaman dengan tingkah anak kecil. Dan orang tua, biasanya terganggu jika tingkah anak diluar kata normal versi dewasa. Sehingga akhirnya membuat orang tua tidak peka dengan anaknya.

Nah... Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap anak kita. Ini sedikit tipsnya.
1) ambil kamera (boleh kamera hp sampe kamera dslr pun boyeh)
2) minta anak melakukan sesuatu yg mau mereka lakukan (menawarkan hal baru bagi anak2 itu menarik. Salah satunya bantu umi ngupas kentang dan wortel)
3) fasilitasi keinginan itu. Ajarkan jika mereka kesulitan di awal. Selanjutnya motivasi.
4) hayati apa yg mereka kerjakan dengan mengamati dan memikirkan tentang apapun terkait makhluk mungil itu
5) jepret momen terbaik
6) simpan kamera
7) kembali perhatikan anak
8) sesekali lontarkan pertanyaan atau ajak ngobrol

Setelah selesai 8 tahapan itu .. di malam hari .. ketika anak-anak bobo.. buka gallery foto .. liat hasil jepretan tadi .. renungkan .. evaluasi diri.. jika abis marahin anak.. ingat-ingat kenapa marah. Gimana tadi cara kita marah. Gimana respon anak-anak saat kita marah. Kalo kita yang salah .. kitanya udah minta maaf belum. Trus.. liat wajah mereka yg lagi bobo ... bayangkan bahwa wajah mungil itu kelak akan jadi pemuda atau pemudi ...

Pelan2 ada perasaan dimana tetiba kita pengen anak kita jangan cepet-cepet gede. Dan esok harinya kita berubah jadi mama peri yg sangat sangat sangat peka terhadap anak-anaknya

Columbus, 10 Januari 2017

Skill Penting Usia 3 tahun+

Membaca namun tidak menulisnya ibarat melihat aliran air namun tidak menciduknya.

Banyaaaaaaaak sekali rasanya (rasanya ya) informasi mengenai parenting dan ide bermain anak yang sudah saya baca. Tapi saat ingin mengaplikasikannya, informasi itu pudar dan seolah tak mau diingat. 

Ternyata memang benar, menulis adalah pelekat memori. Jadilah saya tulis poin-poin penting tentang apa saja yang saya rasa butuh terkait parenting dan ide bermain.

Dalam parenting, hal yang perlu kita ketahui tentunya terkait tumbuh kembang anak. Bisa dikatakan kita harus peka untuk hal satu ini kalo tidak mau anak mengalami fase keterlambatan. Sehingga teori tumbuh kembang sangat kita butuhka donk ya. (Yang pasti saya butuh... hehehe.

Nah berikut ini, ada 5 skills atau kemampuan yang menurut pakar tumbuh kembang anak penting untuk dikembangkan dan di beri stimulus. Apa saja kah itu?
1) Gross motor skills
Alias keterampilan motorik kasar.
2) Fine motor skills
Alias kemampuan motorik halus
3) Language skills
4) Thinking Skill
5) Social Interaction

Untuk penjelasannya ... sambung menyambung ya di tulisan selanjutnya. :)

Columbus, 9 Januari 2017

Urusan Niat (Catatan Kosong)

Senin, 09 Januari 2017

Urusan mendidik anak itu urusan niat ...

Luruskan niat ...

Maafkan ... hari ini ide buntu karena keasikan main sama anak-anak. Banyak hal yang bisa dibagi. Sayangnya raga sudah tak mampu berbagi ketukan keypad dalam merangkai kata panjang. Jadilah hanya 2 kalimat di atas yang bisa dibagikan.

Columbus, 8 Januari 2017

Lesson Plan Itu ... (Alkisah)

Minggu, 08 Januari 2017

Lesson Plan (LP) atau Perencanaan Pembelajaran (PP) dibuat tentunya untuk menjaga pembelajaran agar sesuai tujuan yang direncanakan atau hendak dicapai berdasarkan kurikulum. Kalo di sekolah-sekolah, guru merancang PP berdasarkan kurikulum. Dulu jaman prkatek ngajar, sekitar 7 tahun yang lalu, kalo ga salah masih Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Guru hanya mengembangkan aktivitas pake kurikulum yang sudah disediakan pemerintah. Enak ya udah ada kurikulumnya.

Hmmm ... saya pribadi bukan tipe orang yang cepat puas dalam merancang. Tapi tipe yang cepat cape alias menyerah saat mentok (dan ini jelek). Jadi, disaat dulu saya membuat Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP) saya merasa kurikulum yang ditawarkan tidak beriringan dengan kebutuhan siswa saya saat itu. Jadilah saat itu saya sedikit modifikasi aktivitas di dalam RPP yang menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Namun sayang, kesempatan ngajar tidak diberikan full kepada kami mahasiswa magang (red: guru atau dosen pamong nya luar biasa rajinnya beliau. Salam takzim saya kepada Ibu Gande). Karena memang sedikit banyaknya mahasiswa magang jadi agak 'mengacaukan' tujuan akhir (persiapan UAS) terutama bagi guru-guru perfeksionis (dalam artian positif ya). Meski di beberapa sekolah banyak teman saya yang malah berlaku sebaliknya. Guru magang dimanfaatkan se manfaat-manfaat nya (cenderung negatif) dan dosen pamong bisa nyantai (poin ini ga untuk dibahas ya ... hehehe...karena kasuistik :* )

Balik lagi ke bahasan LP. Kemaren saya sempet nanya ke suami. "Bi, aku tu bikin beginian karena masih ada jiwa gurunya (pengalaman ngajar di SMK, ST, PAUD... tapi pengalaman ini ga ada yang nyampe 1 semester saking mobilenya hidup gueeee #mobilepapagalau :P ) Apa emang murni bakat ku butuh?" Suami lempeng menjawab "mix".

Hmmm, iya sih, bisa jadi. Dan saya mulai berfikir bahwa membuat LP seolah gampang tapi membutuhkan input tentunya. Jadilah saya coba ingat-ingat lagi proses sebelum saya memutuskan membuat LP.

Alkisaaaaah ...
Hehehe...
Sekitar tahun 2013, dimana saya saat itu tengah hamil, sharinglah saya dengan beberapa orang teman (teman yang hamilnya cuma 1). Dari sharingan itu, saya berfikir bahwa penting buat saya untuk membangun pemikiran positif selama kehamilan. Terlebih kehamilan saya termasuk kehamilan beresiko (red: hamil kembar). Harusnya disaat itu saya sadar ya, bahwa intinya, wanita ketika dikasih hamil berarti dikasih waktu dan kesempatan lebih sama Allah untuk belajar lebih banyak dan giat lagi. Karena ada calon manusia di dalam perutnya yang menunggu dididik dan diasuh dengan cara dan metoda terbaik. Sayangnya saat itu saya hanya berfikir "bagaimana caranya, saya ga stress dan ga lahiran sebelum HPL". Karena belajarnya baru dari kehamilan 4 bulan dan getol di UK 6 bulan ditambah bisik-bisik mitos dari para pendahulu ... saya pun gagal mempertahankan perut drumband yang UK 7 bulan looks 9 bulan #lol. Akhirnya launching di UK 31 jalan 32.

Eh kok jadi kisah pregnancy ini teh ...
Tenang-tenang. Cerita bermula dari sini. Pesan nya ada pada awalan kisah. Karena ternyata, telat belajar untuk menjadi ibu sedikit banyaknya membuat kita kebingungan dalam mengasuh anak. Terlebih anak nya langsung 2. Jangankan milestone anak yang terpikirkan. Udah bisa ngeASI dengan bahagia aja udah syukur berlipat. Dan mulailah babak perASIan saya yang drama yang menyumbang sedikit banyaknya kegalauan dalam hidup saya. Yang sedikit banyaknya membuat saya kurang peka apa itu tahapan tumbuh kembang anak. Hingga sampailah waktu dimana anak-anak berusia 1 tahun. Menjelang Abinya pulang dari negeri antah berantah.

Anak-anak belum bisa jalan. Padahal udah 13 mau 14 bulan. (Kekhawatiran 1)
Anak-anak ngomongnya aneh, belum berbentuk frasa apalagi kata (kekhawatiran 2)
Anak-anak bla ble blo (beruntun kekhawatiran demi kekhawatiran)

Hingga saya berfikir saya harus banyak baca. Banyak belajar. Ok, gabung grup mama-mama profesional. Belajar lagi. Buka-buka artikel dari pakar A sampe Z. Lalu? Saya semakin menjadi ibu-ibu baper nan sensitif dan sedikit membuat tertekan. Efeknya? Ya ke anak-anak.

Secara ilmu saya tau bahwa anak usia 1 tahun ke atas mulai lasak. Sayangnya, saya baru tahu bahwa namanya adalah masa kritis. Masa dimana sel-sel otak anak berkembang pesat di beberapa bagian yang membantu anak tumbuh baik dalam hal ini atau itu (saya lupa istilahnya. Takut salah kalo nyebutin. Dan kelemahan saya ya di peristilahan, makanya di catet juga teori yang saya rasa penting saya ingat di buku Rekam Jejak anak-anak). Sehingga apa yang saya lakukan? Pelarangan demi pelarangan. Dan saya tau hal itu kurang tepat saya lakukan. Dan benarlah, faktor ekonomi menjadi salah satu faktor kepanikan saya. Dimana ketika cairan pem-pel yang masih baru 1 kali pakai dan sudah disimpan jauh tapi tetap ditemukan anak-anak dan berhasil mereka buka dan mereka mainkan bersama itu menjadi momen awal dimana saya berhasil marah kepada anak-anak. Yang terbayang saat itu adalah harga cairan pel itu dan gaji plus posisi suami yang masih entah dimana rimbanya. Dan saya yakin setiap kita, almost, memiliki kisah kepanikan berlatarbelakang ekonomi ini.

Hari berganti hari dan anak-anak semakin tumbuh dan berkembang sesuai titah tuhannya, Allah ta'ala. Tak peduli saya sebagai ibu peka atau tidak dalam tumbuh kembang anak. Mereka tumbuh... tumbuh... dan tumbuh... .

Apa benar-benar tidak ada sama sekali hal positif yang saya transfer kepada anak-anak? Tentu ada. Namun tidak dalam kesadaran penuh. Lho, kan kamu full time stay at home Mom? Iya betul. Namun ketika anugerah dan rahmat berupa sabar dan syukur belum peka saya rasakan, maka sampai saat itulah saya akan terus menjadi ibu yang panik dan tidak terencana (red: ga sadar-sadar).

Pelik memang menceritakan nya. Karena pasti akan multipersepsi. Saya disini hanya ingin berbagi proses panjang saya, dimana ternyata banyak hal yang selama ini saya skip. Bukan sekedar belajar tentang tumbuh kembang anak atau ilmu parenting endebla endeblo nya. Namun lebih kepada ilmu mengenal diri sendiri.

Sadar atau tidak, banyak hal yang belum saya kenali dari diri saya sendiri. Dan proses panjang berawal dari kehamilan sampai sekarang membuat saya semakin merasa digiring Allah menuju hal dimana ternyata bagian dari doa-doa saya. Semakin hari semakin banyak 'oh ini, oh itu ... oh ternyata ini tu ini, itu tu itu". Yang artinya baru saya ngeh padahal Allah udah kasih clue jauuuuuuuuuuuuuh hari, bahkan mungkin sesaat setelah saya berdoa. Misalkan doa ketika saya sangat sangat panik menghadapi tingkah anak-anak yang saya pandang belum komunikatif (doanya, ya Allah ... augerahkan hamba anak-anak yang komunikatif #lebihkuranggitu) padahal saya tau bahwa anak, usia berapapun itu bahkan ketika dalam kandungan pun sudah mengerti apa yang kita ucapkan (red: sudah komunikatif). Alhamdulillah sekarang doa itu diijabah bahwa anak-anak tumbuh komunikatif meski tetap ada koreksi efek dari tindakan tidak berilmu saya sebelumnya. :(

Ternyata mengahadapi manusia nyata yang ada dihadapan selama 24 jam tidak  semudah mengasuh adik ataupun ponakan yang hanya bertemu dan diasuh sesekali. Ibu-anak-ayah. Terlalu banyak ikatan didalamnya yang jika tidak diatur akan banyak simpul yang skak dan terbuhul mati membuat keruwetan sehingga berubahlah menjadi benang kusut.

Lalu bagaimana lesson plan bermula?
Dari cerita di atas lah LP bermula. Berfikir semakin hari benang terasa semakin kusut. Informasi yang dipelajari berasa sudah sangat-sangat banyak. Namun selalu mentok dalam realisasi. Ide juga sudah menumpuk, namun menyerah saat merasa sudah kalah. Ah ... lalu apa yang sebenarnya saya butuhkan? #\@&@_$:$*$£=;#?@¥+@!#*#

TUJUAN!!!!

Saya coba mengurutkan pertanyaan demi pertanyaan memgenai tujuan ini ... karena saya tau, hal yang paling berbahaya itu adalah niat. Kalo niat udah belok, mau niat ngebangun masjid bisa berubah ngebangun mall. Oke! Saya list urutkan dari yang terkini.

? kenapa saya butuh ide bermain sama anak-anak seperti halnya orang-orang
? Kenapa harus ide bermain, bukan yang lain
? Jika ada ide bermain, main seperti apa
? Yakin anak-anak butuh ide bermain
? Apa buat show off aja
? Atau buat kepentingan dokumentasi aja
? Jangan-jangan buat pencitraan
Pertanyaan semakin menukik dan menyudutkan diri saya sendiri ... hingga saya menyerah dan butuh diskusi. Alhamdulillah kesempatan diskusi datang dengan 2 orang. Pertama suami, kedua sahabat berbagi saya (no mention needed. Biar jadi amal jariyah orangnya :* )

Setelah diskusi, sedikit pencerahan. Namun tetap saja, eksekusi ada ditangan saya atas kuasa Allah. Dan hati pun menjerit ... ya Allah .... (berdoa pun dimulai).

Inilah yan dinamakan ... ikhtiar fisik berpadu doa untuk menjemput takdir terbaik dari Allah, menurut Allah. Bukan menurut saya. Dan proses paduan 3 hal ini sampai sekarang masih berlangsung, sehingga tulisan ini dibuat saya masih dalam proses. Karena hasil, nanti, di akhirat, disaat tapak-tapak kaki mungil anak-anak berubah membaur bersama kami (saya dan suami) aaamiiin... sehidup sesurga ceritanya ...

Antara ikhtiar, doa, dan takdir
Udah kaya judul pilem aje yeeee ... hehehehe ...
Untuk menjemput takdir terbaik itu, saya akhirnya merangkum apa-apa saja materi yang saya butuh. Saya menyebutnya berbasis tujuan.

? Tujuan rangkum materi. Ya untuk belajar
? Tujuan belajar. Ya untuk ikhtiar
? Tujuan ikhtiar. Ya untuk jemput takdir terbaik
? Takdir seperti apa. Dianugerahkan sehidup sesurga sekeluarga
? Cara sehidup sesurga. Ya jaga amanah Allah dengan baik kolaborasi sama pasangan
? Cara jaga amanah Allah. Ya asuhlah sesuai fitrahnya
? Fitrah apa aja. (Jawabannya 5 fitrah anak by Ibu Septy)
? Trus kalo udah sesuai fitrahnya.

Jleb! Saya mentok. Saya sampe udah nempel-nempel beberapa materi dan kata-kata yang saya rasa perlu sebagai cara sublimasi diri #hehehe. Namun masih belum optimal. Saya butuh hal yang lebih.

Ca baca ... kum rangkum ... sesekali males dan si diskusi. Dan diskusi tetap sama orang yang sama. Kalo suami sih udah biasa direpotkan dengan pikiran saya yang kompleks dan njelimet. Kalo teman saya ini, duuuuh terimakasih banget sobaaaaaat ... banyak jalan inspirasi yang dirimu hadirkan ... semoga berkah dan jadi amalan jariyah ya fren. Dan panjang ya ternyata perjalanan bikin LP doank #lol

Berkat kuasa Allah... saya digiring olehNya untuk membuka laman grup FB keluarga nya bu Elly Risman. Jreng jreng jreng. Saya ga baca karena nyecroll artikel nya nyambi masak. Seperti biasa, artikel bagus saya inbox ke suami karena saya FB an dengan gadget yang berbeda dari gadget WA, Line dkk (bukan karena banyak gadget, tapi untuk meminimalisir kecanduan FB :P ). Dan artikel-artikel itu suami yang baca awalnya. Atas izin Allah tumbenannya kami diskusi soal parenting. Share lah suami tentang apa yang dibacanya, singkat cerita, darisini lah akhirnya saya getol lagi baca-baca dan merangkum teori-teori hanya sekedar merumuskan kurikulum yang kami sekeluarga butuhkan. Yups! SEKELUARGA. Bukan anak-anak saja ... hehehe ...

Rakitan kurikulum udah ada ... tapi otak saya ga nyampe buat nyambung-nyambungin nya kalo ga ada manual instruction... hehehe ... ya Allah ya rabbi ... berasa dapet air di padang sahara, sobat saya tadi posting kurikulum anaknya doooooonk. Simple. Dan to the point! Dan yang pasti saya butuh. Jadilah saya minta jepretin. Mulailah saya racik padanan hasil ikhtiar ini menjadi sebuah catatan kecil yang anggap saja nama nya kurikulum (dan sampe sekarang masih dimatangkan terus karena kalo nunggu kurikulum matang standar pemerintah ... anak-anak keburu gede :P ) ... Lahirlah buku REKAM JEJAK: Enjoy The Little Things.

Satu minggu alias 6 hari menjalankan nya ... jatuh bangun dan berat. Diimbangi dengan proyek menulis 1 hari 1 tulisan sebagai sampah emosi cukup membantu saya untuk bangkit ketika jatuh dalam lelah. 2 bulan put! Kata sobat saya itu. Cukup 2 bulan kamu konsisten, in sya Allah. Akan mengalir lebih deras untuk bulan berikutnya (red: ide kreatifitas bermain). Dan setelah 1 tahun mulai akan kerasa hasilnya (disini hasilnya maksudnya, dampak positif ya. Anak-anak akan free screen total dan ketagihan akut dengan bermain kreatif berbasis tujuan ini).

In sya Allah. Toh jika pun tidak mengambil konsekuensi 2 bulan konsisten ini akan ada konsekuensi logis di depan sana yang siap menanti. Karena sesungguhnya anak adalah amanah, bersamanya ada kesenangan, dan bersama nya ada ujian. Semoga langkah-langkah kita dimudahkan oleh Allah dalam ikhtiar menjemput takdir terbaik dariNya. Mohon sempurnakan dengan doa untuk ku para pembaca semua. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Nb: saya sangat senang diskusi, jadi feel free untuk diskusi via japri japro japru ya ... alias bebas via mana aja ... hehehe ...

Columbus, 7 Januari 2017

Konsisten Itu ...

Sabtu, 07 Januari 2017

Pagi ini anak-anak drama. Saat lagi sarapan, dimana saya dan suami belum beres sarapan tapi mereka udah ngacir ninggalin piring mereka yang cuma dimakan lauk nya aja, Ziad senyam senyum sambil megang HP saya yang udah tinggal 11% baterenya. Biasanya kalo batere mau habis ya saya biarkan. Tapi karena caranya Ziad ga minta izin (padahal biasanya bilang meskipun konteksnya ga izin sih, cuma ngasih tau) untuk mengakses Yuo Tube Kids, HP saya ambil paksa secepat kilat. Sontak mereka nangis kejer (maafkan cara umi yang salah ... mood ga baik dari awal bangun tidur #hiks).

#Screen lock ga berfungsi gara-gara saya iseng nyobain smart screen lock yang kalo di rumah jadinya screen lock nya jadi ga aktif. Udah cari-cari cara reset nya, ga nemu-nemu (alhamdulillah sekarang udah screen lock lagi).

Belum 1 bulan bahkan belum 1 minggu saya mencoba untuk konsisten dan komit dalam menghadirkan aktivitas positif berbasis tujuan ke anak-anak. Cobaan nya ya Allah.... Ya rasa kantuk, ya sakit kepala, jadwal tidur anak-anak jadi menyesuikan lagi karena 3 hari berturut-turut kita aktivitas outdoor, (saya merasa ini perencanaan yang kurang pas), belum lagi peralihan pengurangan jadwal screen time yang bablas beberapa kali membuat mood anak-anak jelek, ditambah pekerjaan rumah dimana saya belum bisa bersabar melihat tumpukan pekerjaan ini. Rasanya pengen teriaaaaaaaaaaaaak. Dan semua ini cukup mempengaruhi mood dalam mengasuh anak-anak. #hiks (sebelum melaksanakan lesson plan kami sudah mengeksekusi aktivitas positif sebagai pengisi waktu liburan. Jadi ini tu bisa dikatakan adjustment lagi ... baik untuk saya, suami dan anak-anak.)

Perencanaan hari kemaren dimana salah satu aktivitasnya adalah ke laundry tidak terlaksana. Karena salju turun lumayan membuat suhu dingin ditambah aktivitas di grocery cukup memakan waktu lama. Sehingga sepulang dari grocery saya kecapean dan hanya bisa menemani anak-anak screen time 40 menit dari 2 jam jadwal yang diberi. Jadwal tidur saya juga kacau plus makan ga berselera membuat fisik jadi drop. Intinya mempengaruhi mood ++.

Pengurangan jadwal menonton saya lakukan perlahan mengingat saya juga memiliki keterbatasan dalam mendampingi anak-anak selama beraktivitas. Memasak, beres-beres rumah dan mandi (untuk saya sendiri) tidak melulu bisa dibarengi dengan aktivitas anak-anak. Karena adakalanya saya memasak namun mereka rewel ingin bermain. Atau ketika rumah sudah menjelma menjadi kapal pecah mereka ngadat untuk bantu clean up (untuk clean up mereka saling mempengaruhi satu sama lain. Jika yang 1 lagi rajin, yang rajin bisa jadi ikutan ngadat saat tahu saudaranya ga ikut clean up #huft) disinilah saya menyajikan screen time untuk mereka. Dan tentunya tanpa dampingan karena screen time means free time buat saya dari anak-anak.

Seusia anak-anak ... memang usia kompleks. Dimana tingkah laku dan perkembangan mereka terjadi dalam kompleksitas yang luar biasa. Tidak bisa digeneralisir pencapaian apalagi masalahnya. Semua saling terkait, baik antara diri anak itu sendiri dengan lingkungannya, ataupun antara karakter personal bawaan mereka sendiri dengan orang lain diluar mereka. Ah .., ngomong apalah saya ini. Yang pasti ... intinya. Saat menjalankan lesson plan, selain berdamai dengan rumah yang ubnormal, juga harus berdamai dengan proses menjalani aktivitasnya. Karena sangat banyak kejutan di dalamnya, jika tidak siap menghadapi kejutannya, taruhannya emosi jadi terombang ambing. Seperti kejadian hari ini. Dimana saya sangat sulit mengatur mood untuk kembali beraktivitas normal (efek sakit kepala parah juga sepertinya).

Allah akan selalu menghargai ikhtiarmu ... soalan hasil urusan takdir. Berdoa yang terbaik sebagai penghubung ikhtiar dengan takdir baik. Ya Allah ... anugerahkan hamba kesabaran yang berlipat-lipat ... aamin.

Columbus, 6 Januari 2017

I have No Idea

Jumat, 06 Januari 2017

Hari ini cukup melelahkan. Setelah melewati jadwal tidur yang kacau dan aktivitas seharian dengan anak-anak membuat saya tidak sempat berfikir apa-apa tentang ide menulis. Jadilah judulnya I have no idea 😆😆😆

Demi menjaga komitmen ... apapun itu harus menulis. Maka maafkan jika ada yang terjebak masuk dalam tulisan ini dan kemudian membaca nya.

Oh ya ... untuk informasi aja ... ini hari ke empat saya pake lesson plan dalam beraktivitas dengan anak-anak. Doakan konsisten ya. Kenapa sih harus pake lesson plan? Karena untuk menjaga konsistensi saya dalam mengasuh anak-anak sesuai track nya. Dan bonusnya ... catatan saya di buku rekam jejak diharapkan bisa jadi buku yang dibaca sama anak-anak saat mereka nanti udah bisa baca. Karena salah satu impian saya dalam keluarga... menciptakan pola komunikasi sehat dan harmonis dengan asas saling terbuka dan percaya. Hehehe... 😇😇😇

Kurang minum ... tidur ngaclok ... dan cuaca dingin berhasil membuat kepala terasa berat dan badan linu. Maafkan ... #entahsiapayangbakalbaca 😂😂😂

Columbus, 5 Januari 2017


Free Screen

Kamis, 05 Januari 2017

Seharian main full sama anak-anak ke pusat sains disini. Memang dari awal kita niat nguber semua spot nya sebelum memasuki spot favorit anak-anak 'KIDSPACE' namanya. Ternyata karena ini kali kedua kita ke sini, anak-anak hafal dimana posisi KIDSPACE. hehehe. Jadilah cuma bisa nguber hal-hal kecil di lantai 1 sama sedikit wahana di lantai 2.

Dalam merancang lesson plan untuk kegiatan hari ini, salah satu tujuan utama aktivitas hari ini adalah menumbuhkan kreatifitas orang tua (yups! Orang tua ya. Da kalo anak mah asal lrang tua nya kreatif anak bakal lebih-lebih lagi kreatifnya) dalam menciptakan ide bermain untuk anak agar anak bebas gadget atau dikenal juga dengan istilah 'Freen Screen'. Artinya, aktivitas diciptakan agar anak-anak lebih tertarik dalam eksplorasi, observasi dan interaksi dengan real objek ketimbang screen objek (istilah sendiri yang ini mah). Jadilah ketika saya nulis lesson plan saya bertekad untuk tidak pegang HP bahkan sekedar untuk mengabadikan momen. Trus suami heran kan. Pas tau alasannya, "sini Abi aja yang ambil foto-fotonya" #nyengirdahsaya.

Pekerjaan rumah paling menantang buat saya memang gadget. Meski anak-anak ga pernah komplain ketika saya pegang HP apalagi kalo buat foto-foto, tapi ada yang mengganjal di hati dan pikiran ini jika saya aktivitas sama anak-anak dan sambil pegang gadget. Apa itu? Tidak fokus!

Ketidak fokusan ini bisa berefek buruk pada pencapaian tujuan utama dalam pengasuhan anak. Misal. Ketika di pusat sains, ada momen bagus untuk dijepret di salah satu atraksi. Tapi ternyata anak-anak cuma betah sebentar memainkan atraksi nya. Untuk kepentingan dokumentasi yang tidak berhasil di ambil candid, akhirnya anak-anak diminta untuk redo. Begitu seterusnya. Tanpa komplain dan tanpa pemaksaan (kalo mereka ga mau biasa nya saya cuma "yaaaah ga dapet deh fotonya"). Namun ternyata fokus gagal seperti ini membuat saya tidak peka terhadap pemerolehan informasi anak-anak terhadap setiap interaksi yang mereka ciptakan dengan benda-benda. Saya kemudian suka lupa apa saja hal baru yang mungkin berhasil mereka observasi yang kemudian bisa saya jadikan bahan story telling sekedar mereview experience mereka. Alhasil. Anak-anak kurang terstimulus dalam penamaan hal baru dan penamaan aktivitas baru. Dan terjadilah pembelokan tujuan pengasuhan >> dari merangsang anak rasa ingin tahu anak menjadi memotivasi anak melakukan apa yang orang tua minta (berpose sekedar untuk kepentingan dokumentasi #redpencitraan).

Jadi, yang perlu free screen itu ya saya, bukan anak-anak. Yang butuh di off gadget nya itu ya saya, bukan anak-anak. Karena ternyata dalam menonton pun mereka banyak menemukan hal baru yang bisa dijadikan ide bermain andai saya mau mendampingi mereka selama gadget time. Bukan malah gadgetan juga dengan alasan me time.

Segala sesuatu jika berbasis tujuan, maka in sya Allah akan lebih jelas dan terarah. Andai saya tidak mendobrak kemalasan dengan menseriusi kurikulum anak-anak meski dibuat dengan terseok-seo, mungkin saya tidak akan pernah mau sadar tentang apa yang kurang tepat selama proses pengasuhan.

Tidak ada kata terlambat seperti tulisan saya di awal tahun ini. Yang terpenting semangat evaluasi dan resolusi harus terus dipupuk. Salah satunya dengan memperluas silaturahim dengan orang-orang inspiratif penuh semangat perubahan.

Columbus, 4 Januari 2017

Redefinisi Full Time Mother

Rabu, 04 Januari 2017

Di tahun 2017 ini tampaknya akan jadi tahun renungan buat saya. Betapa saya terlalu lama lengah dalam kata-kata yang tersimpan melalui makna dalam ayat-ayatNya.

Kembali membuat definisi bukan tentang hal yang diperdebatkan. Full time mom VS working mom. Bukan! Saya hanya tergelitik dengan komentar suami yang mencoba meredefinisi makna full time mom. Apakah full time mom hanya milik stay at home mom? Jangan-jangan stay at home mom malah ga jadi full time mom. Karena banyak kerjaan sampingan mungkin yang dilakonin stay at home mom seperti gadget mom, rumpi mom dan moms yang lain yang bukan peran seorang Mom. Jleb!

Masing-masing peran apakah ibu bekerja di luar rumah atau pun ibu di rumah saja (karena semua ibu adalah ibu rumah tangga) tentunya memiliki tantangan tersendiri. Yang jadi masalah adalah, kesadaran masing-masing kita terhadap tantangan kita sendiri kaitannya dengan pengasuhan. Bahwa pengasuhan, sukses tidaknya tidak ada korelasinya dengan status pekerjaan si ibu. Namun sangat berkorelasi dengan perhatian si ibu. Apapun pekerjaan ibu, bagi saya ketika ibu telah mencurahkan segenap energi positifnya dalam pengasuhan anak, apapun profesinya, maka sudah cukuplah itu sebagai penanda bahwa ibu tersebut adalah full time mom.

Saya hanya belajar memahami sesuatu dari esensi nya. Bahwa hidup esensinya adalah untuk mencapai tujuan penciptaan. Sehingga dalam menjalaninya pun kita harus mampu memahami esensi dari segenap istilah yang diciptakan manusia. Sehingga tidak ada pendikotomian yang sering dibumbui merasa benar nya kita dengan peran dan posisi kita.

Ah jalanan ini masih panjang. Dengan segenap keterbatasan ... izinkan saya menyampaikan apresiasi bagi seluruh ibu ... termasuk mama saya ... profesi tidak lantas membuat kita menjadi ibu 'cacat' ataupun 'sempurna'. Semua hanyalah perihal cara. Cara kita mengambil peran sesuai dengan titah Sang Maha Kuasa.

Columbus, 3 Januari 2017