MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Blog, Perempuan dan Peluang Penghasilan

Sabtu, 27 Januari 2018

Bagi yang tertarik dengan blog, dan penasaran dengan dunia perempuan serta ingin memiliki penghasilan lewat blog. Maka tulisan saya kali ini akan berkisah tentang tiga hal tersebut. Bukan sebagai sang ahli tapi sebagai praktisi. Katakanlah untuk merayakan perubahan domain saya dari www.putrihasma.blogspot.com ke www.merisaputri.com. Inilah pengalaman saya!

*** 
BLOG
Blog saat ini mulai menjadi alternatif buat para kaum perempuan untuk aktualisasi diri. Paling tidak, blog menjadi salah satu pilihan aktivitas yang dianggap paling bisa memfasilitasi kebutuhan perempuan. Sebut saja kebutuhan untuk mengeluarkan dua puluh ribu kata perhari seperti yang didengung-dengungkan sebuah artikel via broadcast di media sosial akhir-akhir ini.

Selain itu, blog sepertinya juga dianggap sebagai salah satu sarana yang paling tepat untuk menyampaikan opini ditengah kesibukan mengurus keluarga misalnya, atau ditengah kegelisahan melanda terhadap sebuah fenomena namun masih merasa malu atau kurang pantas untuk beropini. Entah karena status sosial baik ekonomi, usia ataupun budaya. 

SAYA DAN BLOG
Sebut saja saya. Seorang ibu muda (iya saya masih muda 😆✌) yang menjadikan blog sebagai salah satu 'tempat sampah' emosi pikiran saya yang masih kurang tertampung oleh suami (karena suami juga punya permasalahannya sendiri kan 😅😆) perihal tumbuh kembang anak.

Berdalih memiliki anak dua dan merasa beban hidup yang saya miliki adalah beban hidup paling berat sedunia (ini seriusan), saya pun mencari pelarian atas izin dan rekomendasi suami dengan ngeblog (ini melalui obrolan panjang nan rumit plus berurai air mata sambil menangis darah karena garuk-garuk tembok #krikkrikgaring).

AWAL MULA NGEBLOG
Tak terasa, memulai debut karir (eitdah padahal saya blogger abal-abal 😂😂😂) pada tahun 2014 akhir, 2018 awal eksistensi blog ini semakin dirasa meningkat ✌. Bukan. Bukan meningkat dari segi data statistik yang semakin meningkat atau tulisan yang dihasilkan berkualitas. Bukan! Sama sekali bukan wkwkwkw. Untuk hal tersebut saya masih harus terus belajar #rendahhatiadikini.

Meningkat yang saya maksudkan disini adalah meningkat dari segi konsistensi dalam menghasilkan tulisan dengan minimal 1150 kata per hari. Awalnya? Boro-boro 1000 kata. Dua ratus kata aja udah syukur alhamdulillah. Bahkan saya pernah hanya menuliskan kalimat singkat 'Aku payah ...!!!' untuk satu judul postingan dengan konten yang sama dengan judul.

Untuk apa? Sekedar menjaga konsistensi yang kala itu saya bertarget satu postingan satu hari 😅. Ada viewernya? Ada aja. Dan saya yakin viewer itu tersesat wkwkwkwk. Lalu kenapa harus 1150 kata? Nah ini dibahasan yang beda ya 😅.

TUJUAN AWAL NGEBLOG
Menjalani kehidupan sebagai perempuan, ibu dan sekaligus anak, saya semakin meyakini bahwa produktivitas dalam menghadirkan konten-konten positif dalam blog gado-gado saya ini suatu saat bisa dirasakan manfaatnya.

Paling tidak hasil ungkapan perasaan dan pemikiran saya selama mendidik dan membesarkan anak-anak bisa diulik kembali melalui blog ini. Sebagai pengikat memori agar saya lebih menghargai kehidupan atas setiap usaha yang saya sendiri lakukan ataupun orang-orang terkasih saya lakukan. Karena ternyata, setelah saya renungkan, cukup banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dengan ngeblog dan salah satu hal yang paling valuable versi saya adalah kebijaksanaan berfikir. Cieeeeeee yang sekarang udah bijaksana #eaaaaaamintadijitak 😆✌

PEREMPUAN JAMAN NOW
Perempuan jaman sekarang tentunya harus mampu bersaing bukan lagi atas nama gender (kalo menurut saya), tapi harus lebih dari itu. Isu gender bukan lagi menjadi api pemetik semangat karena hakikatnya manusia diciptakan sama, yang membedakan hanya keimanan dan ketaqwaannya.

Tidaklah lebih mulia seorang laki-laki dibandingkan perempuan kecuali ya karena ketaqwaannya. Begitu bukan? Dan api pemetik semangat dalam meningkatkan produktivitas menulis saat ini, ada baiknya kita (saya deh paling ga) coba revitalisasi.

Semisal menulis dalam rangka menyampaikan pengalaman dalam mengajarkan anak toilet training terkait fakta dan tantangannya. Atau buat para remaja bisa menuliskan perihal perjuangan menghadapi masa-masa kritis kelabilan remaja misalnya.

Yang mana inti dari produktivitas kita adalah sebagai transfer value positif terhadap sesuatu hal, baik berdasarkan pengalaman pribadi dan orang lain ataupun hanya sekedar pengamatan kita. Inilah yang saat ini sedang saya bangun dan lakukan.

MENYADARI KELEMAHAN
Sadar sesadar-sadarnya keterbatasan saya dalam merangkai kata di setiap paragraf masihlah ... ya begitu 😂😂😂. Sangat jauh dari kata perfect. well done aja jauh 😅. Tapi itu tadi, value bukanlah perihal seberapa pintar kita merangkai kata, tapi seberapa banyak kita memberi makna #eitdah bahasa saya 🙈

METAMORFOSIS BLOG
Ide menuliskan tentang 'Blog, Perempuan dan Peluang Penghasilan' ini tercetus sesaat setelah saya memperoleh rejeki tak terduga untuk mengganti domain blog saya yang tadinya masih menginduk ke blogspot dan sekarang sudah berdiri sendiri tanpa menyandar ke blogspot lagi 😅 (coba deh perhatiin site saya ... bukan blogspot.com lagi kan? tapi .com ajah yihaaaaaaaa). Dan jujur saya bahagia tingkat dewa sampe dirumah teriak jingkrak-jingkrakan mendapati mimpi yang jadi kenyataan ini.

Untuk itu dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam untuk adik sekaligus yang pernah jadi tetangga saya jaman di Bandung, Ria Fathia Mohaddisa sang penulis novel Samudera Hati dan suami. Kemurahan hati kalian dalam membantu saya membeli domain ini bagaikan oase di tengah padang pasir.

Dan entah mengapa, perubahan kilat domain ini menjadi sangat berharga dan penuh makna bagi saya. Membuat saya makin meyakini bahwa keinginan kuat, konsistensi, dan usaha yang dibalut kepasrahan itu mampu mengirimkan energi-energi positif yang mengundang takdir terbaik dari Allah. Energi yang tak berbatas ruang dan waktu.

Mengingat selama ini saya termasuk orang yang ngeyel dan terlalu mengedepankan akal dalam pikiran dan emosi dalam perasaan. Sehingga jadinya kurang bersyukur dan sering bersuudzon. Termasuk suudzon dalam menyikapi dinamika dunia maya sejenis follow unfollow game di IG atau like and comment game di FB 😅😅😅 daaaaan ... terkait juga tentang jumlah pembaca di blog ini. Kalo ga pinter-pinter ngatur akal dan emosi ... dijamin semangat menulis mengempes perlahan kaya ban bocor 😂😂😂

BLOG JALAN BERKARYA
Perubahan domain ini membuat saya merasa perlu untuk menyampaikan apa yang ada dalam pemikiran saya terkait blog dan perempuan. Kenapa? Karena dua komponen itu adalah saya. Dan juga mungkin teman-teman yang sedang membaca blog saya. Dimana dua komponen inilah yang saat ini tak bisa kita pungkiri tengah mengalami geliat yang luar biasa.

Cukup banyak blogger perempuan yang berhasil menginspirasi lewat laman web pribadi mereka. Jenis inspirasinya pun beragam. Apakah terkait pengasuhan anak, kecantikan, sosial budaya, dan home decor. Dan tentunya fenomena ini cukup menarik untuk kita bahas bukan untuk menjawab stigma yang berkembang di masyarakat Indonesia bahwa wanita hanya mampu mengurus urusan dapur, sumur dan kasur 😅. Ups! Saya ga akan merembet ke masalah gender ya. 😆✌.

Ya yang intinya, jaman sekarang sudah tidak jaman bingung mau ngapain karena sungguh banyak hal yang bisa kita lakukan, tinggal membuka kacamata kuda kita agar luas pandangan kita. Tapi tenang! Jika ada yang merasa seperti yang saya rasakan dulu, yakinlah ada fase dimana takdir mengirimkan semangat tak terduganya buat kita.

Memang perasaan seperti apa?

Seperti yang saya tulis di profil blog saya, blog ini pada awalnya saya buat sebagai sarana saya untuk menuntaskan permasalahan saya yang kala itu tak saya ketahui ternyata bernama 'Inner Child Bermasalah'. Yang saya rasakan waktu itu adalah keluhan yang berkepanjangan tanpa saya tau harus seperti apa mengatasinya bahkan dengan cara produktif beribadah dan bersosial pun tetap saja ada hal yang menurut saya kurang tepat terjadi dalam diri saya. Pada awalnya saya fikir hanya sebuah masa adaptasi dari seorang istri menjadi seorang ibu. Namun ternyata makin hari kondisi makin memburuk dan berefek buruk juga pada perkembangan anak-anak (salah satunya membuat mereka jadi speech delay karena kurang stimulus). Dan satu-satuny hal yang waktu itu masih bisa saya sadari adalah saya butuh bantuan! #hiks

BLOG: KUTEMUKAN JALAN
Kemudian muncullah viral tulisan dari teh langitamaravati tentang permasalahan yang dia hadapi. Apakah saya melakukan hal yang sama dengan apa yang beliau lakukan? Alhamdulillah hanya jadi kelebatan pikiran. Tapi karena pernah berkelebat, membuat saya merasa perlu untuk berkomunikasi langsung dengan beliau. Dan memang teh Langit open. Setelah komunikasi? Bukan. Saya bukanlah apa yang teh Langit alami. Beliau mengatakan kasus saya dan dia berbeda.

Proses demi proses menemukan solusi atas permasalahan yang ada dalam diri saya inilah yang kemudian terus saya lakukan untuk melepaskan rasa 'puas' atau paling tidak agar saya tidak merembetkan emosi negatif saya pada anak-anak dan suami, sehingga lahirlah blog ini (saya lupa persisnya blog ini dulu atau baca tulisannya mba Langit, yang pasti semangat menulis blog semakin saya rasakan ketika beberapa tulisan saya disambut positif teman-teman pembaca entah karena kesamaan perasaan ataupun hal lainnya). Tanpa pengetahuan tentunya tentang blog. Hanya pengetahuan terkait hal teknis tentang cara membuat blog di blogspot.

ADA IKLAN DI BLOG MU
Tak pernah terpikir bahwa blog bisa menjadi jalan dan peluang untuk memiliki penghasilan. Ya! Penghasilan! Udah ngebantu buat Stress release aja udah syukur boro-boro mikirin buat dijadiin penghasilan.😓

Namun, entah kapan dan karena apa, saya menduga pasca beberapa tulisan masuk halaman pertama di mesin pencari, google menawarkan saya untuk memasang google adsense. Katanya, performa blog saya sudah memenuhi syarat untuk pasang adsense. Saya ga ngerti 😅 dan sampai sekarang belum mempelajari lebih lanjut. Tapi membuat saya mencari tau tentang apa itu google adsense dan merembet ke istilah lain terkait blog.

Butuh waktu cukup panjang dan sempat membuat saya naik turun semangat menulisnya karena otak dipenuhi keinginan memiliki penghasilan efek distraksi dari google adsense (nyalahin orang lain 😅✌). Pikiran saya mulai tak terarah dan niat mulai salah. Inhale exhale ... rehat untuk kemudian banting stir nulis lagi.

Ya begitulah! Peluang berpenghasilan ini cukup mengganggu sedangkan langkah demi langkahnya tak kunjung saya lakukan. Padahal tinggal eksekusi ya. Tapi keterbatasan info membuat saya mumet dan terbatas dalam merealisasikannya. maklum bukan anak IT 😆. Perempuan ... dasar rumit ya 😂😂😂😂

PEREMPUAN
Kompleksitas dunia perempuan. Itulah kali ya istilah yang cocok. Dimana perempuan itu makhluk paling kompleks dalam menyelesaikan permasalahan dan cara pandang yang juga rumit. Tak semudah kaum lelaki dimana A adalah A tidak bagi perempuan. A itu bisa saja B, C atau bahkan Z.

Dan blog bagi saya membantu menjawab kegelisahan perempuan yang kompleks dengan memberikan kesempatan menuangkan kompleksitas diri mereka ini. Perempuan bisa eksis, punya acis dan bisa narsis. Jaman now banget ya ✌ Tapi tentunya itu bukan hal utama kan ...

YUK NGEBLOG!
Seandainya teman-teman adalah salah satu perempuan yang merasa hidupnya kurang bermakna, bisa saya katakan, konsisten merawat rumah maya berupa blog ini bisa menjadi salah satu sarana untuk menepis rasa negatif itu. Syukur-syukur ada dan banyak yang suka dengan tulisan kita. Kalaupun tidak, paling tidak tulisan kita bisa kita nikmati sendiri dan kemudian apresiasi. Itulah yang saya lakukan.

KETIKA PEREMPUAN MEMILIH
Menjadi blogger itu pilihan. Dan tentunya yang namanya pilihan tidak bisa kita paksakan. Makanya di awal saya katakan, tulisan ini adalah untuk yang tertarik dengan blog. Jika tidak tertarik, berarti juga tidak akan tertarik untuk mengotak atik apa-apa yang terkait blog kan ya 😅. Dan disetiap pilihan tentunya ada sebuah pertimbangan.

Nah, peluang memiliki penghasilan dengan memanfaatkan blog tentunya menjadi salah satu pertimbangan untuk kita buat ngeblog. Bisa jadi kan peluang berpenghasilan  ini yang membuat kenapa semakin hari semakin banyak blogger perempuan bermunculan di Indonesia dan bahkan dunia.

PELUANG BERPENGHASILAN
Ya! Blog menawarkan kepuasaan batin buat para perempuan kesepian dan gelisah yang susah meninggalkan rumah misalnya untuk berkarya, juga memberikan kesempatan menjadi solusi ekonomi keluarga dengan torehan 'pena' tanpa harus bekerja meninggalkan rumah. Tanpa harus berjauhan dari anak dan suami.  Bagaimana? Menarik? Bagi saya dulu hal ini tidak menarik. Tapi sekarang? Tawaran ini sangatlah menarik.

Memangnya saya sudah berpenghasilan berapa dari blog? Justru karena baru mulai 😂😂😂😂. Perubahan domain dari blogspot.com menjadi .com adalah langkah yang memperdekat kesempatan saya dalam mengambil peluang berpenghasilan melalui blog. Kenapa? Karena salah satu syaratnya adalah blog yang  domain TLD (Top level domain semisal .com, .net, .id dll). 

Lalu bagimana yang menjadikan blognya sebagai buku harian digital dan tak peduli dengan apa terkait dengan dunia blogging? Tentunya hal ini sah-sah saja. Lagi-lagi ini hanya permasalahan pilihan hidup 😅. Dan saya dulu begitu. Ya! Duluuuuuuu ... saat hidup tak mampu berfikir kecuali berfikir tentang anak-anak. Bagaimana agar mereka begini dan begitu. Dan hal ini tentunya dialami setiap ibu muda seperti saya.

Ayo yang udah punya anak ngaku ... Bener kan setelah jadi ibu boro-boro mikirin diri sendiri, yang ada di otak tu anak lagi, anak dulu, anak terus 😂😂😂. Dan pun saya yakin ibu bekerja juga demikian. Bedanya ibu bekerja ada jeda kerja keluar rumah yang membuat mungkin agak terdistraksi fokusnya. Tapi saya yakin ... pikirannya selama kerja melayang-layang 'duh, si dede udah dikasi mam belum ya sama si ini nya' atau 'rewel ga ya?' dan berbagai macam jenis pikiran lainnya.

Seiring berjalannya waktu, semua kekhawatiran dan pikiran yang terfokus pada anak itu perlahan semakin beritme dan bisa teratasi sehingga waktu pun dirasa semakin luang. Itulah kita. Bertumbuh dan menjadi semakin baik (seharusnya), sehingga meningkatlah mimpi dan harapan hidup yang hendak diperjuangkan. Ya salah satunya harapan terhadap blog ini. Hihihi ... Mohon doa restunya ya men temen 🤗🤗🤗

BLOG, HARAPAN DAN IMPIAN
Sebut saja mimpi dan harapan saya yang tadinya hanya sebatas mampu menjadi ibu yang 'baik' untuk anak-anak sekarang jadi bertambah untuk bisa menjadi perempuan atau wanita yang dirasa manfaatnya untuk orang sekitar. Bukan karena ingin tenar, tapi karena kepuasaan batin tak pernah bohong.

Semakin kita dirasa manfaatnya, semakin besar apresiasi yang diperoleh dan semakin bersyukur kita sebagai makhluk. Karena tentunya orang yang bermanfaat sebelumnya telah melalui ujian niat atas produktivitas yang dia sebarkan. Jikapun keinginan untuk diapresiasi kemudian mengganggu ditengah perjalanan produktif kita, hal yang wajar dan natural kan jika kita mengalami fluktuasi semangat? Yang terpenting jangan pernah kehilangan apresiasi dari diri sendiri atas karya yang kita hasilkan, sekecil apapun itu. 😆

Jadi? Tertarik ngeblog? Mulai lah! Tak peduli apapun isi tulisannya.

Merasa pusing dengan kompleksitasmu sebagai perempuan? Yuk kita urai melalu menulis!

Jika pada akhirnya Allah mentakdirkan kita berpenghasilan lewat blog ini, itu tentunya nilai tambah yang kita peroleh. Namun tetap, bagi saya value yang membesarkan saya selama ngeblog adalah konsistensi berkarya dan apresiasi diri. Aseeeeeek ...

ORANG BERJASA DAN DICINTA UNTUK BLOG INI
Dan perjalanan ngeblog ini tidak akan bermakna tanpa dukungan suami yang selalu memberi semangat saat lelah melanda ... hiks ...  karakter cuek dari suami tentang 'peduli apa' dengan jumlah pembaca inilah sehingga blog ini masih bertahan. Alhamdulillah ... semoga ada jalan kedepan yang lebih baik.

AKHIRNYA TERIMAKASIH
Terimaksih untuk semua pihak yang sudah bantu doa dan terutama (lagi) untuk Ria dan Atep. Jazakumullah khair ... pagi-pagi kamu pamer pake domain baru yang bikin aku mupeng dan diskusi bentar atas salah paham nya aku tentang beli domain, sampe akhirnya minta tolong kalian untuk urusin perubahan domain (sehingga kalian bisa liat draft blog aku 😅😅😅) yang cuma memakan waktu tak lebih dari 3 jam ... Berarti banget buat aku ... Berkah hidup dunia akhirat buat kalian sekeluarga ... Aku bahagia banget ... Alhamdulillah ...

Dan juga terimakasih semua blogger, khususnya blogger perempuan yang tak henti berbagi. Informasi yang saya peroleh tentunya turut andil dalam keberadaan blog ini.

JADI?
Terakhir ... yuk temen-temen perempuan (laki-laki juga hayu), kita berkarya lewat blog! Berbagi informasi, pengalaman, pengamatan, dan juga pandangan agar semakin banyak konten-konten positif berseliweran di dunia maya 🤗


Salam dari saya,
Merisa

Selamat berkarya perempuan Indonesia!

Columbus, 26 Januari 2017






The Book Loft Untuk Para Booklovers

Kamis, 25 Januari 2018
Sungguh berat menulis perihal buku. Buat saya tentunya. Menulis ulasan tentang buku, perpustakaan atau sale buku murah meriah memang menjadi beban tersendiri buat saya. Beban karena sesungguhnya saya bukanlah kutu buku apalagi kutukupret #eh. Bukan bukan bukan ... Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang dari sejak jaman remajanya masih belum selesai dan tuntas untuk menumbuh kembangkan semangat dan budaya membaca #huft.

Adalah saya, anak guru bahasa Indonesia tapi tidak memiliki kecintaan terhadap membaca? Yah! Aneh tapi nyata. Yang saya tau, setiap kali membaca saya hanya akan jatuh tertidur dan terlelap dan ketika bangun mendapati buku yang tadinya saya baca tergeletak indah disamping saya. Tragis!

Masih lekat dipikiran saya bagaimana kemudian saya jatuh bangun untuk menjadi pecinta buku. Mulai dari rutin menemani seorang teman ke taman bacaan untuk meminjam seonggok komik, membeli majalah remaja, kumpulan cerpen remaja, hingga majalah politik kontemporer plus berkunjung rutin ke perpustakaan sekolah ketika jaman SMA. Berhasil? Tentu tidak. Saya hanya mampu meraup jika di hitung tak lebih dari 50 judul buku dari berbagai macam genre dalam usia remaja saya. Dan kemudian waktu pun bergulir hingga akhirnya saya tertunduk dengan pandangan nanar mendapati usia yang akan beranjak kepala tiga tahun ini .... mamaaaaaaaaaaaaah #nangisdipojokan

Saya tidak bermaksud curhat pada tulisan kali ini. Saya memang kalo nulis itu based on true story wkwkwkwkwk. Dan the truth is ... ya! Cerita di atas.

Kondisi semakin miris ketika saya berubah  menjadi ibu (lho curhat berlanjut 😅). Hingga anak-anak usia 3 tahun, bisa dikatakan tak satupun buku fisik (bukan online book, atau apapun yang berbau online) yang habis saya baca. Tak sa-tu-pun! Dan saya tak mau mengkambing jantankan anak-anak (anak saya laki-laki dan putih. Jadi kalo kambing hitam agak kurang tepat #gamasukrasya) sebagai penyebabnya. Toh memang pada dasarnya saya bukanlah seorang kutu buku atau booklover yang very very much doyan bacanya.

Meskipun demikian, saya sangat amatlah setuju bahwa membaca adalah sebuah keharusan karena membaca itu kebutuhan! Kebutuhan untuk bertahan hidup jika tak ingin hidup dalam kebodohan. Bersyukurnya, dan tak pernah terduga dahulu kala jaman single, saya berada dilingkungan orang-orang yang cinta membaca. Lingkungan mahasiswa! Yang at least mereka setiap satu matakuliah paling sedikit harus menuntaskan 20-30 judul artikel berikut dengan isinya (kalo judulnya doank saya juga bisa coi!) yang mana satu artikel bisa terdiri dari 30-80 halaman. Itu satu mata kuliah ya ... wkwkwk ... untuk mahasiswa Education seperti suami saya. Artikel. Belom buku teksnya 😅 (pusying pala Kirana). Kurang tau kalo mahasiswa fokus lain. Dengan lingkungan yang kondusif inilah, dalam waktu satu tahun setengah ini, minat baca saya kembali tumbuh bermekaran. Paling tidak ada rasa ingin tau akan sesuatu dan mencoba untuk membaca dan mencari referensinya terlebih dahulu kemudian baru bertanya jika udah mentok tok tok hehehe.

Meskipun demikian, memang dasar bukan pecinta buku, saya tetap saja belum mampu menamatkan buku-buku yang ada yang tadinya menurut saya bakal menarik untuk dibaca. Pasalnya, bukunya berbahasa inggris dan tentunya butuh waktu berabad-abad untuk mencernanya. Adapun buku berbahasa Indonesia yang saya punya semuanya mentok buku-buku parenting dimana kok saya merasa apapun jenis buku berbau parenting kontennya senada yang membuat saya ketika membacanya jadi nyekip nyekip (di skip maksudnya hehehe).  .. Dan memang sebenarnya buku parenting itu lagi saya hindari dulu dalam rangka stabilisasi emosi tingkat nasional (halah bahasanya) agar saya bisa menghayati dan mencari kemudian menemukan my own parenting strategy. Ilmu dasarnya dengan keywordsnya aja deh yang dipegang. Oke sip! Ntar kalo ada yang mau dicari baru deh baca-baca lagi biar inget #ting!

Nah, di Columbus, kota fana tempat saya tinggal sementara hingga tahun 2020 nanti in sya Allah, memiliki buanyaaaaaaaaaaaaaaaak sekali toko buku dan perpustakaan. Dalam tulisan ini saya belum akan mengulas tentang perpustakaan sebagai sarana gudang buku gratis terbikin ences eh terngiler sepanjang abad (menurut saya). Entahlah ya di Indonesia bagaimana nasib perpustakaannya. Yang pasti selama disini, perpustakaan tu menjadi salah satu tempat menarik untuk dikunjungi, semenarik tempat wisata kekinian di Indonesialah kalo boleh dibilang begituh. Selain untuk pencitraan wkwwkkw juga untuk membantu saya afirmasi diri menjadi orang pinter (plis bukan dukun. Literally orang yang pinter ya) #eaaaaaa. Trus kalo ga akan mengulas perpus, mengulas apa donk kakaaaa? Bookloft!


Bookloft itu nama toko buku. Lebih tepatnya yaitu "The Book Loft of Geman Village". Terletak diperkampungan Jerman kota Columbus, Ohio state. Toko buku ini berhasil menarik saya yang tak terlalu cinta buku untuk kemudian terkagum-kagum dengan suasananya. Ada rasa yang kemudian muncul katakanlah motivasi dari dalam diri untuk kemudian mengeskplor apa saja yang ada di dalam toko buku ini (ya buku lah ya ... masa iya jualan es cendol). Dan masuklah saya ke dalamnya setelah berhasil membeli sekitar 24 postcards untuk teman-teman komunitas 1m1c tercinta (maaf postcardnya masih on process yaks padahal harusnya udah bisa dikirim tuh minggu lalu, apadaya, saya sama anak-anak tumbang gegara mainin salju heu #sekalianpengumuman). Tapi memang niatan awal ke Bookloft ini bukan untuk beli buku. Niatnya memang buat beli postcard hasil rekomendasi beberapa teman tentang toko yang punya aneka macam jenis postcard sih. Sedangkan di wilayah kampus postcardnya cuma 2 jenis dan salah satunya cuma postcard bergambar coklat yang berisi biji buckeye ... atuhlah meuni ga kreatip #eh. Jadilah ke bookloft dibatasi waktu yang hanya 75 menit karena memang saya dan suami menyempatkan kesana di sela-sela jam sekolah anak-anak karena ga niat cari buku tea kan (dan parkir nya lumayan bisa dapet 1 buku seken buat anak-anak #emak-emakperhitungan)

aneka postcard yang bakal dikirim

Memasuki tokonya, saya langsung tertarik menuju lantai 2 (setelah berhasil pilih-pilih postcard yang dipajang di teras luar toko). Tepat di sebelah kiri tangga terdapat selembar kertas yang berisi direksi toko buku ini. Saya pikir hanya sekedar petunjuk biasa. Ya toko buku kan memang kadang suka bingung ya, genre ini atau itunya berada di rak mana. Tapi ternyata dugaan saya kurang tepat. Petunjuk arah di toko buku ini memang sangatlah penting. Selain membantu kita menemukan di ruangan mana buku yang kita mau terdapat, juga agar kita tak tersesat menyusuri labirin-labirin yang berjumlah 32 ruangan ini. Sumpah! Toko buku ini apik tenan rek! Kenapa bisa tersesat? Karena (entahlah cuma saya aja apa oranglain juga mengalaminya), ketika berada di satu ruangan kita bisa lupa posisi kita lagi di upper apa lower stage nya saking semuanya berisi rak buku yang rapet buku tersusun di atasnya. Jendela hanya tersingkap sedikit di lower stage deket tangga dan dipojokan labirin penghubung ruangan satu dengan ruangan lain. Sisanya? Bukuuuuuuu ... Meski ada petunjuk berupa tulisan dan arah exit, tetep saja saya tersesat dibuatnya ... dan langsung nanya pas ketemu om-om penjaganya yang lagi heboh nyusun-nyusun buku #malusumpah


"Take it easy! You will be fine!" katanya mungkin karena melihat saya agak pucat pasi #lebaysihini

Entahlah tepatnya ada berapa ruangan di lantai dasar dan lantai dua, saya hanya berhasil menyusuri lantai dua dan itupun baru bertengger di 2 ruangan. Room 14 dan room  25 kalo ga salah (ruangan lain cuma melewati doank pas tersesat tea 😅). Room 14 yang berisi buku-buku bergenre psychology, social and politic kalo ga salah (kertas direksinya lupa nyimpen dimana hehehe). Dan room 25 nya hobbies yakni fotografi dan interior (dan beberapa hobi lainnya seperti seni dll) ulalaaaaaa ... surga dunia bikin mata berbinar sayang dompetnya isinya tipis wkwkwkwwk.


Saya tadinya berharap bisa menyempatkan liat-liat ke bagian buku anak-anak. Sayang, 75 menit waktu yang sangat pendek  wisata 'rohani' seperti ini. Jadilah saya berniat untuk kesini lagi meskipun saya tau, Pak Suami butuh perjuangan untuk berkendara ke wilayah German Village ini. Jalanan ke downtown memang agak tricky, kalo ga hati-hati baca GPS, waktu kita bisa terbuang di jalan karena muter dan muter dan muter akibat salah jalur 😅.


Terus beli buku apa? Hahahaha ... malu ah ... yang pasti kita maksa banget buat beli buku. Maksa karena ga enak kalo keluar tanpa membeli #mentalorangIndonesiabangets. Ya andai ada budgetnya (kala itu beasiswa belon turun coi huft) saya sangat tertarik membeli beberapa buku terkait fotografi dan desain interior buat inspirasi (dan akhirnya dibeliin suami via amazon wkwkwkwk karena katanya harga di Amazon lebih murah 😂) dan suami juga sangat tertarik untuk membeli buku-bukunya kakek Piaget dan lagi-lagi belinya di Amazon. Trus di bookloft nya beli apa neng? Beli postcard sama beli buku coloring therapy sama buku Dan Brown yang harganya kok ya murah bingits cuma $7. Padahal  bukan pecinta karya nya doi #ngiks. (maksa beli buku kan judulnya 😆🙈)


Perlahan, melihat buku-buku berjajar indah di sepanjang labirin The Book Loft of German Village membuat saya semakin tersemangati untuk kembali mencoba menjadi pecinta baca (saya aja jatuh cinta apalagi para pecinta buku sejati). Tak sekedar buku tapi membacanya. Dan meskipun jaman now kita bisa membaca dimana saja, bahkan saya bisa membaca aura wajah anda 😎 ... tetap saja membaca buku membuka jendela dunia itu memang ajib dalem maknanya. Paling tidak ini mah ya, dengan membaca membuat saya jadi ada topik pembicaraan ketika berada di kelas-kelas diskusi yang saya ikuti. Paling tidak lagi, dengan membaca jadi tau dunia tuh lagi heboh apa ... dan dengan membaca  jadi tau juga banyak tokoh dan aneka macam hal di dunia ini yang membuat hidup kita jauh lebih hidup karena merasa deket lewat tulisan-tulisan keren orang keren dunia. Pun bisa kasih pelajaran tak langsung juga ke anak-anak bahwa buku itu tak cuma buat kamuuuu, tapi juga buat umi dan abi #curhatlagi (efek budget buku selalu habis buat anak-anak #ngok)




Satu hal yang mungkin akan membuat saya berpikir panjang ketika membeli buku di sebuah toko buku disini adalah harga amazon jauh lebih murah ketimbang di toko buku 😂. Tapi tak ada salahnya ke toko buku kan ... Tak dibatasi ini jam kunjungnya. Bisa baca gratis lagi ... anggap aja lagi di perpus 😆 plus afirmasi diri 😎😆😂


Demikian cerita singkat hari ini tentang toko buku di Amerika #eaaaaaa (kudu ya dibilang amerikanya 😅). Semoga kebiasaan baik disini terjaga dan terawat ampe balik ke Indonesia. Kalo belum ada Bookloft di Indonesia, saya mau lah punya toko buku kaya begitoh.


Tell me tell me ya kalo ada info toko buku serupa di Indonesia (yang gemes liat saya pake bahasa campur-campur plis jangan dikritisi. Ceritanya biar aseeeeek 😎 #mintakdijitak). Saya cuma tau toko buku bekas palasari, tapi asli bikin saya ga nyaman bin sesek. Togamas masih mending. Tapi masih aaaaah belum membuat saya jatuh cintrong kecuali perihal harga kali yaks 😆. Gramedia ... hmmmm ... Paling ga di gramed bisa baca gratis sambil selonjoran di lantai.


NB: The Bookloft ini ga akan bikin orang-orang dengan pobia tertentu suka. Misal yang pobia labirin, tempat sempit, tempat sepi.

Salam!

dari Columbus

25 Januari 2018

pukul 12.07 am est

Anak Main, Orang Tua Belajar

Senin, 15 Januari 2018
Main sama anak emang agak bikin saya yang bosenan ini jadi bosen 😅. Pasalnya, bocah memang demeeeeen banget main trus diulang-ulang. Namanya juga anak-anak kan ya ... Tapi demi kebaikan anak, memang kitalah (saya aja keleeees) yang harus bisa mengontrol rasa bosen. Kenapa? Biar ga kehilangan momen keemasan anak plus ga nyesel kalo entar anak udah besar malah kangen main sama anak jaman masih bocah ingus nan lucu 😆

Nah, di tulisan kali ini, saya bakal kasih laporan sedikit tentang observasi atas keterlibatan saya dan suami dalam kolaborasi bermain yang kami lakukan pasca memperoleh secercah pencerahan dari coaching class 'Main Sama Anak'. Apaan tuh?

Jadi, bulan Desember tahun lalu, saya dan suami 'menjerumuskan' diri dalam sebuah kelas online yang dibina oleh Kak Idzma yang diasisteni oleh istrinya sendiri, Kak Lintang. Nama kelasnya 'Main Sama Anak'. Gratis? Nope! Berbayar Rp. 150.000 sehingga diharapkan bisa menumbuhkan 'rasa memiliki' terhadap kelas tersebut. Sehingga kita lebih bertanggungjawab atau at least merasa rugi kalo tidak terlibat aktif dalam rangkaian program yang sudah dirancang Kak Idzma dan tim.

Tapi kita ga akan bahas soal berbayarnya wkwkwkwk.. itu preferensi masing-masing ya ... yang pasti coaching class ini pasti teramat sangat bermanfaat dan murah kalo dibandingkan dengan ilmu yang kita perolehnya. Intens selama 10 minggu dengan fasilitas konsultasi kapan pun yang kita mau selagi Kak Idzma nya ga lelah wkwkwkwk. Diskusi dan berbagi inilah yang tak ternilai harganya disamping ilmu dari materi-materi yang diberikan. Belum lagi nambah teman dan pelajaran dari pengalaman peserta lain.

Dalam kelas ini, saya dengan 90 lebih orang peserta lainnya (ada yang couple seperti saya dan suami dan anak yang sendiri tampaknya) akan memperoleh materi-materi kece bin menarik tentang anak dan bermain. Terdengar simple dan remeh ya ... tapi disinilah letak daya tariknya. Ternyata dalam sebuah hal yang remeh, terdapat pelajaran yang berharga yang bisa membantu kita lebih mengenal anak sehingga tau darimana harus menstimulus anak.

Selain itu, masih banyak diantara kita para orang tua yang memiliki kekhawatiran berlebih terhadap pola dan tingkah laku anak kita dalam bermain dan berinteraksi. "Duh anak saya normal ga ya, kok senengnya main sendiri." Atau "Lho kok anak saya cuma merhatiin orang lain main aja ya, kaya yang ga tertarik ikut main". Atau hal lain lagi "Buset anak saya kalo main seneng minjem mainan temen". Dan masih banyak lagi jenis komentar khawatir lainnya.

Hal-hal terkait bermain inilah yang kami bahas di kelas online 'Main sama Anak' ini. Bisa dikatakan sejenis memperkaya khazanah keilmuan kita terkait bermain pada anak. Tak sekedar mengetahui bahwa bermain itu penting dan baik bagi anak. Tapi bagaimana mengetahui bahwa main yang dilakukan anak itu normal atau tidak.

Dari pertama kelas dimulai, tanggal 20 berapa yak, saya lupa karena saya masih on the trip hehehe ... sampe saat ini, saya dan teman-teman yang lainnya sudah menerima 3 materi dengan 2 challenges yang harus bin tidak wajib (kalo wajib ga dilaksanain dosa pan😅) kita lakukan. Jadi sistemnya, setelah memperoleh materi, mempelajari dan mengolahnya dalam sistem saraf otak 😄 ... kita diminta untuk mengimplementasikannya dan atau mengamatinya.

Berhubung saya tengah dalam perjalanan di materi dan tantangan pertama, sehingga saya bolos. Padahal menarik lhoooo ... dan saya ga akan ngasih bocoran apa nya. Biar pada penasaran dan menunggu kelas online batch 2 'Main Sama Anak' buka (kode promosi wkwkwkwkw)

Trus gimana dengan materi 2 dan 3? Kali ini saya hanya akan berbagi ulasan materi ke 2 dan menuliskannya di blog ini sebagai pemenuhan tugas untuk challenge 2. Hehehe...

Materi kedua ini adalah tentang perkembangan bermain anak dan tipe bermain anak. Challengenya adalah menceritakan tentang tipe bermain yang anak kita lakukan dan jenis perkembangan bermain mereka.

Hmmm ... memang penting ya mengetahui tahap perkembangan bermain anak? Trus harus ya menjabarkan atau mengetahui tipe bermain anak? Jawabannya, penting ga penting, yang namanya ilmu pasti jadi penting hehehe. Kalo soal keharusan menjabarkan semata-mata buat memahami utuh menyeluruh si implementasi materi yang didapat. Keuntungannya, ketika kita mengetahui teorinya, kita jadi lebih tau apa kelebihan dan kekurangan anak sehingga tau juga hendak menstimulus atau berbuat apa untuk anak. Betul apa benar? Trus paling ga kita jadi tau juga, kita wajar apa ga khawatir terhadap anak kita, dalam hal ini konteks bermain.

Oke lanjut!!!
Ada 3 tahap perkembangan bermain anak yang dijabarkan kak Idzma di materi kedua kali ini.

1. Manipulative play
2. Functional play
3. Symbolic play
👉 Pretend play
👉 Imaginary play

Nah anak-anak sudah melewati semua tahap perkembangan ini dan sekarang mereka lagi doyan pretend dan imaginary play deh kayanya (emak ga yakin beginih 😆). Sedikit bocoran soal 3 tahap perkembangan ini, bahwa anak semasa bayi hingga berusia sekitar 2 tahun pastinya akan melewati 3 tahap perkembangan ini.

Ketika bayi, dimana anak tengah mengenal diri dan lingkungannya. Menjadi hal yang sangat wajar ketika anak menggunakan segala inderanya untuk mengetahui semua hal yang terakses oleh indranya. Maka tak jarang kan kita liat bayi doyan masukin semua benda yang dia dapatkan ke mulutnya.

Nah, itulah dia tahap perkembangan pertama. Dimana anak akan menggunakan seluruh inderanya, mulai dari pemglihatan, pengecap, pendengaran hingga indra peraba. Makanya anak seneng tuh kalo diajak main yang mengeakplore indra-indra tersebut, seperti dengan bermain Ci luk ba. Dimana indra penglihatan anak dimanipulasi dengan gerakan membuka dan menutup wajah kita. Karena anak hanya akan melihat apa yang dia lihat. Tidak bisa melihat dan mengetahui apa yang sebelumnya dia lihat (sebelum tangan di tutup). Jadi cuma bisa tau hal konkrit bukan abstrak. Dan ci luk ba ini permainan yang sangat menarik buat baby kan hihihi

Seiring berjalannya waktu, anak akan terus berkembang tahap bermainnya. Memasuki tahapan functional play dimana anak akan mulai memainkan benda sesuai dengan fungsinya. Sendok ya buat makan misalnya, atau mobil-mobilan ya buat digerakin maju mundur kaya mobil, dll. Dan tentunya lagi-lagi stimulus dari orang tua perlu donk untuk memberitahu fungsi benda-benda tersebut agar anak masuk ke tahap functional play ini.

Ketika anak terus bertambah besar dan di stimulus melalui main bersama, symbolic play dimana anak bisa menggantikan fungsi benda A sebagai benda B akan menjadi tahapan perkembangan bermain anak selanjutnya. Seperti bermain peran atau story telling.

Yups! Itu sedikit yang saya tangkap dan cerna ... kalo ada yang kurang tepat komen-komen aja ya ... terus biar saya edit hehehehe.

Sedangkan untuk tipe bermain, ada 6 tipe bermain yang sering dilakukan anak dan tak jarang orang tua kurang mengetahuinya. Nah saya bakal coba bahas sedikit dengan contoh bermain yang pernah Za Zi lakukan.

1. Unoccupied play
Tipe bermain dimana anak asik sendiri dengan aktivitasnya yang tak jelas arah dan tujuannya bagi orang dewasa. Zaid Ziad dulu ketika masih kecil banget, melakukan tipe bermain ini semisal tiba-tiba menggeleng-gelengkan kepalanya sambil komat kamit dan kemudian lompat mendadak. Terus ketawa sendiri. 😅 Sekarang, setelah berumur 4 tahun jika pun mereka masih cukup sering kedapatan melakukan hal-hal geje menurut orang dewasa, tapi mereka sudah bisa explain, sehingga jadi cukup kebayang apa yang mereka lakukan.
FYI, saya jaman anak-anak ngelakuin tipe bermain ini, jujur agak sedikit 'stres'. Banyak pikiran tentang duh normal apa ga. Dan setelah mengetahui ilmunya ... ketika anak melakukan unoccupied play saya jadi tidak khawatir lagi. Yang penting tetap jaga kedekatan dengan anak sehingga anak terbantu untuk mendapatkan tambahan info yang bisa membantu daya kreatifitas mereka dalam bermain. Kalo terus-terusan unoccupied tanpa ada perkembangan yang signifikan ya worry juga hehehe ...

2. Solitary play

Yang sering main jenis main ini adalah Ziad. Sibuk main sendiri dengan mainannya. Nyaris setiap hari Ziad pasti melakukan tipe bermain ini. Tak peduli Abangnya lagi main juga apa ga. Tadi sore juga Ziad sibuk mainin mobilan hotwheelsnya di sofa. Saya dan suami plus Zaid lagi menyantap pizza. 😅

Eh tapi yang ada di foto ini mah Zaid 😂😂😂.
Nah di foto ini, Zaid lagi sibuk sama bumble bee nya ditengah kita-kita yang lagi sibuk foto-foto. Bermain sendiri dan asik sendiri meski waktu itu Ziad lagi asik main dengan para tante yang bareng kita ngetrip kemaren, Zaid tak terpengaruh dalam beberapa waktu.

3. Onlooker play
Main yang cuma ngeliatin doank tanpa ikut main sama teman bermainnya ini pernah dilakukan oleh Zaid. Zaid yang agak sering. Tapi ga sering-sering amat karena memang Zaid tipenya pilih-pilih temen. Sehingga diawal bermain dengan teman baru, Zaid lebih memilih bermain tipe onlooker play ketimbang associative atau parallel play.  Ga kaya Ziad yang easy going dan doyan make a friend. Meski sering solitary play, justru kalo lagi ada temen baru Ziad sering bermain tipe Associative dan Parallel play (2 tipe ini dijelaskan di poin selanjutnya)


Dalam foto di atas, sebelumnya Zaid agak cukup lama berdiri sekedar mengamati Ziad dan temen barunya yang juga kembar bermain. Itu bocah bayi adalah bocah yang lagi ulangtahun. Jadi ceritanya memang Za Zi ke pesta ulang tahun dan nemu teman baru yang kembar juga dan sama-sama pake baju ijo. Ini pertama kalinya saya liat Zaid jadi onlooker play setelah dulu jaman mereka kecil bingits seriiiiiing banget jadi onlooker play. Berdiri dibalik pantat emak sembari ngintipin teman atau orang lain main 😅😅😅

4. Parallel play
Mainin mainan bareng di tempat yang sama ... Padahal sebenernya mereka main masing-masing. Ga nyambung gitu. Nah inilah yang dilakukan Za Zi saat memainkan stroller. Main bareng di tempat yang sama, trus ga sengaja si stroller nabrak. Trus  sibuk lagi masing-masing liatin pasir yang hambur-hambur kena roda plus garis bekas jalur roda stoller mereka.


Foto di bawah ini, juga lagi parallel play. Aslinya ada anak-anak lain yang juga bermain di miniatur firetruck ini. Mereka sibuk masing-masing mengekspos si firetruck. Ada yang jadi firefighter. Ada yang cuma mainin onderdil mobilnya ... ada yang cuma duduk.


5. Associative play
Ketika anak bermain bersama tapi dalam cerita yang berbeda. Kadang anak saling pinjam barang tapi tetap di jalan cerita masing-masing. Nah untuk contoh yang ini, saya ingat beberapa waktu yang lalu Za dan Zi main menggunakan mainan favorit mereka masing-masing. Za dengan spiderman nya dan Zi dengan Batmannya sibuk masing-masing. Nah kemudian waktu itu Ziad ingin meminjam tokoh bad guy kepunyaan Zaid. Tak lama berselang Zaid yang pinjam mobil batman Ziad untuk keperlua  bermain dia. Disinilah terkadang pertikaian terjadi tatkala yang punya barang ga mau minjemin 😂😅

6. Cooperative play
Ada aturan main. Itu kali ya cooperative . Ada tujuan yang jelas. Contohnya ketika anak-anak bermain hide and seek. Yang jaga kalo yang kalah hom pim pa misalnya. Yang jaga selanjutnya yang paling awal ditangkap. Tipe bermain ini sering terlihat di anak usia 6 tahun ke atas. Kalo Za Zi masih cooperative ala-ala 😅😅😅

Begitulah sedikit gambaran tipe bermain anak. Maap-maap ya kalo contohnya agak kurang tepat. Saya juga lagi belajar. hihihi.

Esensinya kenapa sih kita harus mengenal tahap perkembangan bermain anak dan juga tipe bermainnya, seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa ternyata bermain itu tidak melulu harus barengan temen. Sesuai aturan standar manusia dewasa, misalnya. Selagi anak ada dalam konteks bermain seperti yang dipaparkan di atas dan melewati 3 tahapan perkembangannya, artinya kita ga perlu khawatir. Yang terpenting tetap bantu anak mengenal dunia lebih luas dengan bermain bersama anak. Karena ketika anak sedang bermain, maka hakikatnya kita orang tua sedang belajar.

Semoga manfaat ya.

Yang penasaran soal kelas online "Main sama Anak" japri aja ya buat tanya-tanya ... wkwkwkw #timmarketing

Columbus, 15 Januari 2018

Tulisan dengan Tema Baru

Minggu, 07 Januari 2018
Tulisan kali ini saya dedikasikan untuk komunitas tercinta, 1 minggu 1 cerita (1m1c). Ditulis 1 jam setengah menjelang deadline. Alhamdulillah anak-anak kasih Uminya waktu buat ngetik atas nama "Umi belajar, boleh ga?" Dan mereka pun mengizinkan dengan tetap anteng bermain bersama ... Kalo diliat tipe bermainnya, cooperative playing namanya ... bermain berdua saling mengisi permainan menggunakan mainan atau benda-benda di sekitar mereka dengan komunikasi intens saling terkait. Kalo diliat jenis permainannya, mereka lagi pretend play ...

Menjelajah Amerika Part 3 "Menjadi Musafir"

Jumat, 05 Januari 2018
Negara-negara bagian barat Amerika memang sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Sebut saja Colorado dan Utah, dua negara bagian yang kami lewati selama perjalanan liburan musim dingin kemaren.  Bisa dikatakan aji mumpung. Mumpung acara Muktamar yang kami ikuti diselenggarakan di negara bagian barat Amerika, atau disebut juga dengan westcoast, jadi ya sudah, yuk lewat Utah! Dan jadilah rute perjalanan berangkat dan pulang kami rancang dengan rute yang berbeda seperti yang telah saya tulis di tulisan sebelumnya. Kenapa? Ya biar perjalanan ga monoton dan kadung ngetrip ... ga seru kan kalo negara bagian yang dilewati pas berangkat dengan pulang sama ... hehehe.

Memasuki Utah dari Colorado

Menjelajah Amerika Part 2 "Pesona Rocky Mountain

Rabu, 03 Januari 2018
Siapa yang ga kenal dengan Rocky Mountain. Dari jaman belajar geografi di SMP nama pegunungan ini sudah begitu akrab ditelinga. Ya ga?

Di Estes Park


Menjelajah Amerika Part 1 "Silaturahim Melapangkan Rejeki"

Melakukan perjalanan di musim dingin di benua Amerika tentunya terlihat asyik ya. Bayangan pemandangan alam yang tengah ditutupi hamparan salju dan juga bisa berfoto menggunakan perlengkapan winter super kece membuat kita pasti jadi sangat excited. Di Indonesia ga ada gitu lho! Eaaa #sombongdetected. Tapi ternyata, keindahan dan keseruan melakukan perjalanan di musim dingin tak semudah yang hadir dalam bayangan pemikiran kita. Perlu persiapan matang terkait kesiapan perlengkapan pribadi, transportasi, akomodasi sampai destinasi yang harus menyesuaikan weather agar tidak terjebak cuaca buruk di tengah perjalanan. Apalagi jika perjalanan melibatkan anak-anak, wah itu benar-benar harus well prepare biar anak-anak nyaman dan tidak kedinginan tentunya.