MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Persiapan Awal Sebelum Melakukan Sleep Training Pada Bayi Usia 3 Bulan

Jumat, 21 Desember 2018
Ada yang sudah akrab dengan istilah Sleep Training? Saya pribadi baru mendengar istilah ini setelah mejadi emak-emak. Saat kelahiran ZaZi saya tidak begitu ambil perhatian untuk hal ini. Karena perhatian saya sudah terkuras banyak soalan gimana caranya bisa ASI eksklusif buat si kembar ZaZi bisa tercapai.


Lalu kenapa sekarang saya fokus ngelatih tidurnya Zaynab?

Segala sesuatu pasti ada latar belakangnya ya ... Saya pribadi hanya termotivasi karena melihat (lebih tepatnya mendengar sih) tetangga saya disini (US) melakukan sleep training untuk anaknya. Ketika tau saya hamil, salah satu hal yang ingin saya praktekan ya sleep training ini 😁

Pasca melahirkan, motivasinya bertambah, yaitu agar Zaynab mandiri dan saya bisa melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Disclaimer
Saya sangat menyadari bahwa pengasuhan anak itu banyak mengundang kontroversi. Entah kontroversi dari sisi medisnya, kulturnya, atau keyakinannya. Saya hanya meyakini bahwa tidak ada hal baku dan kaku di dunia ini yang mana X lebih baik dari Y. Apalagi, hal tersebut terkait pilihan pengasuhan. Semua dikembalikan ke preferensi pribadi. Karena kita punya nurani 😉. Begitu juga terkait sleep training, ikutin kata hati aja ya 😊

Apa Itu Sleep Training
Sedikit membahas tentang sleep training berdasarkan definisi yang saya tangkap.

Sleep training itu katanya proses membantu seseorang untuk belajar bagaimana caranya biar bisa tidur dan tetap tertidur di saat jam tidur. Intinya belajar caranya buat tidur dan menjaga tidur kalo-kalo kebangun sehingga memiliki pola tidur yang baik.

Sleep training bisa dilakukan untuk segala usia ya. Nah berhubung Zaynab adalah bayi mungil yang berusia dibawah 3 bulan, jadi di tulisan ini saya akan berbagi tentang sleep training bayi usia 0-3m.

Apa Tujuan Dilakukannya Sleep Training pada bayi?
Pada bayi, sleep training dilakukan agar si bayi memiliki pola tidur mengingat bayi belum memiliki pola tidur seperti halnya manusia dewasa normal (maksudnya yang ga punya insomnia atau sindrom lainnya).

Bayi baru lahir hingga 6 bulan, normalnya memiliki jam tidur sekitar 16-17 jam (8-9 jam diwaktu siang dan 8 jam diwaktu malam). Tapi seringnya rentang waktu mereka tidur itu suka pendek. Sehingga terkadang kita suka sulit menentukan kapan jam tidur mereka atau apa ciri-ciri bayi mengantuk karena tidur mereka yang belum keliatan polanya.

Kenapa sih bayi cepet kebangun?
Karena katanya, bayi memiliki dimensi bermimpi yang pendek. Itu lho ... yang kalo lagi tidur mata suka bergerak-gerak, itu berarti bayi lagi mimpi dan itu siklusnya pendek, ga sepanjang manusia dewasa. Istilahnya REM (Rapid Eye Movement yaitu waktu bermimpi saat tidur) kalo saya ga salah yaaaa ...

Selain itu, bayi baru lahir memang membutuhkan kenyamanan mengingat mereka saat dalam kandungan sangatlah nyaman dan penuh kehangatan. Jadi katanya lagi nih (kata orang pinter alias ahlinya), setelah terlahir bayi akan memiliki perasaan takut ditinggalin atau istilahnya Separation Anxiety. Makanya kalo abis digendong, padahal udah kenyang, lagi sehat dan diaper udah diganti si bayi tetep nangis (meskipun ga semua bayi ya kaya gini ...)

Memang segitu pentingnya ya membentuk pola tidur bayi? 
Ya kembali lagi ke kitanya, melihat urgensi si sleep training itu sendiri bagi kita.

Bagi saya pribadi, sleep training untuk Zaynab cukup penting. Karena saya tidak mau energi saya terkuras untuk menidurkan Zaynab tapi anaknya tak kunjung tidur. Digendong 30 menit lalu 30 menit kemudian bangun dan lanjut nangis lagi. Lalu kita gendongan lagi, ganti diaper, nenenin, ayun-ayun dan begitu seterusnya.

Sedangkan, kondisi tidak memungkinkan saya menjadi 100% milik Zaynab. Ada Abang Uda yang juga butuh perhatian saya. Ada dapur yang harus tetap ngebul dan rumah yang butuh dibersihkan. Serta segenap pekerjaan rumah tangga lainnya.

Apa yang perlu diketahui sebelum melakukan sleep training?
Berdasarkan pengalaman pribadi selama 5 minggu melakukan trial and error sleep training Zaynab, saya menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan sleep training pada bayi.

1. Mempelajari metode-metode sleep training
Ada 2 jenis metode yang sering digunakan dan disarankan para ahli.

  • Metode Cry It Loud (CIL)
Yaitu melatih bayi mengenal rasa kantuknya dengan membiarkannya menangis. Dalam menerapkan metode ini, pastikan bayi dalam keadaan fisik yang sehat. Tempatkan bayi di tempat tidur khusus bayi sejenis crib atau bassinet. Jangan bedong bayi atau menyelimuti bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat, bisa menggunakan baju tidur bayi (sleepwear). Selain itu, pastikan juga diaper bayi tidak basah atau berisi pup dan perut bayi terisi sempurna.

Pengkondisian tempat tidur ideal
Standar Baby Safe sleep
  • Metode No Tears (NT)
Yaitu metode tanpa tangisan. Metode ini menurut saya yang paling banyak digunakan di Indonesia. Dimana bayi ketika sudah menunjukkan gelagat mau menangis, maka harus segera diberikan perhatian. Apakah dengan pelukan, tepukan lembut, diayun, dan lain sebagainya.
Dalam menggunakan metode ini, kita juga harus memastikan bahwa satu-satunya penyebab tangisan bayi adalah karena mengantuk. Bukan karena diaper penuh, kesakitan, atau karena lapar.

2. Kenali kepribadian anak
Belajar dari Zaid dan Ziad lalu sekarang Zaynab, saya meyakini bahwa setiap anak membawa karakter pribadi sejak lahir. Ada anak yang easy going, sensitif, manja, mandiri, dan lain sebagainya.

Harapannya, dengan mengenal kepribadian anak, kita bisa menentukan perlu tidaknya melalukan sleep training. Dan metode mana yang tepat untuk si anak jika memang dirasa perlu sleep training. Misal, Zaynab yang sensitif akan lebih cocok metode NT. Sedangkan Zaid dan Ziad, bisa menggunakan metode CIL karena anaknya yang easy going. Atau anak yang sudah memiliki pola tidur cukup bagus, ya berarti tidak perlu sleep training.

3. Mengenal bahasa komunikasi bayi
Bahasa pertama bayi adalah dengan menangis. Sehingga, mengenal jenis tangisan bayi diperlukan sebelum melakukan sleep training. Kapan bayi menangis karena lapar, mengantuk, kecapean, cari perhatian, atau kesakitan.
Setelah yakin mengenal jenis tangisan bayi, maka akan membantu kita dalam memilih metode yang mana yang mau diterapkan.

Jika memilih CIL, maka tidak usah khawatir bayi akan menangis melengking karena tidak diperhatikan misalnya. Prinsipnya, selama tangisan bayi tersebut hanya karena mengantuk saja, para ahli menyatakan tangisan tersebut aman. Dan pun jika memilih mentode NT, jangan sampai salah tafsir tangisan bayi. Jika salah tafsir, maka waktu dan tenaga kita akan habis seharian untuk menenangkan bayi yang menangis.

4. Mengenal pola makan bayi
Terkadang, untuk mengenal bahasa tangisan bayi, membuat kita frustrasi atau tidak percaya diri. Apakah benar tangisan begini karena si bayi lapar dan tangisan begitu karena bayi ngantuk. Untuk membantu mengatasinya, mengenal pola makan bayi bisa mengurangi ketidak-PD-an kita dalam mendefinisikan tangisan bayi.

Salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi ketidak-PD-an ini yaitu dengan mencatat berapa lama bayi menyusu (khusus bayi breastfeeding) dan berapa lama setelah menyusu bayi kembali lapar.

Biasanya, 5 menit menyusu tanpa jeda berhenti, bisa membuat bayi anteng selama 30 menit. Menyusu 10 menit bisa untuk bertahan 2 jam. Menyusu 15-20 menit bisa bertahan selama 3-4 jam.

Untuk bayi bottlefeeding, bisa melihat panduan dari dokter anak, sekian ml susu untuk berapa lama. Karena jika bayi over feeding, juga membuat bayi rewel karena kekenyangan.

Dengan mengenal pola makan bayi, membantu kita untuk yakin bahwa bayi menangis bukan karena lapar atau justru karena lapar. Sehingga kita bisa melakukan pengecekan lain semisal pengecekan diaper, pakaian, atau hal lain yang sekiranya mengganggu bayi.

Sleep Training pun Bisa Dimulai
Setelah mengetahui hal-hal terkait 4 poin di atas, maka sleep training bisa dilakukan.

Pengkondisian tempat tidur ideal
Standar Baby Safe sleep

Saya pribadi, melakukan sleep training sembari belajar. Jadi tidak menunggu 4 poin di atas terkuasai. Kenapa? Karena saya ga mau kaku saja dengan teori yang ada. Seperti yang saya katakan, dengarkan saja nurani kita 😁.

Awal Mula Sleep Training Zaynab
Pada suatu hari, saya mulai merasa kelelahan mengatasi semua hal sendirian terkait urusan domestik rumah tangga. Sedangkan yang namanya bayi, pastilah akan sering menangis mengingat memang itulah satu-satunya bahasa komunikasi mereka.

Awalnya Zaynab masih layaknya bayi baru lahir. Tidur sepanjang hari. Namun memasuki usia 4 minggu, Zaynab mulai bertambah cerdas. Tangisan semakin variatif dan sering.

Tiba-tiba saya teringat tentang sleep training ini. Spontan saja, di hari itu juga, dengan berbekal baca-baca yang belumlah terlalu banyak, saya mentraining tidur Zaynab. Harapannya hanya satu: saving my energy.

Minggu awal Sleep Training
Minggu awal, saya mencoba 2 jenis metode yang saya sebutkan di atas secara bergantian.

Pertama saya terapkan metode NT. Zaynab nyenyak dan ceria keesokan siangnya. Sedangkan saya lelah tak terhingga. Zaynab saat itu belum bisa co-sleeping jadilah saya harus menyusui sambil duduk. Selain itu, Zaynab juga masih butuh ditenangkan ketika mau tidur. Sedangkan waktu itu Zaynab belum punya ayunan. Empeng terkadang mau terkadang tidak. Dan teknik tepuk-tepuk pantat atau pundak belum kepikiran saat itu.

Jadi, setelah menyusui, saya harus gendong Zaynab dengan posisi gendong dipundak. Lumayan pegel dan bikin capek kan itu.

Kedua, saya cobakan metode CIL. Zaynab tidur pulas setelah menangis cukup lama. Saya pun bisa beristirahat ekstra. Tapi keesokan siangnya, Zaynab kehilangan keceriaannya. Saya melihat Zaynab seperti insecure padahal ada saya yang bermain dengannya. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, Zaynab terlihat tenang ketika bermain dan terjaga di siang hari.

Minggu ke 2 dan ke 3
Sleep training mulai tak terlalu saya pikirkan pasca merasa bersalah setelah menerapkan metode CIL pada Zaynab. Tapi saya masih tetap penasaran. Konon katanya, jika konsisten selama seminggu saja, maka anak akan bisa tertidur ketika mengantuk dengan sendirinya.

Akhirnya, saya coba pelajari perlahan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam sleep training ini tanpa tergesa dan terburu target pribadi. Sembari mengamati Zaynab mulai dari karakternya, jenis tangisannya, pola makannya, pencernaannya, dan lain sebagainya.

Pertengahan pekan ke 2, saya mulai merasa percaya diri bahwa Zaynab sudah memiliki pola tidur yang cukup bagus. Kenapa?
* Karena Zaynab tidur pulas di malam hari tanpa perlu digendong. Cukup ditepuk-tepuk.
* Ketika terjaga di malam hari, Zaynab akan langsung tertidur kembali setelah kenyang menyusu
* zaynab hanya bangun 2-3 kali di malam hari
* Zaynab bermain dan terjaga di siang hari tanpa kerewelan yang berarti. Hanya tangisan kecil.
* Zaynab bisa jatuh tertidur sendiri tanpa perlu di gendong, ayun, atau ngempeng. Cukup di bedong untuk mencegah Zaynab menggaruk wajahnya yang gatal karena kulit kering lalu tepuk-tepuk lembut sampai akhirnya tertidur.

Pola bagus ini memang belum konsisten. Terkadang Zaynab terganggu dengan refluxnya, ingusnya (karena disini lagi musim dingin), dan gatalnya kulit keringnya. Tapi dengan aneka macam gangguan tersebut, menurut saya Zaynab cukup bagus pola tidurnya.

Minggu ke 4 dan ke 5
Pada minggu-minggu ini, saya memang sudah bersiap jika pola tidur Zaynab akan terganggu. Karena Zaid dan Ziad tengah libur musim dingin selama dua minggu. Benar saja, yang tadinya Zaynab bisa tidur siang dengan nyenyak, sepanjang liburan Zaynab terganggu. Hingga akhirnya memuncak disaat kami sekeluarga terserang batuk dan pilek.

Alhamdulillah Zaynab tidak sampai batuk pilek parah. Tapi hidungnya mulai mampet dan ingus berair. Sehingga menyebabkan pola makannya pun ikut terganggu. Yang tadinya 15 menit menyusu efektif membuat Zaynab bertahan selama 2 jam, jadi tidak lagi. Bahkan Zaynab menyusu 30 menit dan banyaknya hanya mengempeng. Tertidur 30 menit lalu bangun dan rewel.

Tadinya saya sempat putus asa. Wah Zaynab benar-benar ga bisa ditebak nih polanya. Saya menduga idung mampet Zaynab hanya sebatas mampet karena ingus yang mengeras seperti halnya di pekan awal sleep training. Ternyata setelah di cek berkali-kali, hidungnya bersih tapi Zaynab tetap terlihat susah bernafas. Dan keluar ingus air. Wah ini mah pilek.

Hikmah Sakit
Dengan dua kondisi ini yaitu disaat sehat dan sakit, saya jadi lebih memahami Zaynab. Mulai dari memahami jenis tangisannya, bagaimana tangisan Zaynab saat lapar, ngantuk, cari perhatian dan ketika kesakitan. Kemudian memahami pola makannya, yang lapar setelah BAB meski baru saja menyusu, yang lelap kekenyangan jika sudah menyusu 15-20 menit.

Selain itu, pasca sakit, Zaynab kembali ke pola semula membuat saya berkeyakinan bahwa bukan pola Zaynab yang ga ketebak. Tapi saya nya yang ga tau kapan Zaynab nyaman dan ga nyaman. Alhamdulillah dengan Zaynab pilek dikit ini saya jadi tau Zaynab kalo sakit kaya gimana.

Akhirnya
Setelah menjalani proses cukup panjang selama 5 minggu ini, saya berkesimpulan bahwa Zaynab tipe anak yang tidak susah tidur selama:
1. Badan sehat
2. Kenyang
3. Diaper kering (kena pup sedikit saja anaknya langsung bangun) dan
4. Diperhatikan (diajak main) saat terjaga

Kalo udah ngantuk ya tidur aja sendiri
Asal 4 poin di atas terpenuhi
(Tetep bandel dikasi mat lagi. Padahal ga boleh 😆✌)

Kondisi terbaru, hasil observasi lebih lanjut, Zaynab ternyata memiliki rentang tidur yang pendek di siang hari mau gimana pun cara penidurannya. Mau digendong, diayun, di bouncer, bahkan di crib sekalipun tetep aja tidurnya ga akan lama.

Tadinya saya agak khawatir anaknya kurang tidur. Tapi setelah diperhatikan, memang pola anaknya begini. Tidur 30-45 menit. Main dan cimelekete perbayian 1-2 jam. Anaknya ngantuk lagi, kasih ASI lagi, bungkus badannya biar anget, taro di bouncer atau crib, anaknya nyerocos bentar, lalu dia tertidur lagi.

Di malam hari Zaynab udah bisa co-sleeping alhamdulillah. Jadi Uminya bisa tidur dengan nyenyak 😍😍😍😍

Sedikit tentang Pacifier atau Empeng
Saya sangat menyadari tentang kontroversi benda ini. Karena saya belum mempelajari lebih lanjut tentang pengaruh empeng terhadap rahang atau kesehatan mulut bayi, jadi saya ga akan berbagi apa-apa ya soal pengaruh penggunaan empeng. Cari sendiri aja hehehe.

Zaynab sendiri diperkenalkan empeng sejak awal lahir saat dirawat di NICU selama 11 hari. Sepulang dari NICU, saya pun tak ambil pusing dan tetap menggunakan empeng sebagai salah satu cara untuk menenangkan Zaynab. Meskipun Zaynab sendiri bukan tipe anak yang menyukai empeng. Tak ada alasan khusus bagi saya untuk memberi empeng kepada Zaynab selain alasan kewarasan 😅😆.

Nah, saya pribadi memberi empeng kepada Zaynab hanya di kondisi tertentu saja. Entaj kondisi kepepet atau kondisi lainnya yang saya tidak ingin terlalu banyak berdalih. Kembali ke alasan kewarasan, daripada pusing, yang penting anak diem dululah. Apa saja kondisi tersebut?

1. Pengalihan saat anaknya mengantuk berat tapi ga bisa tertidur.
Anak yang mengantuk berat biasanya bakal rewel. Segala hal udah dilakuin, kenyamanan udah di cek, tapi tetep anaknya nangis. Nah, saya gunakan empeng buat bantu Zaynab nenangin diri.

Kenapa ga pake nenen? Karena kalo Zaynab di nenen lagi, sedangkan anaknya udah kenyang, malah membuat Zaynab muntah karena dia nenen sambil ngamuk dan jadi kaya keselek gitu plus Zaynab juga reflux sehingga sangat mudah muntah jika terlalu full.

Silahkan diamati aja anaknya. Kalo Zaynab bisa, belum tentu di anak lain bisa ya.

2. Saat berkendara
Karena di sini bayi wajib duduk di car seat, sehingga ada situasi tertentu Zaynab nangisnya mulai ga tenang. Kalo penyebabnya karena ngantuk berat, ya saya kasih pasifier. Tapi kalo karena ga enak perut, biasanya anaknya juga ga akan mau dikasih empeng. Yang ada malah makin ngamuk 😆.

3. Saat lagi sibuk

Saya di rantau tidak ada pembantu komersil wkwkwk alias yang bergaji. Yang ada sukarelawan bernama Zaid, Ziad dan Pak Topik. Terkadang ketika saya masak, beres-beres rumah, mandi atau buang air, mereka suka inisiatif kasih Zaynab empeng  kalo nangis😅 sebelum akhirnya ngajak Zaynab main. Hanya butuh waktu beberapa detik hingga Zaynab tenang lalu empeng pun dilepeh. Setelahnya, Zaynab pun bisa diajak main.


Pada dasarnya berdasarkan pengalaman ke Zaynab, anak ga akan mau ngempeng kalo kenyang. Tapi anak butuh ketenangan kalo ngantuk. Nah ternyata, dengan sleep training penggunaan empeng bisa direduksi. Selama kita berhasil menciptakan pola dan definisi ngantuk buat si kecil.

Penutup
Setiap anak tentunya akan berbeda-beda dalam penerapan Sleep Training ini. Dari pengalaman saya, sleep training tidaklah plek penerapan sebuah metode. Sleep training adalah masa dimana kita diminta mengenal lebih detail anak kita. Sehingga bisa memutuskan apakah perlu dilakukan sleep training atau tidak. Jika perlu, metode mana yang kira-kira efektif untuk anak kita.

Seiring bertambahnya usia, bertambah pula lah kecerdikan anak. Harapan saya, Zaynab bisa mengetahui cara mengatasi rasa kantuk yaitu dengan tidur. Bukan dengan menangis atau digendong dan lain sebagainya. Kecuali jika memang lagi sakit atau colic.

Buat teman-teman yang bayinya memang susah tidur dengan segala macam problemnya, semoga ditemukan solusinya. Setiap kita ada ujiannya masing-masing, semoga share saya tentang sleep training ini bisa sedikit membantu.

Columbus, 8 Januari 2019

Nb:
* Zaynab start sleep training hari Selasa tanggal 4 Desember 2018 (usia 5 minggu 2 hari)
* Tulisan ini mulai ditulis pada hari Kamis, 6 Desember 2018
* Selesai ditulis hari Selasa, 8 Januari 2019 (Zaynab usia 10 minggu 2 hari)



Aspirasi Mekonium: Sebuah Pengalaman

Kamis, 20 Desember 2018
Tak pernah menyangka sebelumnya proses hamil hingga melahirkan anak ketiga ini, saya akan dihadapkan pada kondisi medis yang lumayan bikin naik turun emosi. Setelah melewati masa-masa hamil yang cukup sulit, ternyata saya harus melewati proses persalinan yang sulit dan lama. Tak berhenti disitu, masa postpartum pun saya lewati 11 hari terpisah dari sang buah hati.

www.merisaputri.com
Sesaat sebelum pulang ke rumah
Screenshoot foto dari fotografer rumah sakit
Ga kuat beli fotonya, mahal 😂

Memang kasus yang menimpa saya bukanlah kasus berat mengingat teman seperjuangan saya disini (diperantauan) memiliki ujian yang lebih menantang. Namun kondisi yang cukup mendadak ini membuat saya harus segera tanggap dalam mengatur ritme emosi. Jika tidak, postpartum depression siap menanti 😁😅

Renungan Dikit
Beberapa waktu sebelum akhirnya memutuskan promil anak ketiga, saya dan suami memang menimbang matang-matang, mengingat kami jauh dari kampung halaman. Artinya, jika hamil, segala sesuatu harus serba mandiri. Ga ada cerita minta pulang kampung seperti jaman hamil si kembar. Siap? In sya allah siap! Jawab saya mantap.

Sematang-matangnya rencana manusia, Allah yang tetap berkuasa. Qodarullah saya melewati masa kehamilan yang cukup berat bahkan lebih berat dari hamil si kembar. Padahal saya saat itu berpikir bahwa kehamilan tunggal akan lebih mudah. Saya sangat optimis bisa melewati fase-fase morning sickness tanpa dopingan obat. Tak pernah terpikirkan sama sekali kondisi akan lebih buruk dari hamil ZaZi.

Kemantapan hatipun diuji ... terus dan terus.

Baca Juga: Hyperthyroid dan Low Potassium Saat Hamil

Mitos Bukanlah Fakta
Konon, jika kita memiliki masa kehamilan yang cukup berat, maka proses persalinan biasanya akan menjadi ringan begitu juga sebaliknya. Tak ada bukti ilmiahnya memang, sehingga tentulah ini hanya sebuah mitos 😅. Susah atau gampangnya kehamilan ataupun proses persalinan kalo kata saya, faktanya, semua adalah takdir 😁

Dan saya pun tertakdir melewati fase kehamilan, proses persalinan dan postpartum dengan keadaan yang lumayan sulit. Karena saat saya menulis tulisan ini sudah terlewati semua alhamdulillah, jadi saya bisa katakan tetap ada jalan kemudahan yang Allah berikan ternyata. Tapi kan gitu, kita suka lupa kalo sedang dalam kondisi berat mah ya 😔

DISCLAIMER
Sebelumnya saya mau disclaimer dulu. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya. Adapun istilah-istilah medis, karena keterbatasan pengetahuan dan juga pemahaman saya saat mendengar penjelasan tenaga medis dalam bahasa inggris, sehingga saya menambahkan informasi yang sesuai dari beberapa link artikel. Jika ada yang kurang tepat mohon dikoreksi ya 😊

11 hari terpisah dari Zaynab, anak ketiga saya, karena Zaynab masih perlu perawatan intensif terkena aspirasi mekonium. Dan dalam tulisan ini saya hendak berbagi pengalaman saja. Barangkali ada yang bisa diambil pelajaran dan hikmahnya.

Belajar Sikit Tentang Apa itu MAS atau SAM?
Meconium Aspiration Syndrome (MAS) atau Sindrom Aspirasi Mekonium (SAM), sebuah sindrom terhirupnya cairan ketuban yang sudah tercampur mekonium oleh bayi ketika masih berada di dalam rahim. Biasanya terjadi jika usia kehamilan melewati hari perkiraan lahir, yaitu di atas 40 minggu.

Namun, aspirasi mekonium tidak menutup kemungkinan terjadi saat usia kehamilan kurang dari 40 minggu dengan berbagai macam faktor penyebabnya, yaitu:
  • Sulit atau lamanya proses persalinan
  • Kesehatan ibu saat hamil
  • Infeksi
Mekonium itu sendiri merupakan feses pertama yang diproduksi usus bayi saat memasuki usia matang kehamilan. Normalnya, mekonium keluar setelah bayi lahir. Namun, pada beberapa kasus, bayi mengeluarkan mekonium ketika masih berada di dalam rahim sebelum, selama, atau sesaat setelah dilahirkan. 

Dari seperempat bayi yang terlahir dengan cairan ketuban yang sudah tercampur mekonium, hanya 11 persen bayi yang terkena MAS. Gejalanya bisa dilihat dari warna kulit bayi ketika dilahirkan dan dari suara tangisan bayi.

Terhirupnya mekonium membuat paru-paru bayi dimasuki cairan ketuban yang sudah tercampur mekoniun. Akibatnya, bayi akan merasa sensasi panas terbakar saat bernafas. Sehingga tak jarang bayi yang terkena MAS akan sulit bernafas sampai akhirnya partikel mekonium dikeluarkan dari paru-paru. 

Semakin kental cairan mekonium yang terhirup, semakin serius penanganan yang dibutuhkan. 

Jadi, meskipun bukanlah kasus berbahaya, penanganan yang kurang tepat bisa berakibat fatal. Untuk itu, memastikan paru-paru bersih dan aliran udara masuk optimal perlu dilakukan. 

Zaynab's Journey
Saat hamil ZaZi, saya sangat menjaga dan mengingat untuk melewati proses persalinan dengan bahagia. Agar bayi tidak stres yang menjadi penyebab keluarnya mekonium saat masih di rahim. Nah entah kenapa, di hamil anak ketiga ini saya lupa sama sekali tentang hal ini. Fokus saya lebih ke menenangkan diri dengan mencari cara melewati tahapan kontraksi dengan nyaman tanpa induksi.

Kenapa ga mau diinduksi? Ga ada alasan khusus selain cuma ingin merasakan gimana sih kalo ga diinduksi tu. Karena saat ZaZi saya diinduksi.

Ternyata, takdir lupa untuk menjaga agar tetap bahagia saat menjelang persalinan membawa saya pada konsekuensi akan takdir berikutnya. Persalinan dramatis berujung pada bayi yang sempat kehilangan detak jantungnya. Tak ada penjelasan apa-apa dari dokter saat itu. Namun saya yakin, disaat itulah baby Zaynab stres dan membuat mekoniumnya keluar. Tak hanya sekedar keluar, Zaynab juga menghirupnya.


Parah atau tidaknya MAS yang menimpa bayi tergantung pada rekam medisnya. Tindakan perawatan pun dilakukan sesuai kondisi si bayi dengan tahapan prosedurnya. Dan inilah sedikit gambaran perawatan berdasarkan pengalaman dari kasus Zaynab.

Indikasi Medis Awal Terlahir
Saat awal dilahirkan, Zaynab sempat di taro di atas dada saya untuk IMD. Namun hanya beberapa detik dan Zaynab langsung di angkat karena memiliki gejala yang kurang baik, yaitu Zaynab tidak menangis sebagaimana normalnya bayi baru lahir..

Tindakan awal sesaat setelah lahir

Setelah memakan waktu cukup lama dan saya tidak bisa melihat Zaynab karena ketutupan petugas kesehatan, salah seorang provider yang menangani Zaynab menghampiri saya. Dalam kondisi tragis karena masih operasi kecil penjahitan perineum, sang provider menjelaskan panjang lebar. Yang intinya Zaynab kehirup mekonium dan bakal dirawat di NICU.

Satu hal yang saya syukuri, saya ga ngedrop emosinya alhamdulillah. Karena pas dijelasin, saya langsung teringat bahwa konsekuensi logis memang saat saya mengalami long labor bayi saya bisa terkena MAS. Ya meskipun waktu itu saya ga tau kalo istilah medisnya Meconium Aspiration. Taunya mah ketelen mekonium ee pertama bayi aja 😆.

Ternyata ketelen sama kehirup itu beda ya 😆. Justru kalo ketelen doank mah ga akan kenapa-kenapa bayinya.

Dulu saat hamil pertama, saya selalu bilangnya ketelan mekonium. Jadi dikalangan ibu-ibu sudah sangat tau ketelan mekonium itu cukup bahaya. Ternyata maksudnya kehirup ya yang bahaya tu. Apa saya aja kali ya yang baru tau hehehe.

Usia 0 hari
5 jam pasca persalinan, setelah mengisi tenaga dengan makan malam, sekitar tengah malam jam 12 saya mengunjungi Zaynab di NICU. Normalnya seorang ibu, ya kangenlah ya ma anaknya 😍😁.

Bertemu untuk pertama kalinya
Pasca persalinan

Saat berkunjung, nurse yang merawat Zaynab menjelaskan kondisi terkini Zaynab. Tentang alat apa saja yang melekat di tubuh Zaynab dan treatment apa yang sedang diberikan kepada Zaynab.

Saya tidak terlalu paham sebenarnya. Yang saya tangkap, paru-paru Zaynab akan terus dibersihkan dari partikel mekonium. Nah selang (tube) yang terdapat dimulut Zaynab kata nurse nya digunakan untuk mengeluarkan lendir dan sisa mekonium.

Lalu Zaynab diberi penutup kepala dan dihangatkan dengan penghangat untuk menjaga agar tidak hipotermia. Dikepala Zaynab terdapat alat yang menutupi hidungnya, setelah saya cari tau nama alatnya adalah CPAP (Continous Positive Airway Pressure). Fungsinya untuk menjaga sirkulasi udara mengingat bayi baru lahir suka lupa nafas atau dikenal dengan istilah sleep apnea.

Selain tube dan cpap, untuk mendeteksi saturasi oksigen di dalam darah bayi, terdapat sticker di tangan dan kaki Zaynab. Ditambah sticker pendeteksi detak jantung.

Zaynab usia 1 hari

Masuknya mekonium ke dalam paru-paru berpotensi menginfeksi paru-paru. Sehingga Zaynab saat itu diberi cairan infus untuk pemberian antibiotik.

Berapa Lama Waktu Penanganan MAS ini?
Lamanya treatment yang diberikan bergantung pada kondisi bayi itu sendiri. Ada beberapa hal yang harus dipastikan sehingga bayi diperbolehkan pulang.

Pada banyak kasus, perawatan bayi MAS hanya memakan waktu sekitar 3-4 hari. Untuk kasus Zaynab sendiri, Zaynab dirawat selama 11 hari. 

Kenapa bisa selama itu?
Karena saturasi oksigen Zaynab masih belum stabil di angka 95-100%. Prosentase saturasi oksigen Zaynab masih suka ngedrop ke angka 75-85%

Saya juga kurang paham apa itu saturasi oksigen. Tapi dari hasil baca-baca, saturasi oksigen adalah ukuran prosentase oksigen yang dibawa hemoglobin di dalam darah.

Sedangkan untuk paru-paru Zaynab alhamdulillah sudah bersih dari mekonium keesokan hari pasca Zaynab lahir. Dan usia 2 hari CPAP sudah dicabut, artinya sudah tidak perlu lagi dilakukan penyedotan lendir dan sisa mekonium. Setelah CPAP dicabut, diganti oxygen cannula.

Zaynab usia 2 hari
Di hari ini saya discharge 😔

Harapan Segera Pulang: Renungan Batin Seorang Emak
Melihat Zaynab selalu memiliki progres yang baik selama saya recovery di rumah sakit, saya jadi cukup optimis bisa pulang bareng Zaynab. Kenyataannya? Harapan demi harapan seolah memberi saya pelajaran bahwa kepada Allah tempat harapan digantungkan. Bukan kepada pernyataan dokter 😥

Dengan berat hati, hari Selasa saya meninggalkan rumah sakit tanpa membawa serta si bayi mungil. 😢

Membangun energi positif dengan pikiran positif terus saya lakukan. Bukan apa-apa, obat terbaik Zaynab ada pada ASI. Jika saya stres berlebihan, bisa berpengaruh pada produksi ASI.

Sehari setelah pulang ke rumah, keesokan harinya saya dan suami mengunjungi Zaynab untuk membawakan ASI perah sekaligus mengetahui perkembangan terbaru Zaynab. Dokter pun saat itu memberikan  harapan bahwa Zaynab akan segera pulang dalam beberapa hari.

Zaynab usia 3 hari
Hari pertama bertemu setelah saya discharge

Dengan cannula yang masih terpasang, saya tidak terlalu berharap lebih saat itu. Mengingat perlu beberapa waktu dari cannula dilepas sehingga bayi bisa dibawa pulang. Sehingga patokan Zaynab bisa pulang menurut saya saat itu adalah setelah Zaynab terbebas dari aneka macam alat dan kabel.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Keesokan harinya, tepatnya hari Kamis, Cannula Zaynab dilepas. Sebenarnya sempat perawatnya bilang belum akan dilepas hari itu karena malam harinya Zaynab sempat ngedrop lagi. Tapi setelah saya berlama untuk menyusui Zaynab secara langsung, perawat melihat Zaynab cukup stabil untuk kemudian dicoba tanpa cannula.

Alhamdulillah penantian Abang dan Uda yang sudah tidak sabar bertemu adiknya pun tak sia-sia. Jadi sebelum ke rumah sakit, saya memang bilang ke ZaZi kalo mereka bisa bertemu Zaynab.

Zaynab usia 4 hari
Kekikukan Abang Uda ketemu adik cantiknya 😄

Akhirnya untuk pertama kalinya duo kembar ini bertemu adik semata wayang mereka. Dan entah mengapa pasca pertemuan mengharukan tersebut, saya jadi terlupa untuk mengembalikan kembali harapan demi harapan kepada Sang Pemberi Takdir.

Entah rasa optimis yang terlalu berlebihan entah memang Allah ingin memurnikan hati saya dari berbagai macam hal kurang baik, yang awalnya Zaynab seharusnya memiliki progres yang cukup baik ini sudah bisa dibawa pulang tepat saat usianya 1 minggu, ternyata tak terwujud. Sehari sebelumnya, entah kebetulan entah memang terhubung. Kondisi saya saat itu sedikit ngedrop baik secara fisik ataupun emosi. Dan ternyata di waktu yang bersamaan, Zaynab mengalami hal yang sama.

Produksi ASI sesuai kondisi diri
Yang botol kecio itu hasil ASIP saat saya ngedrop

Disitulah saya mulai sadar bahwa perjalanan persalinan ini bukan sekedar perjalanan medis biasa melainkan perjalanan batin antara ibu dan anak. Entahlah! Rasa-rasanya kehadiran Zaynab memang menghubungkan ikatan yang terputus dan mengencangkan kasih sayang yang mengendor.


Pulang dengan rasa kecewa
Ya! Hari minggu itu, tepat di usia 1 minggu Zaynab, saya pulang membawa kekecewaan. Tak ada maksud hati meremehkan kasus ini. Saya berfikir bahwa inilah cara untuk mempositifkan diri. Yaitu dengan tidak memandang berlebihan kasus yang menimpa Zaynab.

Namun ternyata mungkin, cara saya kurang tepat sehingga perlu diluruskan. Bahkan saya sempat 'merutuki' prosedur rumah sakit dan menganggap penanganannya berlebihan. Karena dari banyak kasus yang saya dengar hanya membutuhkan waktu perawatan paling lama 3-4 hari untuk oerawatan bayi MAS.

Setelah mempelajari lebih detail lagi tentang MAS ini, dan berhusnudzon dengan semua pihak yang membantu proses penyembuhan Zaynab, saya pun mengumpulkan energi untuk menyempurnakan ikhtiar tanpa berlebihan dalam berharap.

Akhirnya Zaynab Beneran Pulang
Hari Selasanya. Dengan badan yang masih belum menentu dan luka jaitan perineum yang rasa sakitnya lebih aduhai dibanding pasca lahiran ZaZi, saya bertekad nginep di rumah sakit.

Saya hanya penasaran, Zaynab ritmenya selalu ngdrop di malam hari dan siang harinya stabil. Dugaan saya kayanya nih anak mulai ngeh kapan emak bapaknya datang. Selain itu saya juga pengen observasi langsung kaya gimana ngedropnya.

Foto saya ambil ketika saturasi oksigen Zaynab ngedrop

Selama di rumah sakit, ternyata memang benar, angka saturasi oksigen Zaynab anjlok drastis ke angka 75-80% sekitar jam 2 malam. Padahal anaknya kaya yang baik-baik aja.

Dokter yang merawat Zaynab hanya kontrol di setiap pagi. Perawatnya ngasih penjelasan tapi saya ga puas karena mereka kaya menjaga ga ngeluarin statemen yang berbau diagnosa. Ya memang karena itu bukan kapasitas mereka meski mereka kayanya pasti tau lah.

Saya sudah tidak sabar rasanya pengen tau kenapa bisa kaya gitu. Karena selama saya stay, perawatan Zaynab dilimpahkan full ke saya. Nurse jaga cuma ngecek tensi, suhu badan dan lama nya Zaynab ngeASI. Saya hanya khawatir cara saya menggendong, memposisikan sendawa dan lain sebagainya lah yang membuat Zaynab drop angka saturasinya.

Kata lain, saya cuma pengen tau penyebab biar saya bisa memperlakukan Zaynab agar ga bikin ngedrop saturasinya.

Akhirnya, setelah tanya sana sini secara online saat itu juga, pencerahan dari teman saya yang seorang dokter cukup membantu. Berikut beberapa hal yang menyebabkan turunnya angka saturasi oksigen:
1. Bayi tersedak
2. Bayi terlalu di dekap erat
3. Tidak disendawakan sempurna

PHP untuk kesekian kalinya
Besokan harinya, kami diminta membawa carseat untuk tes kemampuan Zaynab ketika duduk di car seat. Sesampai di rumah sakit, seorang perawat yang bukan menangani Zaynab bilang kalo dia dengar tadi pagi dokter Zaynab bilang Zaynab bisa pulang hari itu katanya. Giranglah ya saya dan suami.

Tapi karena kita sudah sangat sering di PHP in ..  jadi kita cepet-cepet kontrol diri biar ga terlalu percaya dulu sampai denger langsung. Bener aja donk, ternyata Zaynab tetep belum bisa pulang 🤒.

Saya sempet hopeless gitu. Ya udah lah kalo memang bakal lebih lama lagi dirawatnya. Yang penting mah sembuh. Saya juga mungkin dikasi waktu lebih untuk beristirahat.

Memang harapan terwujud ketika kita sudah tak bergantung kepada makhluk. Seharian di rumah sakit cukup membuat saya cape. Akhirnya saya hanya sebentar di rumah sakit.

Pertama kalinya Zaynab menghirup udara luar

Hari kamis, saya agak leyeh-leyeh. Rencananya mau ke rumah sakit agak sorean aja sepulang ZaZi sekolah. Sisa cape stay di rumah sakit dan begadang masih tersisa. Disela waktu leyeh-leyeh, saya ditelpon pihak rumah sakit yang menyatakan bahwa Zaynab sudah bisa pulang. Hah? Kagetlah saya. Ternganga bak di pilem-pilem lalu kemudian bersorak ucap syukur yang tak terhingga.

Romantisme Zaynab dan Abang Zaid
Bahasa cinta Zaid itu dalam diam dan tatapan plus perhatian 😄
Zaynab dan Mainan dari Uda Ziad

Jadi ternyata Zaynab lulus uji kelayakan dan mampu stabil selama 2 jam duduk di carseat. Alhamdulillah ... ... ... ... ... tak terkira girangnya saya saat itu. Pengen rasanya cium-cium si perawat yang nelpon 😆😅

Ga mikir mandi, saya langsung ke rumah sakit dengan sedikit perasaan harap-harap cemas. Cemas kalo sesampai di rumah sakit Zaynab kembali dinyatakan ga boleh pulang 😔. Tapi alhamdulillah, semua berjalan lancar dan Zaynab akhirnya bisa berkumpul bersama kami di rumah.

Foto penyambutan Zaynab
Alhamdulillah

Alhamdulillah bi ni'matillah.

Semoga ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari cerita saya ini. Jika ada kekurangan atau hal yang menyinggung, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga kita selalu diberi rahmat untuk bisa memetik hikmah dari setiap ujian hidup yang Allah berikan. Aamiin ...

Columbus, 20 Desember 2018






Yang Muda Yang Inspiratif: Gita Savitri Devi

Rabu, 12 Desember 2018
Siapa yang ga kenal dengan sosok Gita Savitri Devi. Namanya sudah sangat akrab di telinga para generasi muda Indonesia baik di dalam maupun luar negeri. Saya sendiri mengenal sosok Gitasav melalui hasil temuan mesin Google saat saya ingin mengetahui sosok muslimah muda inspiratif versi mesin Google. Dan muncullah judul 25 Vlogger Wanita Inspiratif Indonesia. 

Akhirnya saya tertarik untuk meng-klik hasil pencarian mesin google tersebut. Dari 25 Vlogger yang dikenalkan, jari saya berhenti pada sosok wanita yang dalam pandangan pertama saya sangat berkharisma dan berkarakter di banding 24 blogger lainnya. Ini menurut pandangan mata saya ya. Karena memang dari 25 vlogger yang kebanyakan beauty vlogger hanya terdapat tak lebih dari 10 orang vlogger muslimah / vlogger berkerudung. Nah di antara vlogger berkerudung itu bagi saya Gitasav lah yang paling kharismatik, di foto ini 😁

Foto Gitasav yang ini yang saya lihat di artikel tersebut

Setelah saya menelisik lagi lebih jauh tentang sosok wanita yang hanya terpaut 4 tahun lebih muda dari saya ini, akhirnya saya paham, kenapa Gitasav dikategorikan inspiratif.

  • Berkarakter
  • Untuk ukuran anak muda seusia Gitasav, Gita cukup berkarakter menurut saya. Terutama jika dibandingin sama saya saat di usia Gita ya. Hehehe. Gita sangat terlihat mantap dalam setiap keputusan-keputusan hidup yang dia ambil, termasuk salah satunya dengan bersekolah di luar negeri. Ga gampang lho sekolah baru lulus SMA pisah jauh dari orang tua, keluar negri pula.
  • Problem solver
  • Munculnya segmen beropini Gitasav menunjukkan bahwa Gitasav 'gatel' untuk bisa menjadi bagian dari sebuah perubahan. Masuknya channel Gitasav ke program Creator for Change nya You Tube sudah jadi indikator bahwa channel nya Gita diprediksi bisa membawa perubahan positif buat para subscribernya khususnya. Dan juga, Gitasav terlihat ikut langsung sebuah gerakan aksi nyata yang bekerja sama dengan kitabisa.com sebagai lembaga yang bergerak dibidang sosial. Dan masih banyak lagi aktivitas sosial lainnya wujud inginnya Gita menjadi solusi terhadap sebuah madalah.
  • Kritis
  • Kritis yang sopan. Begitulah kesan awal saya ketika mendengar Gitasav menyampaikan kritikannya terhadap sesuatu. Dia tau dimana dia berdiri tanpa harus memojokkan oposisi. Pemikiran kritisnya Gitasav lebih membuka ruang diskusi ketimbang ruang debat. Dan tentunya hal ini jadi daya tarik terutama buat anak muda bahkan emak-emak muda kaya saya yang perlu dipanasin pikirannya biar ga egois cuma mikirin keluarga. Hehehe
  • Open minded
  • Keterbukaan dan kebebasan berfikir juga sangat terlihat pada sosok Gitasav ini. Terutama di segmen beropini meskipun terkadang Gitasav tetap mengungkapkan kekecewaan dan kebingungannya akan sebuah fenomena sosial namun tak lantas membuat dia menjudge hal tersebut buruk atau salah dan harus dinyatakan salah.
  • Mature
  • Gitasav sangat paham apa yang dia butuhkan tanpa terpengaruh intervensi luar. Seperti halnya keputusan untuk menikah. Disaat orang-orang heboh nikah muda, Gitasav tetep staright forward sama yang dia yakini bukan karena tidak setuju dengan nikah muda melainkan karena paham betul tentang salah satu keputusan terbesar ini kapan harus diambil.
  • Easy going
  • Ga terlalu ambil pusing omongan orang dan terus melakukan suatu hal yang positif. Inilah kayanya yang membuat Gitasav bisa memikat hati para remaja dan anak muda. Ga neko-neko dan 'banyak gaya'. Apa adanya tanpa adanya rekayasa. Itu sih yang saya rasakan dan lihat. Tapi kalo ada omongan yang sifatnya 'penyakit sosial' seperti sexual harrashment, jangan harap Gitasav bakal selow.

Sebagai ibu muda yang terlalu lama berkutat dengan urusan rumah tangga, channel Gitasav jadi angin segar buat pemikiran saya yang tadinya terlalu banyak mikir hal yang ga penting sehingga jadinya doing nothing. Sedangkan untuk berkarya kan bukan perihal berapa banyak orang yang menghargai karya kita tapi seberapa besar penghargaan kita terhadap diri kita sendiri.

Oke deh. Demikian dulu ulasan mengenai sosok inspiratif kekinian versi saya. Sosok inspiratif teman-teman siapa? Tulis di kolom komen ya ...

Columbus, 5 Desember 2017

FYI
Tulisan ini masuk draft bulan November 2017. Baru selesai tanggal 5 Desember 2017. Tapi urung saya publish karena terlalu dini saya memberikan penilaian sedangkan saat itu saya belum lama mengenal (jadi subscribernya maksudnya 😅) sosok Gitasav ini di dunia maya.

Hingga akhirnya, seusai nonton segmen Pagi-pagi nya Gitasav episode 10, saya jadi teringat kembali draft ini dan berniat mempublikasikannya di blog pribadi saya. Dan setelah saya baca kembali, apa yang saya tulis 1 tahun lalu itu tidak mengalami perubahan sama sekali. Artinya, 1 tahun mengikuti channel nya Gitasav belum ada yang berubah di mata saya tentang sosok Gita Savitri ini.

Poin yang mengalami perubahan hanya poin kematangan (mature). Tadinya saya mengulas tentang gaya pacaran Gita yang tidak mengumbar kemesraan seperti halnya anak muda pada umumnya. Nah karena Gita udah nikah, jadi saya ubah POV nya perihal kematangan ketika memutuskan menikah.

Kenapa sih saat itu saya sampe Googling tokoh inspiratif wanita indonesia? Karena saya lagi butuh dimotivasi sama pengen tau aja, apa sih yang bikin orang terinspirasi terhadap orang lain. Maklum, blogger lagi cari inspirasi ceritanya hehehe.

Pencarian saya terhenti sampai disitu tentang sosok inspiratif. Kehidupan bergulir dan saya seolah lupa tentang maksud dan tujuan saya Googling tadi.

Hingga akhirnya, bulan September, saya mengalami kekosongan semangat ngeblog. Saya berpikir bahwa saya butuh tema baru dari sekadar bercerita tentang Amerika dan anak-anak. Lalu muncullah semangat baru ketika bertemu seorang sosok inspiratif ketika saya berkunjung ke Indiana Polis.

Kali ini saya tak lagi Googling berselancar di dunia maya tapi langsung dunia nyata. Ngeliat langsung bukan sekedar cerita atau katanya.

Secara tidak sadar saya terinspirasi dari sosok tersebut. Tentang semangat beliau belajar dan lain sebagainya. Hingga saya tulislah review sekilas tentang beliau. Namun sayang beliau keberatan untuk saya publish. Tapi ga papa ... ntar saya bikin versi fiktif alias nama disamarkan aja. Biar inspirasinya menyebar.

Nah, yang nyimak di Instagram story saya pasti tau kan kalo saya bikin label baru di blog saya yang berjudul 'Inspirasi Hari Ini'. Tadinya tulisan kisah inspiratid pertama tentang mba yang di Indiana, tapi karena saya belum edit jadi saya naik publish dulu review singkat tentang Gita savitri ini aja ya.

Columbus, 12 Desember 2018




Anak adalah Amanah, Untuk Dijaga Bukan Dibangga

Punya anak itu tak sekedar bahagia memiliki anak yang begini begitu sesuai standar manusia. Bahagia liat anak bisa jalan cepet, bahagia punya anak bisa ngomong cerewet, atau bahagia liat anak mandiri pake banget.


Menurut saya punya anak tak sekedar bahas yang bagus-bagus nya aja. Kasih inspirasi cerita baiknya aja. Atau berbagi kisah sukses nya aja. Ibarat pengusaha, mendidik anak pasti memiliki kisah pilu dibalik 'kerennya' perkembangan mereka. 

Ya bisa jadi sejenis kisah gagalnya lah kalo di analogikan ke pengusaha. Jadi judulnya "Kisah haru dibalik suksesnya orang tua si anu dalam mendidik si inu". 😆😅

Disadari atau tidak, kisah sukses nya seseorang dalam bidang apapun pasti memberikan dampak tertentu bagi orang lain. Misal berdampak termotivasi dan kemudian mengikuti, dan bisa jadi berdampak iri dan kemudian merutuki. Tergantung dari berbagai macam faktor X dari seseorang yang menerima informasi kesuksesan tersebut.

Dan saya yang macam mana? Hehehe ...

Once upon a time ...
Duluuuuuu ... saya tipe yang merutuki. Kenapa begini kenapa begitu. Kenapa saya begini dan kenapa ga si dia. Kenapa dia bisa saya ga. Dan berbagai macam rutukan ala emak-emak baru yang galau ilmu dan iman #sekakeringat.

Tulisan saya kali ini merupakan bagian dari renungan saya terhadap beberapa tahun kehidupan saya kebelakang. Anggap saja ini cara saya mendamaikan jiwa yang sedang tak bernyawa dan menetralkan rasa yang sudah hampa.

Entah mungkin saya saja yang seperti ini, yang menolak kisah sukses  sebelum akhirnya saya mendapati kisah perjuangan penuh peluhnya.

Sebut saja bunda Elly Risman. Tokoh yang saya kagumi sampai saat ini. Begitu mantapnya beliau dalam memperjuangkan nilai-nilai yang perlahan mulai melenceng dalam rumah tangga keluarga Indonesia. Sehingga terbersit dalam benak saya bagaimana beliau pribadi menanamkan value itu dalam keluarga beliau.

Saya pun mencoba cari informasinya. Apa yang saya peroleh? Kejujuran dan keterbukaan. 

Beliau tokoh yang secara gentle mengakui kekurangan dan kelemahan yang pernah beliau lakukan dalam mendidik anak-anaknya. Dan beliau juga secara jujur mengemukakan harapan dan doa sebagai wujud pengakuan beliau atau kelemahannya dalam mendidik.

Berbeda dengan tokoh lain yang dulu juga sempat saya kagumi. Sampai sekarang pun saya masih mengagumi perjuangan dan ketangguhan beliau dalam mendidik dan menempa diri sendiri dan keluarganya. Namun saya kurang bisa menerima utuh karena hanya kisah sukses nya saja yang saya dapati. Sedangkan pahit getir dibelakangnya saya tak tau. Jadilah kesannya dia terlalu sempurna untuk kemudian saya ikuti.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Wow! Ini tulisan beberapa tahun silam yang bertengger di rak draft. Mari kita terbitkan pemirsah! Meskipun ini tulisan belum selesai dan saya bingung mau nyeleseiannya kaya gimana 😂😂😂

Kenapa bingung? Soalnya kegalauan saya nya udah lewat ... udah ga jaman galau-galau gegara kisah orang mah wkwkwkwk. Karena hakikatnya hidup kita kan buat Allah ... jadi ya mending pikirin pertanggungjawaban kita kelak dihadapanNya ketimbang mikirin capaian yang ga tercapai terutama dalam mendidik anak. Apalagi sibuk ngebanding-bandingin sama anak orang lain huhuhu. Itu saya banget dulu. Hiks 😔

Memang hal-hal terkait parenting itu rawan pertikaian ya. Sensitifitas gampang terpancing. Ngeliat anak orang udah bisa ini, waaaah langsung iri. Pengen juga kaya gitu. Ngeliat anak orang udah bisa itu, makin aja kaya cacing kepanasan 😅

Ditambah, ternyata perkembangan anak kita tergolong lambat dari anak seusia nya. Makin ajaaaa kebakaran kerudung lah kita (saya sih).  Bukan nya kita evaluasi diri malah sibuk merutuki kekurangan diri tanpa perbaikan berarti.

Ya ya ya ... saya akui. Memang begitulah saya dulu dan sekarang masih belajar. Yang penting saya mau belajar dan mengakui kekurangan. #elusdada

Alhamdulillah, perluasan pergaulan itu memang penting ya bikin kita melek. Jadi kalo melek, in sya allah biasanya minim galau. At least jadi lebih bijak lah ya menyikapi hal-hal kontroversi terutama terkait parenting. Jadi bisa lebih selow 😆

Selama menanam nilai-nilai kebaikan diiringi doa teruntuk anak-anak kita, in sya Allah kelak kita pun akan menuai nilai-nilai baik dari anak-anak kita. In sya Allah. Jadi punya anak itu tak sekedar dibangga kemampuan nya, tapi lebih dijaga tatkala merawat dan mendidiknya karena hakikatnya anak adalah amanah dari Sang Pencipta. 

Buat apa kita berbangga karena Allah lah yang sudah menuliskan semua jalan terbaik untuk anak kita. Apakah saat ini kita diuji dengan kemudahan dalam mendidik dan membesarkannya, atau diuji dengan keterlambatan perkembangan atau lain sebagainya, semuanya adalah garis takdir dariNya. Manusiawi memang jika kita berbesar hati atau sedih dan terpuruk untuk setiap situasi yang kita dapati.

Mengembalikan segala urusan kepada Allah akan menjadi solusi yang berenergi dalam setiap ikhtiar kita.

Semoga kita dikuatkan Allah ta'ala menghadapi segala ujian hidup dari Nya. Aamiin ...


Jalan Menuju Surga atau Jalan Menuju Allah?

Kamis, 06 Desember 2018

Siapa sih yang ga mau masuk surga? Kalo ditanya setiap manusia, pasti semua menjawab ingin masuk surga. Tak peduli dia seorang muslim atau non muslim, orang baik atau tersesat, anak kecil atau dewasa, semua pasti mau masuk surga. Atau mungkin beda istilah lah ya untuk beberapa golongan yang meyakini sejenis kehidupan setelah kematian. Prinsipnya sih, setiap manusia mengidamkan kehidupan yang jauuuuuuh lebih baik dan indah dibanding kehidupannya sekarang setelah kematiannya.

Konteksnya bagi saya dan teman-teman muslim, kehidupan indah lagi baik setelah kematian ya adanya di surga. Jadi pastilah setiap kita mau mengusahakan jalan menuju kesana.

Disclaimer dulu ya sebelum membaca lebih jauh ... bahwa tulisan ini tidak akan berbicara dalil ataupun hal yang bereferensi. Karena ini adalah tulisan pribadi sebagai refleksi diri. Yang mau lanjut baca mangga ... yang tersesat karena berharap ada referensi disini, mangga Googling lagi bener-bener hehehe.

Bukan ga mau cantumin dalil, cuma belum siap aja kalo ada yang ngajak diskusi karena bukan kapasitas saya bahas beginian hehehe. Saya hanyalah manusia yang tengah menikmati renungan dan meresapi hidup biar jadi insan yang lebih baik. 😆

Balik lagi soalan jalan menuju surga. Kenapa saya tiba-tiba pengen nulis tentang ini. Padahal sadar bukan kapasitas diri untuk menuliskan kajian kejiwaan kaya gini. Tapi ya tapi ... saya hanya ingin berbagi sisi pandang saya, atau katakanlah curahan hati saya yang mungkin juga sedang dirasakan oleh orang lain. Dimana saya sangat sangat sangat mendamba kehidupan yang indah setelah kematian.

Disela perenungan soal diri yang masih sering lalai ini ... ditengah diskusi nurani yang masih sering mengkomolain diri, tetiba suami membuka ruang dialog semacam muhasabah dipenghujung hari dengan saya tadi malam. Soalan apa? Soalan bagaimana caranya menggapai jalan menuju Allah. Ya menuju Allah! Bukan menuju surga.

Hmmmm saya pun memilih mengikuti bahasan suami dan terdiam lalu terdiam dan terhenti nulis tulisan yang tadinya mau saya posting di Instagram story. Bisa bayangin ga reka adegannya? Saya tercengo dengan HP di tangan dan lagi asik ketik-ketik trus tertohok setelah mendengar hal yang bikin tersindir. Untungnya ga pake adegan HP terjatuh dari genggaman 😂

Drama banget sih 😅. Tapi memang aslinya begitu. Gimana ga berhenti nulis coba. Karena tanpa sengaja dan saya yakin ini adalah skenario Allah, poin pertama tentang jalan menuju Allah yang dibahas suami adalah dengan ikhlas melakukan amalan ibadah.

Trus lidah saya spontan bertanya dan tentunya Allah yang gerakin kan ...

"Tau ikhlas nya darimana?"

"Macem-macem. Kalo dari buku yang tadi dibahas di halaqohan bisa dari perasaan takut akan popularitas".

Saya pun 'deg!!!' dan nyengir kikuk 😅.

Di jaman media sosial dimana aneka pekerjaan baru bermunculan dengan memanfaatkan media tersebut, popularitas adalah sebuah hal yang dicari dan diincar, termasuk oleh saya, seorang blogger yang masih mencari jati diri 😆

Bagi teman-teman yang mengikuti perjalanan blog saya (tapi kayanya saya belum punya pelanggan setia deh hahaha), tentunya tau gimana blog ini bermula dan akhirnya ingin dibawa kemana. Ya! Saya ingin menjadikan blog ini sebagai side job saya. Dan salah satu caranya ya dengan terus eksis di dunia maya. Semakin eksis makin popular kan?

Hmmmm ...

Memang tidak salah dengan popularitas yang di dapat, yang salah kan perihal niat ya. Nah iya ngomongnya enak, prakteknya??? 😅

Ada beberapa tulisan saya sebenernya yang kalo dibaca bakal kelihatan kegalauan saya tentang pemanfaatan media sosial ini. Banyak faktor yang membuat saya maju mundur buat eksis di setiap akun media sosial saya. Makanya saya sempat hengkang dari Facebook dan cuma aktif di satu akun yaitu Instagram. Eh di Instagram beda lagi cobaannya.

Baca juga: Apa Sosial Media Pilihanmu?

Sebut saja salah satu faktor kegalauan tersebut ketika saya masih bergulat resah tentang aktivitas like, comment dan share yang bahkan sampe ada yang beli like atau beli follower (ini kasus di Instagram ya). Jujur, sungguh patokan pabanyak-pabanyak like, comment dan share ini mengganggu nurani saya hahaha. Bisa dikatakan saya jadi suka salah niat buat sekedar posting doank. Mau hengkang dari IG juga gitu?

Yaaah dimana-mana, ibarat kehidupan lah, dunia maya juga punya aneka sisi baik positif atau negatif. Jadi ya gimana kitanya kan ya ... mau ambil sisi positifnya atau sibuk musingin sisi negatifnya? Lha hama mah ada aja. Mau fokus ke hamanya doank trus malah jadi lupa ke ladangnya? Ga juga kaaaan ...

Alhamdulillah setelah berkali-kali menempa diri agar tidak terpengaruh hal-hal negatif dari media sosial apapun itu jenis aplikasinya, saya pun terjun kembali ke Facebook (baru berapa hari sih hahaha)

Sekarang alhamdulillah ibaratnya media sosial sudah saya genggam di tangan bukan di hati. Biar apa? Biar apapun tanggapan netizen ga dimasukin hati dan bisa lebih bernilai positif karena kita nerimanya dengan positif juga.

Jadi dulu media sosial kamu genggam di hati? Hmmm bisa jadi iya sih. Makanya mungkin baperan wkwkwkwk (untuk satu atau dua topik doank sih saya baperannya #ngeles)

Kenapa saya bisa sampe segitunya sih? Lha posting mah ya posting aja. Kenapa harus mikirin soal like, comment dan share sih??? Atau soalan jumlah follower misalnya kalo di Instagram.

Ini dia! Kenapa pas suami bilang salah satu cara menempuh jalan menuju Allah dengan mengikhlaskan diri dalam melakukan amalan ibadah indikasinya takut popularitas saya terdiam, ya karena untuk menjadi blogger 'berbayar' at least saya harus konsisten eksis dan popular. Kalo ga? Gimana saya mau dibidik sebagai blogger worker untuk sebuah product review dan lain-lain? Jadilah saya kalo nulis bener-bener pengennya di apresiasi dengan viewer yang bikin hati gembira. Atau dengan statistik blog yang bagus.

Niat lurus mana niat lurus ... hehehe

Popularitas jaman media sosial ini memang ga harus sepopular artis ya. Cukup dengan tulisan kita banyak pembacanya, blog kita tampil di laman pertama mesin pencari sejenis Google, konsisten nulis konten positif dan informatif, biasanya reviewer seeker bakal nawarin job. Masalahnya, biar blog dikenal ya kita kudu promo kan. Nah sebagai awam yang tadinya nulis buat pribadi dan sekarang nulis ada tujuan lain, adalah saya berada di titik adaptasi.

Kaya orang miskin mendadak kaya, titik adaptasinya biasanya kan malah jadi boros. Nah kalo saya dari blog yang pembaca nya cuma satu dua biji pembaca jadi ratusan bahkan ribuan pembaca untuk satu blog post, saya mendadak jadi disorientasi kalo nulis. Tadinya nulis ya nulis aja ga peduli statistik blog, sekarang tiap habis nulis sibuuuuuk aja ngecek statistik 😁😂😅😆

Tulisan mendadak banyak yang baca aja bisa bikin saya pongah. Trus kalo tulisan sepi pengunjung bisa bikin jadi males nulis. Sedangkan dalam bekerja dan berkarya, niat juga harus tetep dijaga kan ya. Jadi jangan ujug-ujug pengen popular nya doank malah jadi lupa menghargai proses. (Tunjuk diri sendiri!!!)

Konsepnya ...

Janganlah mengejar popularitas, tapi jika popularitas menghampiri, janganlah lupa diri  dan tetaplah takut akannya

Artinya, ketika saya ingin blog ini suatu saat popular dan saya jadi ketiban banyak job karena menulis blog, tetaplah merendah dan takut dengan popularitas yang ada. Agar kita ga lupa diri dan ga lupa siapa sih dibalik semua ini melainkan Allah???

Jadi? Tetaplah menulis apapun itu asalkan bermuatan positif dan informatif. Baik berupa pengalaman, pengetahuan atau bahkan sekedar opini atau curhatan pribadi. (Tunjuk diri sendiri lagi!!! 😆😆)

Ini baru satu poin dari 13 poin gimana menempuh jalan menuju Allah yang diambil dari bukunya Yusuf Al Qaradawi. Pengen bahas semuanya biar blog ini ada ruh spiritualitasnya. Hehehe ... Jadi kalo suatu saat saya rada lupa, bisa diingetin lagi sama tulisan sendiri.

Curiganya kalo bahas 12 poin sisanya, bakal bikin diri ini semakin pengen menjerit "Ya allah ..." lalu istighfar ... 😔😔😔

Udah sih itu aja renungan saya sebagai blogger amatir yang masih bermimpi punya side job lewat ngeblog. Semoga Allah sampaikan dan ijabah. Jikapun tidak lewat ngeblog, barangkali ada cara lain dari Allah untuk menjadikan saya berdaya dan berkarya agar jadi manusia yang bermanfaat. In sya Allah aamiin ...


Columbus, 5 Desember 2018

Hujan Politik

Senin, 03 Desember 2018
INDONESIAKU
Akhir tahun 2018 mendekati 2019. Setelah berselancar kembali di Facebook, wow! Lagi hujan politik di Indonesia. Tapi tenang! Saya tidak akan berbicara pilihan politik saya. Saya hanya ingin berbincang dengan pikiran sendiri perihal politik ini.

Beberapa tahun silam, seorang teman yang saat itu terlibat bincang ringan dengan saya mengungkapkan bahwa dia adalah tipe orang yang menjadikan pilihan politik masuk ke ranah privasi dia. Artinya, dia tidak akan membahasnya dalam keseharian dengan orang-orang asing, seperti mendiskusikannya di media sosial. Sedangkan saya? Kala itu saya adalah tipe yang senang mengkampanyekan pilihan politik saya, termasuk di media sosial. Meskipun saya tetap menjaga dan menghormati pilihan politik teman saya.

Seiring berjalannya waktu. Media sosial kemudian menjelma jadi sebuah ruang sosial baru di era digital. Hal ini membuat saya perlahan menarik diri dan memilih bersikap seperti halnya teman saya tadi. Bukan karena saya menjadikan politik sebagai ranah privasi saya, tapi semata-mata untuk menjaga sebuah hubungan baik yang pernah ada di lingkaran pertemanan saya.

Tentunya teman-teman pembaca sudah sangat paham dengan menjaga hubungan yang saya maksud. Ya! Saat ini perbedaan politik bisa jadi bumerang untuk hancurnya sebuah kekerabatan atau persaudaraan yang pernah terjalin. Padahal dari jaman dahulu kala, kita sudah sangat terbiasa kan dengan perbedaan yang ada. 

Tapi memang perbedaan pilihan politik tampaknya menjadi hal baru di Indonesia mengingat lebih dari 30 tahun pilihan politik masyarakat diarahkan sedemikian rupa oleh penguasa yang bertahta. Jadi ya barangkali geliat perpolitikan di Indonesia tengah memasuki babak menikmati kebebasan yang sesungguhnya. Sehingga yang dulunya pada bungkam, sekarang berteriak lantang. 😁

Bahasa Sundanya 'Pakekeuh kekeuh' kali ya 😅 ... alias ngotot-ngototan kalo pilihan dia yang paling bagus. 

Dua kubu saat ini sudah terbentuk. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengunggulkan pilihan masing-masing. Ada beberapa yang pakekeuh kekeuh tea ... Dan tentu, saya sebagai penonton sangat menghargai segala upaya dari setiap kubu. Dan mencoba lapang hati jika ada yang kekeuh maksa pilihannya yang paling oke ke saya. Hehehe

Saya merasa agak aneh dengan cara kampanye jaman sekarang yang terkesan rada kurang elite dengan memunculkan gebrakan semacam qkampret dan kecebong. Atuh apa ga ada gebrakan lain yang lebih positif? Apa sekarang politik itu tidak lagi elite? Hehehe (semoga ini hanya karena keterbatasan informasi saya saja. Mudah-mudahan kedua belah kubu punya gebrakan positif)

Tantangan era digital memang bikin nambah PR kita-kita. Eh tapi tantanganya agak sama sih. Dulu, kita hanya bergulat di ranah offline. Media berbicara sebagaimana penguasa yang saat itu bertahta. Tantangannya ya gimana menghadirkan informasi terpercaya ketika bersebrangan dengan penguasa. 

Sekarang? Keterampilan bermedia sosial dan memanfaatkan aplikasi gratis dari play store dan sejenisnya bener-bener dituntut agar ga nelen hoax mentah-mentah. Jadilah kita harus tumbuh dan mengasah diri menjadi pribadi yang lebih rajin, cerdas dan bijaksana. Biar apa? Biar ga kemakan tipu muslihat dari oknum-oknum timses ilegal (ini hanya istilah saya saja ya). Ya semisal kaya para buzzer penyebar konten negatif. 

Jadi dulu mah ngelawan pelintiran media mainstream, sekarang mah nambah kudu ngelawan buzzer. Makin pusing lah kita rakyat awam ini yak 😅😆

Tim sukses atau juru kampanye, pastilah akan menjalankan peran sesuai aturan. Namun di era digital, memelintir informasi sangat mudah dilakukan. Sedangkan orang rantau kaya saya, yang tidak paham kondisi real tentunya menggantungkan diri pada berita yang ada, baik di media mainstream ataupun melalui media sosial.

Pertanyaannya, seberapa valid info yang beredar dari media mainstream? Seberapa aktual kah info yang beredar di lingkaran pertemanan media sosial saya?

Nah nah nah ... benerkan kalo kita (saya aja lah mungkin ya) harus cerdas dan bijaksana. Dan satu lagi, tau diri 😅. Jangan terlalu banyak bicara (menulis status) jika tidak terlalu banyak membaca. 

Mengungkapkan pilihan dan preferensi pribadi tentulah tidak dilarang. Namun ketika merasa pilihan kita adalah yang terbaik, disitulah letak masalahnya. Jadi, sekarang saya masuk ke barisan penonton aja deh. Saya memilih menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menjalin silaturahim aja biar meminimalisir nulis yang kira-kira mendatangkan syak prasangka yang bisa berefek pada putusnya silaturahim.

Beda cerita kalo ntar saya jadi timses atau jurkam atau apalah ya di dunia politik. Tentu memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye dan pencerdasan perlu dilakukan. Hehehe

Tapi sampai saat ini, saya masih memilih jadi ibu rumah tangga yang sedang membangun usaha hehehe ... (usaha apa? Rahasia!😂)

Soalnya saya masih suka lieur ngomongin politik mah 😂😂😂

Sebagai penutup
Ya ... layaknya hujan ... kehadirannya akan dinanti tatkala kering ... dan dibenci saat terlalu sering. Hujan politik pun demikian ... disaat kita terlalu sering ngompol (ngobrol politik), ya bete juga. Tapi kalo ga, ya rindu juga. Kalo bukan dengan politik, bagaimana caranya kita bisa mewujudkan tatanan negara Indonesia yang baik, adil, damai dan sentosa? 

Karena politik adalah jalan. Tak ada yang salah dengan nya. Seperti halnya hujan yang menjadi jalan kehidupan. Politik pun menjadi jalan kebaikan jika yang memperjuangkannya adalah orang-orang yang merindu kebaikan.

Jadi ya ... sesekali ngobrol ringan soal politik kaya gini di Blog ini ga papa lah yaaaa ...

Mau kamu di kubu 1 atau 2 ... selagi niat hati untuk kebaikan Indonesia, maka teruslah berjuang! Dengan cara yang baik, elegan, cerdas, dan penuh nilai positif. Agar politik bisa menghasilkan elite politik yang bermartabat. Karena timses dan jurkam nya elite dan bermartabat juga 😊 (aku berasa penasehat gini 😆 ... padahal ga ada yang minta nasehat yak ... ya ga papa lah ... kan ini harapan saya sebagai mamah muda😎)

Demikian saja dari saya yang penuh alfa dan tak tau apa-apa ini. Salam damai untuk Indonesiaku!

Columbus, 2 Desember 2018

Tentang Perhatian

Minggu, 02 Desember 2018

Hai teman-teman ... kali ini saya mau nulis barbar (lagi) setelah beberapa bulan lalu sempet nulis barbar juga.

Sejujurnya kemampuan saya curhat di blog sudah memudar dan hanya menyisakan secuil persen saja yang biasanya suka muncul dipostingan saya yang ceritanya (sok) informatif. Nah sekarang, saya 100% curhat ya (entahlah akan jadi curhat atau ga). Pokoknya tulisan ini ketika ditulis, ga punya tujuan yang jelas selain hanya sekedar ngungkapin isi hati.

Okeh. Mulai ya ...

Teman-teman pernah ga sih merasa risih dengan 'perhatian' yang diberikan kerabat, rekan  sejawat? Baik perhatian dalam bentuk nasehat, saran ataupun masukan. Ternyata perhatian ini ada banyak jenis nya ya. Dan tak jarang aneka jenis perhatian ini malah bikin kita kesel bin ngedumel hehehe

Kamu perhatian apa ikut campur???
Ada jenis perhatian yang mana orang yang yang berada di luar masalah lebih gatel buat nyelesein masalah dari orang yang bermasalah (belibet dah). Nah saya pernah jadi manusia kaya gini nih 😅 Sampe sekarang masih belajar meminimilisir. Manusia macam apa emang?

Manusia yang tingkat kepeduliannya tinggi sehingga dia merasa amat sangat perlu menyelesaikan sebuah permasalahan yang menimpa kenalannya. Apakah itu keluarganya, temannya atau tetangganya meskipun permasalahan itu tidak ada kaitannya dengan dirinya. Bahasa kerennya overlapping.

Saya dulu berfikir bahwasanya kepribadian yang demikian itu ga masalah. Lha wong itu wujud sayang saya. Semisal nih ya. Ada 2 orang teman yang saya kenal berselisih dan sudah berbulan-bulan tidak saling tegur sapa. Saya sontak "wah ini ga bisa dibiarin. Lebih dari 3 hari ga teguran aja amalan kita jd ditolak. Ini udah sebulan. Apaaaah!!!!???". Seketika itu juga saya langsung bertindak untuk mempersatukan 2 insan yang bertikai ini. Dengan maksud agar mereka tidak terjerat dosa (mulia sekali kaaaaaan ... 🙄)

Trus gimana? Bersatu ga yang bertikai tadi? Ya karena waktu itu saya senior di asrama jaman ngampus, ya alhamdulillah bersatu dengan perang dingin sih hahaha.

Ditilik-tilik dan dievaluasi, seharusnya saya hadirkan kenyamanan sebagai jembatan pemersatu 2 insan yang bertikai ini. Alih-alih menggunakan cara-cara yang mengutamakan kenyamanan, sayanya malah overreactive dan jatuh pada titik overlapping tadi. Boro-boro masalah selesai yang ada malah bikin ga nyaman 😅 (jadi masalah mereka selesai hanya karena segan ke saya. Tapi aslinya mereka masih perang dingin tadi😅😂)

Itu contoh satu.

Faktor X nya kenapa saya begitu? Karena saya terbiasa problem solving jenis begitu di asrama tempat saya tinggal jaman kuliah dulu. Nyelesein masalah pake kekuasaan (dalam hal ini senioritas).

Kalo dibawa ke lingkungan saya yang sekarang? Sungguh cara anak asrama itu sangat tidak cocok 😂

Perhatian apa pengen gue pusing???
Trus jenis perhatian berikutnya. Minta tolong orang ketiga buat nyampein. Dan saya pernah punya cerita agak ... katakanlah menarik.

Jadi saat hamil, saya dan seorang teman yang hamil juga mengkonsumsi obat antimual yang (ternyata) masih kontroversi pemakaiannya untuk ibu hamil. Disaat saya masih mengkonsumsi obat tersebut dengan dosis yang lebih tinggi dari teman saya ini, ada seorang teman yang minta tolong bilangin ke teman saya yang hamil untuk tidak meminum obat itu karena bla bla bla yang bikin saya ngeri 😥

Trus saya jadi bingung kan ya. Lha saya aja masih minum. Dan kebetulan memang, saat itu teman saya yang hamil ini, janinnya didiagnosa sebuah penyakit. Tapi dokter bilang penyakit ini belum ditemukan faktor penyebabnya. Trus saya harus bilang apa ke teman saya ini? Karena ada hati yang harus dijaga. Dan saya juga harus gimana ke diri sendiri yang kalo berhenti minum obat itu saya bisa pingsan menggigil. Trus siapa donk yang urus urusan domestik rumah tangga saya...??? Bismillah ... Allah yang ngatur semua ...

Dari pengalaman inilah saya belajar pentingnya membangun kedekatan personal dengan orang yang ingin kita berikan perhatian. Sehingga perhatian yang kita maksudkan baik, tidak malah menambah beban masalah orang yang kita berikan perhatian.

Kadang kita suka merasa paling benar dan serba tau karena pengalaman yang kita punya. Tapi kita juga sering lupa bahwa perjalanan hidup seseorang itu sudah diatur sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa. Karena ketidaktahuan pun (anggaplah benar penyakit anak teman saya ini akibat dari efek samping si obat), akan menjadi sebuah amalan pemberat timbangan kebaikan kita untuk menuju surgaNya. Esensi hidup kita kan untuk akhirat kan??

Tau atau tidak tau terhadap sesuatu juga kan gimana Allah yang menggerakkan. Tugas kita ya meminta yang terbaik semoga Allah selalu lindungi kita dan kasih jalan keluar atas ujian yang menimpa. Sepanjang hidup kita.

Jika memang ingin memberikan perhatian karena wujud sayang, coba tanyakan apa  hal yang benar-benar dibutuhkannya selain informasi terkait efek samping obat tersebut. Jika memang obat itu tidak baik, hal apa kira-kira yang bisa kita berikan agar teman kita ini tidak mengkonsumsi lagi obat tersebut. Itu misal.

Yah begitulah. Kadang saya suka bingung menyikapi perhatian macam begini. Menyarankan untuk tidak ini itu tapi tidak memberikan solusi konkrit. Dan juga tak menanyakan atau melihat langsung ketika si obat tak diminum saya atau teman saya ini akan kaya gimana 😅

Dan masih banyak contoh lain yang jadi perenungan juga buat saya. Apakah perhatian jenis ini mengganggu atau justru perlu?

Jujur, saya merasa jadi mayat hidup ketika hamil dan tidak di dopping obat tersebut. Kelam (duh bahasanya puitus). Hanya dikasur dan kamar mandi. Anak-anak dan suami ga keurus. Rumah kacau. Dapur tak berasap. Keuangan jadi cekak karena selalu beli makanan jadi di luar.

Andai saja mereka tau, rasa-rasanya perhatian yang saya butuhkan bukan saran atau larangan, tapi berupa kiriman makanan.

Nah itu kan pemikiran saya. Gimana saya pengen diperlakukan. Dan memang kita pada akhirnya hanya bisa memperlakukan orang lain sebagaimana yang kita paham aja. Dan bentuk perhatian teman saya yang melarang minum obat tadi ya juga ga salah. Hanya saja untuk kasus ini karena saya jadi pihak ketiga yang tau info terhadap apa yang teman saya alami dan juga saya juga mengalaminya, benar-benar bikin saya bingung.

Mau dikasih tau juga efek sampingnya, lha waktu itu teman saya janinnya sudah didiagnosa. Trus gimana? Malah bukannya bikin dia jadi down ya kalo tau si obat adalah penyebab bayinya sakit?

Dan saya pribadi juga akhirnya dibayang-bayangi info tersebut tanpa memperoleh bantuan yang berarti. Bahkan ketika dirawat di rumah sakit pun saya ga dibesuk hahahaha (karena mungkin dianggap sakit hamil biasa 😆). Atau ga usah besuk lah ya ... kirimin makanan atau apa kek wkwkwk (ngarep) 👉 curhat tingkat tinggi wkwkwkwkwk

Ga denk saya becanda. Ya ini kan curhatan. Saya juga menyadari seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Bahwa setiap orang punya caranya sendiri dalam memberikan perhatian. Barangkali ada doa-doa terucap yang tak pernah kita ketahui. Dan tentunya ini lebih kita butuhkan kan dari sekedar kiriman makanan 😆😆😂😂

Yang penting selama itu adalah perhatian, maka hargailah. Karena pada dasarnya, awal mula seseorang perhatian itu ya karena peduli dan sayang. Ga mau kita ketimpa derita ... dan hal buruk lainnya. Meskipun kadang bikin kita jadi ga enak hati dan pikiran. Husnudzonin aja ... (pesan untuk diri sendiri). Karena apa-apa yang kita dengar dan alami, semua nya ... terjadi atas kehendak Allah ta'ala. Dan pasti ada tujuan atau sesuatu dibalik itu semua. Apakah karena Allah ingin kita lebih tegar, hati-hati atau lebih rajin belajar misalnya karena aneka jenis perhatian yang kita peroleh dari orang-orang sekitar.

Ayo kita belajar berbaik sangka 😉

Sebarkan hal positif!!! 😎😎😎

Dan saya lagi belajar 😆

Mohon maaf untuk semua pihak yang pernah saya suudzonin ... ku lagi perbaiki diri ... di bengkel pribadi hehehe

Columbus, 2 Desember 2018

Zaynab's Birth Story

Minggu, 04 November 2018
Okeh! Mengisi waktu pasca lahiran saya mau nulis blog ajah! Lho? Kan biasanya baru punya baby malah jadi sibuks ya?

Jawabannya ada di blogpost ini in Sya Allah ... 😆


Kelahiran, kematian, rezeki, jodoh. Satu persatu saya mulai memahami hakikatnya. Mulai lebiiiih mendalami maknanya. Tak sekedar sebuah catatan takdir yang sudah tertulis di lauhul mahfudz, tapi lebih. Yang saya belum bisa membahasakannya dengan baik dan benar. Hmmm ... seperti ada rasa-rasa yang muncul di relung hati saya dan menyibukkan pikiran untuk berpikir sebuah hikmah yang dirasa.

Baca Juga: Spion Kematian

Hmmm ... beginilah kalo hati sedang banyak merenung. Mau ngomong apa suka pabaletot dan cerita yang hendak dibagi seakan berebut minta didahulukan untuk diceritakan. Duh bahasanya jadi baku gini yak saya 😅

Jadi, di negeri rantau bernama Columbus ini, ada dua orang istri mahasiswa Indonesia lainnya yang sama kaya saya, yaitu hamil dan lahiran  disini. Dan masing-masing kami, qadarullah diberi ujian olehNya ... Hal inilah yang membuat saya berpikir keras akan sebuah takdir yang secara kasat mata manusia tentu tidak ada satupun dari kita ingin diuji melalui kondisi kesehatan bayi yang kurang baik. Tapi rangkaian cerita demi cerita yang saya dan 2 orang teman saya ini menggiring saya pada sebuah pemaknaan hidup. Dimana kita hanyalah seorang hamba, yang bertugas menjalankan amanah takdir dariNya.

Baca Juga: Hyperthyroid dan Low Potassium Saat Hamil

Baik. Kita mulai saja bercerita tentang Birth Story dari seorang insan bernama Zaynab Mikayla Alkhansa. Anak ketiga saya dan suami, amanah baru dari Allah dan adik baru dari kakak kembar, Abang Zaid dan Uda Ziad.


Kehadiran Zaynab memang ditunggu-tunggu. Cukup berbeda dengan kehadiran Zaid dan Ziad yang notabene 'terkesan mendadak'. Setelah setahun lebih menyampaikan keinginan untuk menambah momongan kepada suami, akhirnya awal tahun 2018 suami pun sepakat untuk tambah momongan.

Belajar dari penglaman kehamilan dan kelahiran ZaZi, saya dan suami memang sepakat, jika ingin menambah momongan harus benar-benar dalam kondisi 'sadar'. Sadar dalam artian, memiliki kesiapan pribadi tanpa intervensi pihak luar, semisal karena 'termotivasi' teman-teman yang sudah pada nambah momongan dan sejenisnya.

Baca Juga: Birth story si Kembar!

Selain itu, kami juga sepakat bahwa program hamil tak hanya urusan wanita yang akan mengandung dan melahirkan saja melainkan urusan berdua. Suami dan istri. Biar apa? Biar tanggungjawab ketika menjalani prosesnya lebih berasa sehingga saling support pun terbina. (Duh bahasa akoh kok jadi resmi begeneh 🤒).

Singkat cerita yang bakal panjang ini😆, kami pun memogramkan kehamilan kedua untuk anak ketiga kami. Dan alhamdulillah rencana pemograman ini diijabah dan direstui Allah ta'ala.

Baca Juga: Berencana Hamil Kedua? Barangkali ini Yang Akan Kamu rasakan

Perjalanan pun dimulai dengan cukup berliku rupanya. Kehamilan kedua yang sudah terlihat hamil tunggal (bukan hamil kembar lagi) di pekan ke 12 ini ternyata lebih berat dari hamil ZaZi. Alhamdulillah layanan kesehatan membantu saya untuk bisa beraktifitas normal dengan bantuan obat-obatan yang diresepkan dokter. Bismillah. Hanya itu cara saya menangkis kekhawatiran demi kekhawatiran dalam mengkonsumsi lebih dari 5 jenis obat ini.

Baca Juga: Serba Serbi Hamil Kembar

Memasuki trimester ketiga, perjalanan menuju kelahiran makin dekat. Pertemuan dengan health provider saya pada week 38 5 hari ini membuat saya agak sedikit deg-degan. Kenapa? Karena belum ada ciri-ciri serviks terbuka. Dan jika tidak ada perkembangan hingga week 40, maka saya dijadwalkan untuk diinduksi.

Trus kenapa deg-degan? Induksi kan biasa. Entahlah. Saat itu saya hanya ingin mengusahakan induksi alami karena saat lahiran ZaZi saya diinduksi setelah bedrest satu minggu pasca ketuban pecah dini (KPD).

Akhirnya saya pun melakukan berbagai macam usaha yang terkesan mepet ini. Kenapa mepet? Karena seharusnya usaha ini sudah bisa dilakukan  sejak pekan ke 32 atau bahkan 28. Tapi karena saya memiliki riwayat lahiran prematur, sehingga health provider tidak menyarankan hingga memasuki week 36.

Masuk week 36 saya masih nyantai dan malesan, jadinya saya cuma jalan pagi satu kali doank. Nah, di week 37 hari ke 5, saya mual muntah hebat. Padahal masih minum obat. Setelahnya saya kontraksi ringan. Rasa sakitnya sama kaya kontraksi saat mau lahiran ZaZi pasca KPD, dua hari merasakan hal kaya gini dan kondisi ngedrop, saya hubungi health provider saya  untuk minta saran. Dan sarannya, jika saya masih merasakan hal yang sama, segera ke Labor and Delivery Rumah Sakit kampus.

Tapi saya memutuskan untuk menangani sendiri dulu. Kalo bener-bener KO, baru deh ke Rumah Sakit. Alhamdulillah saya bertahan dengan optimis bahwa sudah ada ciri-ciri bukaan saat jadwal appointment di UK 38w 5d, yang jatuh pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2018.

Baca Juga: Gimana Sih Rasanya Hamil

Sesampai di klinik OB/GYN, ternyata saya belum ada bukaan sama sekali 😅. Ada sih. Tapi keciiiiiiiiiil banget katanya. Yowes saya pulang dengan membawa kesimpulan bahwa kontraksi teratur kemaren termasuk jenis Braxton Hicks alias kontraksi palsu.

Satu-satunya foto di ruang periksa
Klinik OB/GYN kampus OSU UK 38w 5d

Tau di PHP in, saya pun membulatkan tekad buat menyempurnakan ikhtiar 💪💪. Sehingga saya melakukan berbagai macam usaha. Apa aja usaha untuk memperoleh induksi alami yang saya lakukan?

1. Jalan pagi. Yang biasanya cuma 20 menit saya tingkatkan ekstrim jadi 1 jam.
2. Main gym atau birth ball dengan gerakan lompat-lompat duduk (duh apa ya namanya) dan goyang inul 😆😅
3. Butterfly style yoga dan squad position sesering, selama dan sekuat yang saya bisa. Kadang sambil jalan belanja juga saya lakuin gerakan squad 😂😂😂
4. Makan nanas
5. Kunjungan dinas 😅😅 (ngerti kan???)

5 usaha ini saya lakukan satu persatu sesuai urutan pasca balik dari klinik yang hari Selasa itu. Jadi tadinya kirain jalan pagi doank cukup. Eh engga. Yowes pinjem gymball temen deh, biar bisa lompat ma goyang inul. Masih aja belum ada progres. Tambah deh ma gerakan yoga. Masih berasa ga ada kemajuan, akhirnya makan nanas. Masih belum? Yowes saya mintak kunjungan dinas sama si bapak 🙈😆

Jalan Pagi sambil belanja di farmer market

Dan cerita dimulai. (Udah sepanjang ini dan cerita baru dimulai 😂😂😂). Usaha yang saya lakukan dari hari Rabu membuahkan hasil. Tiga hari berselang, yaitu di hari Jum'at, saya flek. Ya Allah girangnya saya melihat tu darah 😂😅 yang padahal cuma kaya seutas benang. Artinya ciri-ciri lahiran semakin terpampang nyata.

Tapiiii ... meskipun demikian saya ga langsung ke RS. Saya coba pastiin lagi, masih ada darah atau ga. Eh masih ada. Dan ga banyak. Nah tapi karena saya ga memperoleh Maternity Tour, sejenis latihan teknik saat mau lahiran kemana dan ngapain aja kita di RS, dan saat itu hari Jum'at dan jam kerja sudah mau beres, saya dan suami memutuskan ke RS aja biar sekalian latihan kalo-kalo mau lahiran beneran. Jadi biar ga nyasar gitu di RS.

Sesampai di RS, setelah dipantau lebih kurang satu jam dengan alat deteksi kontraksi, kesimpulannya saya bukaan 1. Wow!!! Baru 1. 😂. Dan pernyataan dokter menggelikan saat itu, yang bikin saya malu pas dokter bilang flek itu gegara kunjungan dinas 🙈. Tapi ga papa. Yang penting udah ada bukaan. Lebih malu lagi ga ada bukaan, ngeflek doank trus ketahuan kunjungan dinas pula kan 😆😅

Exam Room dan masih bukaan 1 😁😅

Karena masih bukaan 1, yowes kita pulang. Sabtu keesokan harinya, saya lanjut lagi usaha-usaha tadi. Kecuali kunjungan dinas ga boleh lagi. Karena udah flek kaaaan. Artinya udah ciri lahiran. Dan saya resmi masuk fase nifas dan ga shalat lagi.

Hari Sabtu, 27 Oktober itu saya sebenernya udah pasrah. Jalan pagi ga bisa karena gerimis. Yowes saya ngegymball aja 30 menit. Abis tu saya masak rada banyak. Sop sama burcang. Eh burcangnya kebanyakan akhirnya bagi-bagi tetangga orang Indo ada 4 rumah. Tetep aja tu burcang masih nyisa coba 😂. Saya sendiri ga makan burcangnya sampe akhirnya beres lahiran baru deh saya makan. Alhamdulillah ga basi-cerita penting ini 😂😂. Karena saya penganut anti mubazir 😆 (kok malah cerita burcang siiiiiih 😂😆😅)

Masak udah ... beres-beres udah ... nyuci udah ... Pokoknya semua udah dah. Sampe kecapean dan jam 9 malam saya dah tidur.

Jam 1 malam saya mulai ngerasa kontraksi meningkat. Tahan sampe jam 3 dini hari baru bangunin suami. "Siap-siap!"saya bilang. Saya pun ngontak temen yang bakal direpotin buat nitipin ZaZi. Alhamdulillah rumah kita belahan tembok doank 😅, jadi bisa langsung ketok pintu cuma 5 langkah. Saya siap-siap. Suami sempet-sempetnya ngerjain deadline dulu (masya Allah Pak Topik ... lope lope gueh 😍😍😍).

Setelah yakin ready, tanpa mandi hanya sikat gigi karena saya takut jatoh pas mandi 😅 ... sehabis suami shalat subuh, anak-anak dibangunin dan masya Allah mereka responsif dan cekatan banget. Langsung bangun dan dianter Abinya ke sebelah. Tak lupa mereka cium tangan ma perut saya dulu sebagai rutinitas hari-hari kita kalo mau pisah. 😍😍😍 Alhamdulillah soleh terus ya nak nak umiiii ...

Bismillah ... ke rumah sakit. Agak deg-degan karena takut bukaan ga nambah trus disuruh pulang lagi. Tapi ya sudah. Coba saja. Toh sakitnya udah dahsyat dengan interval 3 menit. Kalo disuruh pulang lagi ... hmmmm ... saya berencana mau gerakan squad aja di lobby rumah sakit 😂😂 biar kalo bukaan nambah bisa langsung ke bagian labor and delivery 😆

Labor and Delivery Room

Sesuai prosedur disini. Jika bukaan masih diangka 4 kebawah, maka kita disarankan di rumah saja. Dan sesampai di RS, di examination room, kontraksi saya dan kondisi janin pun dipantau. Ahad, 28 Oktober 2018, jam 7.30 pagi masuk exam room. Jam 8.30 fiks bukaan 3 dengan level sakit di angka 8. Disuruh pulang lagi ga? Alhamdulillah engga. Karena konsistensi dan level sakitnya sudah menunjukkan ciri lahiran. Ditambah darah dan ketuban yang sudah bercampur rembes keluar. (Tapi kata suaki sebelum saya keliar exam room bukaan naik jadi bukaan 4. Saya ga ngeh nurse nya pas ngomong kayanya 😅)

Saya pun dipastikan lahiran hari ini oleh health provider. Sehingga ruangan dipindah dari exam room ke labor and delivery room. Hawa optimis pun tercium. Saya senyum-senyum ke suami. Dari dalam diri berucap syukur dan berharap semoga orang tua tau-taunya pas udah lahir aja. Biar ga khawatir dan cemas. Karena saya tau betul gimana orang tua saya, rasa khawatir dan cemas nya itu bikin saya .... jadi kurang tegar 😆😆. Makanya saya hanya kontak intens dengan kakak-kakak saya untuk lapor perkembangan.

Sesampai di labor and delivery room, saya diurus oleh seorang nurse. Namanya Laura. Orangnya lucu. Dan dia adalah salah satu orang yang berjasa dalam birth story ini. Jadi makanya saya sebutkan di awal cerita 😊.

Lagi nahan kontraksi
Foto diambil inisiatif Pak suami 😅

Pada awalnya Laura ini membuat saya tidak nyaman. Selain banyak ngomong, orangnya kaya lieur-an. Saya menyimpulkan diawal kayanya dia lagi ada problem. Saya ga terlalu ambil pusing. Meski tangan saya berhasil diciderai karena dia gagal nemuin vena saya buat infus. Lumayan sakitnya kaya berasa ada infusan nempel. Dipengambilan vena yang kedua, darah saya berceceran kemana-mana saat dia memasukan jarum infus ke tangan saya. Saya berusaha husnudzon ... in syaAllah semua akan baik-baik saja.

Memang setiap mau lahiran, momen zikrul maut paling tinggi. Saat ZaZi saya dulu sampe ninggalin pesan ke suami andai saja umur saya hanya sampe disini, tolong kaga anak-anak dan saya ridho suami nikah lagi 😅🙈. Lahiran yang sekarang saya coba lebih tenang. Lebih banyak diam ketimbang saat lahiran ZaZi. Kecemasan saya ga saya sampaikan ke suami. Kalaupun kontraksi lagi mereda, saya hanya cerita-cerita ringan dengan suami. Sesekali saya turun kasur untuk main gymball.

Gyn Ball yang terdapat di Labor and Deliver Room

Setelah menunggu lebih kurang 5 jam. Dan saat itu jarum menunjukkan pukul 2 kurang, rasa sakit kontraksi semakin ga bisa saya tolerir. Gymball pun hanya tergeletak indah. Posisi butterfly pun ga memberikan efek apa-apa. Level sakit yang saya rasakan sudah mencapai angka 10 dan saya hanya bisa meremas apapun yang bisa saya jangkau saat itu. Rasa sakitnya melebihi rasa sakit bukaan kumplit saat lahiran ZaZi. Dan saat dicek, bukaan berada di angka 5.

5 jam menunggu untuk 2 bukaan? Saya hanya pasrah. Berbeda dengan lahiran ZaZi disaat bidan bilang bukaan baru akan lengkap 4 jam paling cepat katanya. Terakhir diperiksa saya baru bukaan 4. Sedangkan saat itu saya merasa sudah sangat sangat sangat kesakitan dan rasa ingin mengeden muncul. Benar saja, sejam berselang bukaan sudah kumplit.

KEPASRAHAN TINGKAT TINGGI 

Kenapa lahiran Zaynab ini saya cuma pasrah? Karena saya terkalahkan oleh kecanggihan teknologi. Jika dulu saat ZaZi bidan dan dokter hanya menerka entah berdasarkan apa, sekarang alat lah yang berbicara. Lalu saya bisa apa selain pasrah? Belum lagi selang infus dan alat deteksi yang ditempel diperut membuat saya terbatas bergerak ketika ingin mengalihkan kontraksi dengan aneka gerakan yoga yang sudah diapalkan 😅.

Ditambah prosedur saat mau lahiran disini, kita tidak boleh lagi makan setelah berada di labor and delivery room. Dan saya hanya makan 1 suap nasi dengan sop saat di exam room pukul 8 pagi. Sedangkan energi sudah sangat terkuras setiap kali kontraksi datang. Minum cukup membantu menambah energi. Namun jika harus pipis terus menerus? Artinya saya harus bolak balik kamar mandi. Dan saya pun akhirnya membatasi air yang saya minum.

Health provider bergantian masuk silih berganti yang membuat saya agak sedikit terganggu. Saya hanya bisa merespon omongan mereka dengan anggukan, gelengan dan senyum atau wajah bingung. Mulai dari mahasiswa KOAS, OB/GYN yang  bertugas yang entah ada berapa orang trus orangnya beda-beda gitu, hingga ahli anastesi, satu-satunya health provider laki-laki.

AKHIRNYA EPIDURAL

Tawaran epidural pun terus menerus didengungkan, dimulai oleh Laura sang nurse, OB/GYN dan terkahir oleh si ahli anastesinya. Dan mereka saat itu menghargai keputusan saya untuk tidak epidural terutama karena melihat riwayat lahiran si kembar. Dan saya pun mengatakan akan mempertimbangkan epidural saat saya merasa butuh. Saat ini saya masih mau mencoba merasakan gelombang alami ini.

Bukan mau sok-sokan kuat. Pengalaman memperoleh kontraksi tanpa induksi ini membuat saya penasaran ingin melewatinya dengan alami. Saya penasaran ingin menikmati getaran cinta itu. Seperti apa sih gelombang yang dikaruniakan Allah bagi setiap ibu dalam detik-detik penantian pertemuan dengan buah hatinya itu. Sakit yang ditunggu-tunggu kalo kata saya.

Tapi ternyata pertahanan saya roboh. Disinilah saya merasa berada di titik terlemah dan terlemah saya. Meski telah mencoba untuk bertahan (berasa lirik lagu yaks 😅), tetap, saya kehabisan tenaga. Lantunan Al-Quran suaranya Al-Junaid mulai terdengar samar (apa dikecilin volumenya sama suami kali yak😂😂😂) Saya berasa mau pingsan setiap kali kontraksi datang yang intervalnya per 3 menit sekali. Saya mau epidural!

Akhirnya sekitar pukul 2.30an saya di epidural. Alhamdulillah sudah cari tau dulu apa itu epidural dan kita bakal digimanain. Jadi saya ga terlalu kaget. Karena epidural lumayan juga sakitnya pas punggung di tojos jarum atau apalah yang berasa sangat besar. Ngiluuuuuuuuu masya Allah. Jadi sakit saat proses epidural + sakit saat kontraksi datang berkolaborasi. Mantaaaaaaaaaaps syekaleeeeee masya Allah ... 😭😭😭😭.

Bagi yang belum tau epidural, bahasa sayanya, itu jenis tindakan anastesi alias biusan. Yang dimatikan organ bagian bawah saja. Mangga dicari tau lewat mbah Google aja yah. Saya cuma bisa kasih gambarannya demikian 😆.

Pasca epidural, alat deteksi kontraksi dan janin pun dicabut dan diganti dengan alat baru yang dimasukkan ke vagina. Tak lama berselang badan saya menggigil hebat. Padahal ketika diraba tubuh saya terasa hangat. Epidural yang tadinya saya harapkan bisa membantu saya menghemat energi dan beristirahat sebelum bukaan komplit, tergantikan dengan rasa menggigil dan tentunya itu sangat menguras energi.

Energi pun teralihkan. Boro-boro bisa beristirahat. Rasa sakit kontraksi memang berkurang seperti sakit saat saya bukaan 1. Tapi badan menggigil membuat otot-otot saya bekerja ekstra. Tau kan kalo kita menggigil gemeterannya itu bikin otot kaya menegang gitu lho. Dan health provider hanya bilang kalo ini efek perubahan hormon. Dan saya ga tau apa faktor pemicu hormon saya jadi berubah. Si epidural kah? Atau si alat pendeteksi kontraksi dan kondisi janin yang masuk ke vaginakah?

Saya hanya pasrah dan sebenarnya sudah mulai melemah.

ZAYNAB SEMPET 'HILANG' 😔

Entah jam berapa saat itu. Bukaan maju menjadi 8. Tiba semua provider masuk. Ruangan mendadak ramai. Saya pikir saat itu saya sudah bisa melahirkan. Ternyata bukan. Baby Zaynab ternyata ngedrop. Denyut jantungnya turun drastis dan saat itu saya tidak tau. Posisi saya pun diubah telungkup. Kebayang kan perut belendung dan saya telungkup alias tengkurep? Tapi karena bagian tubuh bawah saya sudah mati rasa, hanya bisa digerakkan sedikit saja, saya pun cuma bisa pasrah digelinding muter pake sejenis changing pads gitu. Berasa mayat hidup 😭😭

Setelah tengkurep, saya diminta nonggeng alias menahan badan dengan lutut. Coba dibayangkan pemirsah. Kaki mati rasa, badan gemeteran, trus kita disuruh nonggeng. Tanganlah titik tumpuan. Dibantu kepala yang pasrah miring ke kiri. Melirik sesekali ke atas namun tak mampu bertanya ke suami, apakah yang terjadi?

Pasrah ... benar-benar pasrah. Di hati hanya berdoa yang terbaik. Di hati saya hanya berusaha meyakinkan diri bahwa waktu terus berjalan dan semua ini in sya Allah akan berakhir indah.

Tak lama berselang, posisi saya kembali diubah normal, miring ke kiri atau senyaman saya. Para health provider yang tadi ramai tiba-tiba menghilang. Menyisakan kebingungan yang akhirnya terjawab dengan sendirinya saat suami bilang kalau tadi denyut jantung baby sempat  ngedrop. Hati pun langsung istighfar. Ya Allah ...

ALHAMDULILLAH BUKAAN 10

Sekitar pukul 3.30, pemeriksaan servik untuk kesekian kalinya dilakukan. Bukaan lengkap! Alhamdulillah ... girang saya ucap syukur. One step ahead. Bismillah.

Proses lahiran pun dimulai. Saya diizinkan mengedan setiap kontraksi datang. Dengan segenap semangat dan keyakinan saya pun mengedan berbekal ilmu yang telah dibekal. Lahir?

Belum. 😥

Satu jam setengah berlalu. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Health provider meminta saya untuk beristirahat. Cairan (atau apa ya saya kurang tau namanya) epidural entah berapa kali ditambah (bukan ditingkatin dosis ya). Badan pun masih menggigil tapi sudah tidak terlalu dahsyat. Saya cukup bisa tidur sekitar 5 menit. Nah ketika tubuh mulai berdamai, health provider datang silih berganti. Sehingga saya gagal istirahat.

SESAR??????

Tiba-tiba salah satu provider menghampiri saya. Menyampaikan bahwa jika tidak ada kemajuan saat mengedan, maka pilihan berikutnya adalah sesar. Deg! Allah ... saya hanya bisa pasrah. Saya pun menandatangani surat kesepakatan operasi. Tapi mereka tetap memberikan suntikan optimisme kepada saya bahwa kita akan coba satu kali lagi.

Kesempatan terakhir yang diberikan ini dibantu dengan alat tambahan, vakum.

3 orang OBGYN yang menindak saya menggunakan alat ini
Source: Google

Disinilah Laura berjasa sekali untuk saya. Saat provider menghilang dari ruangan, Laura bilang "Let's try without them. Pretend that we are doing exercise". Benar saja, mengedan yang hanya saya, suami, Laura dan satu mahasiswa KOAS ini jadi proses latihan yang paling bagus. Cara dan teknik mengedan yang saya lakukan lebih bagus dari yang sebelumnya. Bahkan Laura sudah melihat rambut tebal Zaynab.

Sayang. Saya memang benar-benar kehabisan tenaga. Dan sedikit ada rasa tidak percaya dengan pernyataan Laura. Masa iya anak saya berambut lebat. Ga ada deh riwayat di keluarga saya saat lahir berambut lebat. Kayanya dia menghibur saya deh biar semangat kaya halnya yang dulu dilakukan bidan saat saya lahiran ZaZi. Tapi ternyata Zaynab rambutnya memang lebat 😅

Maafin aku suudzon sama kamu Laura...

DRAMA PUN MEMASUKI KLIMAKS

Dan seolah membaca keraguan saya tentangnya. Laura mendadak bilang dan meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja dan saya akan segera bertemu dengan baby saya. Entah bagaimana urutannya. Yang pasti saat jam menunjukkan pukul 5 lebih, saya menangis sejadi-jadinya. Sesegukan. Dan membuat suami dan Laura khawatir.

Setelah memaksa saya untuk memberikan alasan atas tangisan saya, Laura pun meminta saya nelpon mama atau papa. Disinilah mulai release alias antiklimaks. Meski tadinya ingin memberikan kejutan ke mama dan papa berupa foto bayi, ternyata sang bayi menginginkan saya dan mama untuk saling berkomunikasi sebelum dia lahir ke dunia. Semacam tali kasih gitu lah 😂😅

Dan benar saja. Saya seperti batere HP yang baru dicas. Sumber energi seolah datang bertubi-tubi. Rasa ragu terhadap para health care team terutama Laura perlahan hilang. Ditambah kemunculan Dokter Lisa, leader dari health provider saya dan OB/GYN yang pernah periksa saya saat dulu cek bulanan (saya lupa namanya). Spontan saya langsung berucap "Nice to see you again" dan tersenyum tipis karena saking lemahnya saya (asli drama sinetron banget) sambil menggenggam erat tangannya. Entah kenapa dalam pandangan saya, dokter Lisa kaya jadi mirip mama 😆.

AKHIRNYA ...

Entah jam berapa saat itu. Ruangan kembali ramai. Semua bersiap. Dua orang OB/GYN muda dibawah pengawasan dokter Lisa berkostum serasa mau main paintball. Mereka menggunakan helmet bening pelindung wajah. Semua alat standby. Bukan! Bukan alat operasi. Tapi alat vakum.

Ada dua jenis vakum yang ditawarkan kepada saya. Saya hanya jawab gunakan yang terbaik menurut mereka saja. Saya kurang paham.

Setelah menunggu waktu kontraksi datang, semua standby. Saya pun bismillah meminta energi kepada yang Kuasa. Berbagai doa terucap di dalam hati penuh pasrah. Meski di depan sana meja operasi menunggu, ketenangan yang saya dambakan alhamdulillah Allah berikan. Muthmainah. Satu kata yang selalu saya panjatkan agar dikaruniakan kepada saya sejak UK 32. Masa dimana saya dirundung khawatir yang berlebihan terhadap rasa sakit saat melahirkan. Alhamdulillah saat persalinan Allah karuniakan rasa itu.

Kontraksi datang. Dalam hitungan ketiga saya diminta mengedan dalam 10 hitungan. Putus. Lalu mengedan lagi dalam sepuluh hitungan. Dan mengedan yang ketiga hati ini berteriak takbir. Ya! Mulut tak mampu lagi mengeluarkan kata sepatah pun, berbeda halnya saat lahiran ZaZi. Saya masih mampu bertakbir kencang di ruang persalinan.

Alhamdulillah, kolaborasi ikhtiar fisik, doa dan harapan yang mengangkasa dari orang-orang tercinta membuahkan hasil yang berujung tangis bahagia. Tak henti-hentinya saya memuja Allah dan menangis sejadi-jadinya. Bayi mungil itu tepat berada di dada saya. Masya Allah Masya Allah ... Allah ... Alhamdulillah.

Semua yang ada diruangan sahut menyahut mengucapkan selamat. Saya pun membalas dengan ucapan terimakasih yang bertubi-tubi. Laura datang mendekat. Saya pun memeluknya sambil menangis. Asli! Birth story Zaynab menjadi cerita hidup paling terdrama yang pernah saya alami. Dimana saya tak hanya menaruh rasa terhadap orang-orang terdekat namun juga terhadap orang asing yang baru saja saya temui.

Dokter Lisa? Ah dia memang misterius. Justru karena kemisteriusannya inilah saya terpesona. Saat cek kehamilan di klinik dokter Lisa hanya sekali saya temui. Itupun saat kondisi kehamilan saya memiliki indikasi di luar hal normal. Dan beliau masuk menemui saya sebagai kepala atau leader yang menangani saya sepanjang kehamilan hingga lahiran. Meyakinkan saya bahwa semua baik-baik saja.

Zaynab Mikayla Alkhansa. Perempuan soleh shahabiyah terbaik nabi, ibu dari 4 mujahid yang syahid, manusia yang menjadi utusan Allah dan menjalankan peran kekhalifahan.


Sungguh ... kehadiranmu ke dunia adalah rangkaian perjuangan demi perjuangan. Menyematkan banyak rangkaian hikmah yang barangkali tak diharap manusia. Namun bukankah tugas kita adalah menghamba. Menjalankan amanah tadir dariNya.

Dan proses kelahiranmu menjelaskan bahwa dirimu hadir ke dunia adalah untuk berjuang. Untuk menjemput takdir baik dari Allah, menuju jalan ke surga.

Semoga nama yang melekat padamu me jadi harapan dan doa yang terus terlantun hingga Allah mengijabahnya.

Selamat datang Zaynab ... saat tulisan ini di tulis ... Ya! Perjuangan kita masih berlanjut 😊. Semoga Allah mengizinkan kita merajut asa dan bahagia bersama ya nak ... Lekas sembuh ... dan pulang ke rumah. Berkumpul bersama Abang dan Uda. Kami sudah sangat rindu.

Columbus, 2 November 2018


Next Blogpost:

👉 Zaynab, Aspirasi mekonium dan Manajemen ASIP

On next story