MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Campus Orientation

Kamis, 28 Juli 2016

Jalan-jalan ke OSU (Ohio State University) sama halnya kita jalan-jalan mengitari kota Colombus. Karena memang kampus ini nyaris mengisi separo kota Colombus, ibukota negara bagian Ohio, Amerika Serikat.

Pagi itu di tengah cuaca yang masih bersahabat, saya sekeluarga beranjak dari kenyamanan apartemen untuk mengitari kampus. Kami memilih menggunakan fasilitas bus kampus. Berangkat dari apartemen menuju halte berjalan kaki. Anak-anak di dorong menggunakan stroller. Menunggu sekitar 15 menit bus pun datang.

Sebagai warga baru, saya nyinyir bertanya kepada suami tentang apa hal yang tabu dilakukan disini dan apa hal yang sebaiknya kita lakukan. Perjalanan ke kampus pun berasa orientasi kampus. Menariknya, bus kampus sudah dilengkapi dengan mesin yang akan memperkenalkan setiap gedung yang dilewati bus kampus. Sehingga saya hanya akan bertanya arti dari gedung tersebut dimana suami pun belum mengenal keseluruhannya. Tampaknya butuh explore lebih dan mendalam agar bisa memperkenalkan nya lebih detail kepada pembaca.

Kesan pertama yang saya dapati saat berkeliling kampus adalah benar, saat ini saya berada di Amerika. Negara dimana gambaran keseharian dan gedung-gedungnya hanya bisa saya liat melalui film hollywood sekarang berwujud asli di depan mata. Tidak bisa lagi mengelak atau beralibi, ah Amerika ga ada bedanya dengan Indonesia. Karena Amerika yang saya kunjungi ini memang benar-benar berbeda dari Indonesia. Apalagi kota besar skala New York, DC dan Los Angeles ya????

Ya, kota saya tinggal bukanlah kota metropolitan. Apalagi lokasi kampus bukanlah di pusat kota  melainkan di pinggirannya. Namun tetap saja, kecanggihan hidup tidak dapat dielakan disini. Meski saya belum menemukan mall menjulang tinggi disini, tapi saya merasakan keteraturan hidup melebihi tingginya kelas sosial yang disajikan mall mall di Indonesia. Yang saya rasakan tidak ada kepongahan dalam sarana publik nya. Yang ada hanyalah arahan agar setiap individu memiliki disiplin dan keteraturan. Perasaan yang saya rasakan ini sebenarnya mulai terasa di kota Bandung setelah dipandu kang Emil. Ada perasaan 'dipaksa' disiplin dan teratur. Semoga saja Indonesia terus mengadopsi nilai-nila positif bangsa barat ini.

Hmmmm ... ini tulisan awalan tentang OSU. Kampus 90 besar terbaik dunia dan 20 besar terbaik di Amerika. Kampus dengan nilai sejarah tinggi yang banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan ternama. Yah, saya harus terus explore. Karena kesempatan ini tak datang 2 kali ... semoga saya fokus. Hehehe

Colombus, 28 Juli 2016

Saat kondisi masih jetlag, 4 tulisan singkat selesai sebagai draft. Dan ini tulisan terakhir untuk hari ini. Semoga foto-fotonya segera terlengkapi sehingga bisa di publish. Aamiin...

Teman Baru

Memasuki hari ke 5 disini, akhirnya saya dan anak-anak memiliki kenalan baru. Tadinya saya nyaris hopeless. Ah sudahlah, jangan ngarep dapetin tetangga baik. Dapet tetangga yang ga rese aja udah syukur. Eh ga tau nya kalo pasrah sama Allah dikasih hal lebih ya ...

Nama tetangga baru kami itu Hana, Mahasiswwa S2 jurusan Kimia asli Ohio. Dia memiliki 2 orang anak.1 anak perempuan cantik umur nya 7 tahun bernama Sojo dan 1 nya lagi lelaki kecil super duper cakep berumur 3 tahun (awal Agustus ini) bernama Arlan. Saya lupa menanyakan nama suami nya. Yang pasti mereka warga US asli Ohio yang sangat ramah dan mau direpotkan dengan kenyinyiran saya bertanya berbekal keterbatasan bahasa inggris #nyengir

Perkenalan kami berawal hari Selasa. Sore itu, saat kami pulang jalan-jalan dari kampus, Hana yang sedang berjalan sore dengan Zowey anjingnya, menghampiri saya. Dia memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa dia memelihara anjing dan meminta maaf jika suara anjingnya mengganggu saya sekeluarga. Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang, perkenalan singkat itu terputus karena anak-anak saya mulai rewel.

Keesokan paginya, sepulang kami dari playground BV (Buckeye Village), Sojo dan Arlan keluar dan terlihat sangat ingin bermain dengan kami. Perkenalan pertama mereka memang agak sedikit buruk karena anak-anak masih merasa asing dengan Sojo dan Arlan terutama soal bahasa. Namun lambat laun, daya adaptasi khas anak-anak mampu mencairkan suasana dan akhirnya mereka bermain bersama.

Sojo sangat antusias dengan keberadaan kami. Banyak hal yang dia jelaskan kepada saya. Sesekali ketika saya tidak mengerti dengan apa yang dia sampaikan, dia menanyakannya kepada Hana. Arlan pun tidak jauh berbeda. Penuh cerita khas anak laki-laki yang selalu ingin pamer kebolehannya sebagai super hero .. hehehe

Menurut saya ini perkenalan pertama yang cukup berkesan. Semoga kami bisa bertetangga dengan baik dan paling tidak saya punya teman ngobrol tanpa diawasi orang Indonesia. Hahaha .., karena jujur saja, berdialog menggunakan bahasa Inggris di depan orang Indonesia apalagi yang sudah fasih bahasa Inggrisnya membuat saya ciut juga ... hehehe

Colombus, 28 Juli 2016

Buckeye Village

Buckeye Village (BV) adalah nama dari tempat kami tinggal saat ini. Apartemen (jangan bayangkan apartemen di Indonesia dengan bangunan menjulang ke atas ya ... kalo di Indonesia mungkin sejenis asrama kampus, bedanya asrama yang ini kalo di bawa ke Indo bakal jadi rumah mewah deh...hehehe #norak) dengan berbagai macam fasilitas. Apartemen dengan kelengkapan dapur yang keren. Apartemen dengan standar kamar mandi kaya hotel. Bagi saya semua fasilitas ini terlalu mewah. Tapi ya wajar saja, harga sewa rumah disini juga memang mewah. Nyaris separo dari uang beasiswa abis untuk sewa rumah per bulan. Namun memang standar nya seperti ini, ya harus dilewati, tinggal diatur post pengeluaran lain biar ga tekor. (Setau saya tidak hanya di US, di Belanda pun uang sewa rumah akan merogoh separoh uang beasiswa perbulanmu, standar LPDP ya ... )

Nah apa sih Buckeye itu? Buckeye (red. Bakai) village sejenis istilah atau julukan untuk perumahan kampus. Seperti halnya Bandung, mendapat julukan kota kembang. Nah, perumahan kampus ini dapat julukan kampung buckeye. Buckeye sendiri merupakan salah satu dari nama jenis perkecambahan yang banyak tumbuh di daerah ini.

Dalam kawasan Student Family Housing of OSU ini, terdapat beberapa fasilitas seperti playground atau taman bermain anak-anak, Community Center dimana disana juga terdapat mesin cuci lengkap sebagai fasilitas Laundry mahasiswa. Selain itu juga terdapat lapangan basket dan yang pasti terpampang luas taman yang boleh digunakan oleh penghuni BV yang dilengkapi bangku taman di beberapa spot.

Setiap rumah di BV sudah terstandar. Dengan kelengkapan alat pemanas dan pendingin ruangan, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur dengan fasilitas kompor listrik, oven dan kulkas besar. Di masing-masing kamar disediakan gantungan baju dan loker kecil di atasnya. Kami sekeluarga ditempatkan di rumah dengan 2 lantai. Namun bagi keluarga yang belum memiliki anak, biasanya akan ditempatkan di rumah dengan 1 lantai (bisa lantai atas atau bawah saja).

Setiap blok di BV dilengkapi dengan lapangan parkir cukup luas. 1 rumah bisa 2 mobil, hehehe. Dan di pojokan jalan, terdapat bak sampah seperti miniatur rumah yang rutin diangkut truk sampah setiap paginya. Jangan bayangkan sampahnya diambil konvensional kaya di indo ya. Karena sampah disini di ambil menggunakan mobil sampah khusus cukup dengan 1 tenaga manusia sebagai pengemudi dan pengendali alat pemungut tempat sampah dimana tempat sampahnya sendiri memiliko tinggi yang melebihi tinggi saya.

itu sekilas tentang tempat tinggal kami. Tempat tinggal yang suasananya cenderung sepi karena masih musim liburan summer. Semoga banyak hal baru yang bisa saya petik untuk berbagi.

Cerita Ke US bersama Qatar Airways

Rabu, 27 Juli 2016

Terbang ke Amerika ga cuma pake pesawat Qatar aja sih. Maskapai apanya tergantung rute mana yang kita pilih dan mau berapa kali transit. Ada American Airlines, Catay Airlines, Japan Airlines, Delta, dan masih banyak lagi. Rute pun ada yang melewati jalur timur ada juga yang melewati jalur barat. Ke arah timur maka kita bisa bersinggah di Jepang atau Hongkong. Sedangkan lewat arah barat bisa transit di Doha, Qatar. Silahkan saja pilih sesuai keinginan dan pastinya harus sesuai kantong :P

Saya pribadi sih pilih Qatar Airways karena emang suami yang pilihin. Hehehe.. katanya di Qatar Airways ini semua menu yang disajikan selama perjalanan dijamin kehalalannya. Eh bener aja, saat saya menerima daftar menu dari salah seorang pramugarinya, terdapat tulisan "All foods are based on Islamic principles" (gitu tulisannya kan?)

Berawal dari terminal 2D bandara Soekarno Hatta, semua bermula (aseeeek). Suasana masih kental Indonesianya dengan sambutan dari petugas maskapai Qatar yang masih orang Indonesia. Sesampai di pintu pesawat, saya tiba-tiba merasa memasuki dunia baru dengan senyuman dan sapaan dari awak kabin dimana wajah mereka tak lagi wajah Indonesia. Pelayanan full English. Dan saat berkesempatan mengedar pandangan ke seluruh penumpang pesawat, saya baru mulai menyadari bahwa saya tengah bersama orang-orang dari berbagai penjuru dunia. Takjub sekaligus gemetaran. Karena ini pengalaman ternorak pertama saya terbang barengan orang-orang dari berbagai bangsa dan suku. Oh ya Allah ... Maha Kaya nya Engkau bisa hamba rasakan saat itu. Ayat tentang penciptaan kita yang berbangsa dan bersuku dengan perbedaan warna kulit dan sebagainya saat itu terpampang nyata. Selama ini kan hanya berupa informasi semata yang saya peroleh dari pelajaran Geografi. Kalaupun bertemu warga negara asing, ga pernah yang sekumplit ini. Mulai dari bermata sipit sampe bermata belo. Berkulit hitam legam, sawo matang, putih lansat sampe putih ala-ala bule di pilem-pilem hollywood. Dari yang berambut gimbal sampe yang ga berambut (eh suami eike donks), pokonya komplit. Dan uniknya, perjalanan panjang di pesawat ini memiliki ruang publik untuk berinteraksi sosial, yaitu di depan pintu toilet :P

Pesawat Qatar yang kami naiki jenis Airbus. Terdapat 3 row kursi dengan 2 lorong pemisah dan memiliki jumlah susunan kursi 3 - 4 - 3 (beberapa kursi di bagian tengahnya berjumlah 3). Toilet berjumlah sekitar 6 buah. 3 di bagian tengah dan 3 di bagian belakang. Saya kurang tau pasti apakah toilet hanya untuk kelas ekonomi atau gabung dengan kelas bisnis ... soalnya pas pramugari menjelaskan saya nya cengo dan gagal fokus ke awak kabin ganteng #eh

Kata suami, Qatar Airways lebih lega dibanding American Airlines. Selain itu pramugari atau awak kabin nya juga lebih ramah dan komunikatif. Oh ya, pesawat ke Doha dan ke Philadelphia sepertinya ada sedikit perbedaan tapi ga significant sih. Yang saya perhatikan cuma bagian penopang kaki nya aja. Pesawat ke Doha terasa lebih dugdeg buat saya karena memiliki penopang kaki. Sehingga agak menyulitkan saya yang lebih suka selonjoran ... hehehe. Perbedaan lain yang terperhatikan, remote control pesawat Qatar menuju Doha lebih easy to use ketimbang yang ke Philadelphia.  Tapi ya perbedaan ini tentunya ga penting sih buat orang yang ga ribet kaya saya ... heu

Alhamdulillah perjalanan kami tergolong lancar. Mulai dari Jakarta ke Doha dengan waktu tempuh 8 jam, kemudian lanjut dari Doha ke Philadelphia selama 11 jam.  Hanya saja untuk posisi tidur, saya sangat kasian melihat anak-anak tidur agak risih karena tidak kunjung menemukan posisi wenak mereka. Zaid sampe tidur nonggeng dengan kaki menapak ke lantai dan badan rebah ke kursi. Saya sendiri sempet tidur gaya putri duyung yang lagi nekuk kakinya. Ah pokonya ga kebayang deh kalo saya berangkat dalam kondisi hamil, bakal kaku dan kram kayanya perut #huft

Oh ya, untuk makanan, meski makanan di pesawat ini halal food semua, tetap aja ya, bagi yang bawa anak siapkan saja makanan favorit anak-anaknya. Mulai dari makanan besar sampe ke cemilan. Saya pribadi ngebekel makanan kaya mau piknik khas orang Indonesia. Menu makanan yang saya bawa berikut dengan jumlahnya:
* 6 bungkus nasi putih
* 5 potong paha ayam goreng
* 1 porsi telor dadar Padang favorit anak-anak
* 2 misting full Spaghetti carbonara homemade #donks
* 1 bungkus roma malkist seaweeds
* beberapa potong brownies panggang

Untuk susu dan minuman lain saya berharap pada menu maskapai. Namun sayang, anak-anak saya ga minat satu pun minuman dari maskapai melainkan cuma satu, TEH. Maklum anak sunda. Hehehe...

Saran saya sih, siapkan makanan anak-anak selama perjalanan. Misal seperti saya, kami akan menghabiskan 26 jam lebih perjalanan. Lebih kurang ada 4 kali waktu makan yang akan kami lakukan selama di pesawat (3 kali makan doank sih, tapi karena perbedaan waktu dannbiasanya di perjalanan perut laparnya ga tentu, jadi saya bawa untuk porsi 6 kali makan, mending berlebih daripada kurang #heu)

Kenapa ga kasih makanan yang disediakan maskapai aja buat anak-anak? Karena anak-anak saya berselera Padang campur Sunda dimana makanan itu semua ga ada di daftar menu Qatar Airways ... hehehe...

Bagi lidah yang sudah berdamai dengan makanan-makanan western yang cenderung flat, makanan Qatar saya kasih 2 jempol. Bagi saya pribadi sih masih berterima di lidah dan tergolong enak. Sepanjang perjalanan baik ke Doha ataupun Philadelphia yang mengisi 3 menu utama pastilah ayam, daging dan ikan. Perbedaannya hanya terdapat pada pendampingnya. Ada yang ditemeni kentang bejek alias mashed potato, ada yang sama telor dadar gitu (ga tau nama kerennya, omelets kali yaks). Untuk makanan pembukanya berkisar antara Salad sayur dan buah. Dan makanan penutup berkisar antara kueh-kuehan dan makanan aneh yang saya ga kenal dan ga mau nyicip karena baunya ga enak. Suka ga suka, kita cuma bisa milih main course nya doank, karena dessert sama appetizer nya sudah ditentukan sama pihak maskapai.

Hmmmm, apalagi ya .... oh ya barang bawaan. Apa aja sih yang perlu dibawa ke kabin. Apa aja yang ga dibolehin sama saya bawa apa aja (ini penting untuk diketahui nih :P )

Sebelum melakukan perpackingan. Saya (suami sih) memastikan terlebih dahulu beberapa hal, diantaranya:
* berapa koper atau barang maksimal untuk 1 orang penumpang
Untuk Qatar Airways sendiri, 1 orang memiliki jatah 2 koper (termasuk anak-anak). Sedangkan barang carrying on atau barang yang masuk kabin masing-masing diberi jatah 2 barang.
* berat maksimal 1 koper atau barang berapa kilo
1 koper yang ke bagasi maksimal berat 23 kilo. Sedangkan barang yang masuk kabin berat maksimal 7 kilo. Tidak berlaku akumulasi ya.
* benda-benda terlarang yang tidak diizinkan masuk ke kabin
Cairan tidak boleh melebihi 100 ml per botol nya. Kalau kamu bawa beberapa benda cair, misal mau bawa perminyakan anak-anak, minyak kayu putih, minyak telon, minyak tawon sama minyak bubut, pastikan jumlahnya masing-masing ga melebihi 100ml. Kemudian masukan dalam satu wadah tertutup seperti tas plastik yang banyak dijual mamang-mamang di Gasibu #ehkatahuandehshopingdimana
Selain benda cair, makanan yang dibawa pun ada beberapa yang dilarang seperti dilarang membawa makanan-makanan yang mengandung liquid. Jadi kalo mau bawa rendang pastikan dulu rendangnya ga berminyak sama sekali. Hmmmm ... rendang telor kayanya deh yang mewakili.
Trus apalagi ya ... untuk lebih lanjut nya baca aja di aturan masing-masing maskapai ya. Karena suka beda-beda ... hehehe
* benda-benda terlarang yang tidak diizinkan masuk ke negara tujuan
Amerika kayanya termasuk negara yang bawel deh soal barang yang dibawa pendatang asing ke negara mereka. Eh tapi saya sendiri ga tau sih, Indonesia punya larangan yang sama ga ya? Kalau pun punya tampaknya perbedaan nya terdapat pada kedisiplinan dalam menerapkan aturan yaks.
Nah di Amerika, bawaan pendatang akan diperiksa dan dipereteli jika saat pemeriksaan menggunakan X-ray ada indikasi mencurigakan. Secara garis besar mereka melarang 4 poin: tanaman hidup, makanan olahan daging, biji-bijian, dan buah-buahan.
Di negara lain pastinya punya kebijakan yang berbeda ya, silahka ceki ceki pake mbah Google ... ;)

Kalo ada yan kepo barang bawaan saya, berikut listnya:
3 koper besar dengan berat maksimal >> berisi perbajuan dan diselipi beberapa barang titipan berupa obat-obatan dan makanan seperti sambel terasi ABC (jangan bilang sambel terasi ya ... ntar jadi masalah karena olahan hewan. Bilang aja sambel, ga akan ngerti mereka #ehbecanda). Selain baju, koper-koper ini berisi tas dan sepatu plus 1 speaker murrotal kesayangan. Perjaketan bawa semua. Hmmm ... udah sih itu aja.
1 dus besar dengan berat 18 kilo >> berisi barang yang sama sama koper. Berhubung koper udah ga ada lagi, jadi aja oake dus rokok yang dibungkus cantik pake kertas kado ... hehehe
1 koper carrying on >> isinya baju ganti lengkap dengan cangcuters nya ... perkaos kakian dan percilemekan anak-anak. Pampers sama mainan anak-anak.
1 ransel >> isinya dokumen, mulai dari passport, surat-suratan rekomendasi dari sponsor, pertiketan sama persurat keluarga asli dan terjemahan seperti KK dan buku nikah. Selain itu ransel berisi makanan piknik yang sudah saya list di atas.
2 handbag >> 1 saya dan 1 suami. Isinya dompet beserta kekayaan negara #eh. Dan dokumen-dokumen yang punya mobilitas tinggi. (Sebenernya ada 1 tas kecil lagi berisi gendongan. Tapi karena gendongan kadang kami simpen di koper, jadi berasa ga bawa tas kecil itu ... hehehe

Huft panjang juga nih tulisan. Sebagai penutup, pesan moral yang sangat kepake yang saya dapat dari beberapa orang teman dalam memulai perjalanan perantauan saya ini adalah:
* be your self but of course still adjust
* enjoy your 'looooooooong' holiday
* learn and explore more

Mungkin kita memang akan mengalami fase keterkejutan budaya, tapi semoga dengan kesadaran penuh akan menghadapi itu semua membuat kita lebih siap saat ada hal baru yang membuat kita ciut dan ngedrop, seperti di teriaki petugas imigrasi misalnya #pengalamanpribadi

Semoga tulisan ini sedikit membantu ya buat kamu yang akan melakukan perjalanan panjang. Have a nice trip and always smile to the strangers #cheeeeeeeeeers

Colombus (gaya euy sekarang, dulu Payakumbuh sekarang Colombus) #lol

28 Juli 2016 (ulang tahunnya si Sulis nih)

Bahasa Campur-campur

Tertarik menulis tentang kedodolan saya yang satu ini ketimbang menulis review perjalanan. Singkat kok, bagi yang pengen tau betapa dodolnya saya berinteraksi sosial disini, makasi udah mau baca ... hehehe

Ini perantauan saya yang kedua. Sebelumnya saya merantau dari negeri Minang ke negeri Sunda sekitar 10 tahun yang lalu. Masih Indonesia, tapi saya memiliki perbedaan bahasa daerah dimana bahasa tersebut digunakan oleh penduduk lokal kebanyakan dalam berinteraksi sosial.

Sebagai penduduk baru, saya tentunya mencoba memahami apa saja kata atau kalimat yang sering digunakan di negri Sunda ini. Sampai pada akhirnya saya bertransaksi dengan salah seorang pedagang donat di sekitar masjid SALMAN ITB.

"Punten neng, lungsuran na teu acan aya. Masih pagi keneh" kata si bapak kepada saya saat menerima uang pecahan 50 ribuan.

"Sabaraha ciek pak?" Balas saya dengan sangat cepatnya dan pastinya spontan.
Sekonyong-konyong si bapak pun terbengong-bengong dan saya pun langsung memperbaiki ucapan saya.

"Eh, maksud saya harganya sabarahaeun Pak!"

Saat itu, saya yang baru 2 bulan di Bandung cukup mengerti dengan apa yang disampaikan si bapak. Namun memang baru sedikit saja kata dari bahasa Sunda yang saya gunakan dalam keseharian. Salah satunya kata 'sabaraha' yang mirip denga kata dalam bahasa Minang 'bara' yang artinya sama-sama 'berapa'.

Sekarang, diperantauan yang kedua ini, saya kembali menghadapi hal yang nyaris serupa. Tapi saya tentunya tidak bisa mengkoreksi ucapan saya menggunakan bahasa Indonesia. Karena di perantauan kedua ini yang terjadi tidak hanya perbedaan bahasa yang ekstrim, tapi perbedaan di segala lini kehidupan, termasuk perbedaan tinggi badan #eh

Belumlah saya sampai di negeri Paman Sam ini, saya sudah mencampur bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Mulai dari saat berinteraksi dengan Pramugari, hingga percakapan kecil dengan tetangga baru saya di tempat tinggal kami yang baru.

"What do you want to eat for dinner Madam?"
Sambil berfikir saya pun spontan mengucapkan "Beef ajah!"

"Pardon?" Kata si pramugari agak cengo.
"Oh sorry, I mean this one", saya mencoba memperbaiki dengan menunjuk menu yang tersedia.

Itulah salah satu contoh shock language (keterkejutan bahasa) yang saya alami dan saya ingat. Keterkejutan ini tentunya memiliki latar belakang yang nyaris sama, yaitu keterbatasan kemampuan bahasa baru.

Di Sunda saya mampu mengerti dari nol hingga menjadi pelafal aktif sekitar 4 tahun. Itupun tidak dalam konteks pelafal aktif dengan Sunda halus. Dan saya berharap, di Amerika ini saya mampu menempa kemampuan bahasa Inggris saya yang masih terbatas menjadi lebih baik dari kemampuan bahasa Sunda. Karena saat merantau di Sunda saya masih memiliki bahasa pelarian, bahasa pemersatu, bahasa Indonesia. Namun di sini, di negara yang tak lagi Indonesia, saya tidak memiliki bahasa alternatif melainkan hanya bahasa Inggris.

Eits dah, serius amat ini tulisan. Intinya kalo mau tau saya ngomongnya disini gimana, ya masih pabaletot. Sudah! Jangan dibahas soal latar belakang pendidikan saya yang SARJANA PENDIDIKAN jurusan Pendidikan Bahasa Inggris! Cukup tau ajah ga semua mahasiswa English Department punya produksi bahasa inggris yang bagus :P

Banjir, Milad dan Lebaran

Minggu, 03 Juli 2016
Tidak ada kejadian yang sia-sia, termasuk banjir yang melanda kawasan rumah mertua saya. Sejak Rabu 29 Juni 2016 setelah nyaris sebulan bebas banjir, akhirnya banjir pun datang kembali. Saya tidak akan komen tentang penyebab banjir melainkan hanya satu: budaya membuang sampah. Ah saya hanya pendatang yang ga ngerti permasalahan akar dari awal mula banjir di daerah Baleendah ini. Tapi sekarang jujur saja saya terusik dan kesel sampe ke ubun-ubun karena selama 4 tahun mengenal daerah ini, intensitas banjir meningkat meski hanya diguyur hujan gerimis (kalo bahasa Sunda nya cuma ngeclak doank hujannya). Di otak saya muncul pertanyaan besar: "ADA APA INIH!!!!!"
Seminggu sebelum lebaran masyarakat sekitar harus deg-deg an menanti Lebaran. Apakah akan lebaranan banjir-banjiran atau bisa lebaranan dalam kondisi normal? Salutnya, banjir pertama terjadi tepat di malam ganjil ke 23 Ramadhan dan jamaah mesjid Al-azim tetap berdatangan di tengah malam untuk mengikuti program I'tikaf. Meski mereka harus menerjang banjir yang saat itu sudah mencapai betis orang dewasa, semangat mereka tampak lebih besar dari banjir yang menerjang. Ah Masya Allah ...
Alhamdulillah air pun surut tuntas pada pukul 10.00 keesokan harinya. Namun tentunya kami belum bisa menarik nafas lega, kenapa? Karena masih mendung dan perkiraan cuaca menyebutkan hujan akan datang kembali sekitar pukul 14.00. Benar saja, pukul 15.00 hujan ngeclak  kembali mengguyur rata di setiap daerah mulai dari Bandung sampai Majalaya. Artinya, kemungkinan besar banjir akan kembali datang. Tadaaaaaaaaaa... sekitar pukul 17.00 benar saja, air sudah menggenangi jalanan depan. Huft... sabar sabar ...
Alhamdulillah banjir nya ga lama dan ga sampe masuk rumah lagi. Paling ga suami sama mertua ga harus bersih-bersih rumah lagi. Jumatnya, mumpung kering kami memutuskan untuk menyelesaikan bebarapa urusan, mulai dari ke pasar sampai urus sesuatu ke bank. Maklum, tidak berapa lama lagi kami akan segera meninggalkan Indonesia. Masih banyak hal yang harus kami selesaikan, sementara banjir selalu membayangi dengan tingginya tingkat curah hujan hingga tanggal keberangkatan kami nanti. Hiks... nikmati nikmati nikmati ... :)
Keesokan harinya, tanpa diminta dan disadari namun sangat bisa ditebak, hujan yang mengguyur malam hari tadi pastinya akan mengundang banjir datang kembali. Teng tereeeeeeng ... bangun sahur yang kami lakukan pertama bukannya masak, tapi melongok ke ruang utama rumah lantai bawah. Hahaha... masuk lagi banjirnya dan sekarang lebih tinggi dari banjir hari Rabu. Kami hanya mampu tertawa sambil menikmati hidangan ayam goreng hangat sebagai santap sahur kami. Seusai Subuh, rencana demi rencana yang hendak di eksekusi hanya tinggal kenangan. Kami mendadak menjadi manusia gua yang tidak bisa kemana-mana. Teronggok di kasur sambil sesekali bercanda dan bercengkrama. Menonton dan kemudian kembali tertidur. Bangun-bangun banjir masih setia menggenangi jalanan depan sampai pagi kembali datang. Alhamdulillah paling tidak banjir tidak setia menggenangi rumah. Kasian mertua kalo genangan nya terlalu lama di rumah, lumpurnya bisa susah di bersihkan dari lantai rumah.
Meski banjir, saudara dari jauh tetap mulai berdatangan. Seolah tak takut akan banjir, karena mungkin bagi mereka momen silaturahim lebaran jauh lebih penting  dari rasa khawatir mereka terhadap banjir. Salah satu anggota keluarga yang ditunggu-tunggu kedatangannya adalah adik ipar saya alias adik suami satu-satunya. Tepat tengah hari ahad keluarga besar namun kecil di keluarga suami menjadi komplit kembali. Paling tidak, rasa khawatir akan banjir yang bisa menghalangi kedatangan adik ipar tak lagi menggelayuti pikiran mertua saya. Terlihat dari wajah bahagia mertua meski sore harinya banjir kembali datang. Mungkin di hati beliau berkata "yang penting anak-anak saya sudah kumpul semua".
Seperti kebiasaan yang sudah mengakar di setiap keluarga di Indonesia, lebaran tanpa makanan spesial tentulah menjadi hampa. Begitu pun di keluarga suami saya. Meski personil di keluarga ini tak lebih dari 10 jari (alias cuma mertua plus 2 anak nya, 1 mantu 2 cucu) tapi semangat membuat hidangan terbaik seolah tak bisa dihindari. "Bukan buat kita, tapi buat para tamu (notabenenya keluarga karena masyarakat di sini masih banyak yang terpaut hubungan darah) biar kita berbagi bahagia dan rejeki", begitu lebih kurang yang dibilang mertua saya (aslinya pake bahasa Sunda kental akut).
Ah mama ... sehabis subuh rela menerjang lumpur sisa banjir demi memenuhi kebutuhan sajian lebaran. "Opor ayam, sayur tulang, sambel goreng kentang dan udang sama sayur cabe". Wow .... takjub plus takjub. Belum lagi kueh. Mana sebelumnya juga masak kue-kue tradisional. Entah kenapa baru di tahun ke tiga lebaran ini saya menyadari perbedaan kebiasaan keluarga besar saya di Payakumbuh yang anti ribet dengan keluarga Bandung yan rela ribet dan repot. Berbagi hal terbaik di hari terbaik, itulah pelajaran yang saya dapat.
Keesokan harinya, setelah sidang itsbat memutuskan lebaran jatuh pada tanggal 6 (mertua saya donk ... nanya-nanyain terus "lebaran teh jadinya iraha?" Mau masak tapi khawatir masak kecepatan malah cepet basi. Ga masak khawatir lebaran besok. Aduh aduh...), artinya tanggal 5 Juli tepat dimana usia anak-anak 3 tahun kami menjalani shaum Ramadhan terakhir. Dan momen ini pun dijadikan sebagai momen kumpul keluarga mungil kami nan besar dengan bukan puasa bersama sembari tasyakur binni'mahnya anak-anak di sebuah rumah makan deket rumah, di traktir adik ipar. "Tau aja nih Om diky umi abi lagi bokek", celotehan anak-anak mungkin ya.. hehe.
Ah ... keluarga ini membuat saya merasa menjadi orang yang tak bersyukur. Mendadak inget emak babeh di kampung Payakumbuh. Alhamdulillah personil masih lengkap, tapi saya nya suka ngeyel dan bikin perang. Sedangkan keluarga suami, romantisnya ala-ala sinetron gitu meski personil minus bapak, aa dan si bungsu enog (alfatihah....).Aduh jadi melenceng nih tulisannya.
Yah begitulah ... di Ramadhan pekan ke 4 ini, banjir selalu setia membayangi kami. Bahkan sampai di malam terakhir dimana kalender hijriyah sudah berubah menjadi bulan syawal, hujan kembali turun dan kami pun pasrah. Banjir ga banjir tetap lah lebaran. Bedanya, kalo ga banjir shalat ied di lapangan (di jalan) kalo banjir shalat di masjid sambil melipat bawahan agar tak kotor terkena becek sisa banjir atau bahkan banjir.
Allahu akbar!
Allahu akbar!
Allahu akbar!
Lailahaillallahu wallahu akbar!
Walillahilham!
Masyarakat Baleendah permai masih diizinkan lebaranan tanpa banjir! Becek-becekan udah biasa. Tancap! Berangkat shalat! Dan lanjut sungkeman seusai shalat. Tentunya tak lupa mengicip santapan khas 'ketupat plus Opor ayam'. Silaturahim keliling dari rumah ke rumah termasuk ziarah kubur. Lumayan cape bajai karena malem takbiran begadang beres-beres rumah sisa peradaban banjir (suami ma adik ipar sih, saya mah urusan dapur dan percucian). Tapi meskipun cape semua jadi hilang lah ya ... karena anak-anak dapet angpau #eh
Lebaran lebaran ... saya pribadi agak sedih karena awal dan akhir Ramadhan dikasih cuti shaum. Aslinya jadi ada yang kurang. Tapi tetep aja, lebaran kali ini ingin sekali rasanya semua dioptimalkan, ya ibadahnya, ya silaturahimnya ... karena jarak sebentar lagi akan memisahkan. Hanya mampu bertatap via medsos ... ah .. Indonesia. Budaya mudik dan suasana khas lebaran akankah bisa dirasa nanti di tanah rantau? Semoga!
Siap-siap esok silaturahim ke Jakarta. Giliran lebaranan dengan keluarga Payakumbuh dengan cita rasa baru, Jakarta.
Bandung, 6 Juli 2016
Barakallahu fii umrik untuk Za dan Zi ... maafin umi di milad ke 3 kalian hari-hari agak sedikit tak bersahabat ... semoga susah senang bisa kita lewati dengan kesabaran dan kesyukuran ya ... bantu umi pliiiiiis ... :*