MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Blog dan Literasi Parenting

Rabu, 23 Januari 2019
Jaman sekarang siapa sih yang ga kenal Blog. Ya, meskipun Blog sepertinya tidak setenar Vlog dikalangan anak muda jaman now, tapi Blog itu bisa dikatakan emaknya Vlog.


Tentang BLOG
Blog alias Weblog sudah sejak lama melanglang buana di dunia maya. Sebelum diakusisi oleh Google pada tahun 2002, Blog sudah beredar sejak tahun 1997 dengan nama weblog. Lalu pada tahun 1999 dipopulerkan dengan nama blog oleh Peter Merholz.

Blog sendiri digunakan untuk berbagai macam kepentingan, mulai dari sebagai catatan harian, hingga media untuk berdagang online atau bahkan kampanye politik. Bisa dikatakan blog adalah web pribadi yang cara membuatnya lebih mudah ketimbang membuat website.

Platform terkenal yang biasa digunakan oleh para pemulis blog pemula di Indonesia yaitu blogger dan wordpress. Selain itu ada beberapa platform lain seperti tumblr, wix dan lain-lain.

Berawal Dari Ketidakmengertian
Saya, tadinya bukan tipe orang yang melek teknologi. Kehadiran internet tak lantas membuat saya penasaran. Orang-orang heboh friendster, multiply atau apalah, saya malah tidak tertarik sama sekali. Sekali-kalinya bikin blog hanya karena tugas salah satu mata kuliah saja. Wow banget ya saya 😂.

Ketika facebook muncul, saya juga tidak sekonyong langsung membuat akun. Jujur saya tidak mengerti apa fungsi Facebook (FB) saat itu. Benar-benar ga ngerti blas 100% Sampe akhirnya saya tergoda membuat akun FB karena semua orang sudah punya akun disana. Azas ikut-ikutan banget ya.. Pelan-pelan terjerumus juga saya ke lembah per media sosialan ini😆.

Bersyukurnya, saya terjerumus ke jalan yang rada benar. FB mengawali diri saya melek internet dan teknologi. Sebagai ibu-ibu milenial, saya merasa terbantu dengan adanya kemajuan teknologi ini. Terutama ketika teknologi sudah menjadi milik bersama seperti sekarang alias internetnya gampang diakses. Sehingga apa-apa yang saya butuhkan bisa dicari tahu informasinya dengan internet.

Kalo diinget-inget zaman dulu, apa-apa yang berhubungan dengan internet pasti rada ribet karena kita harus nyalain komputer dulu, yang kadang loadingnya suka lama. Kalo ga punya komputer, terpaksa pergi ke warung internet (warnet). Sekarang? Tinggal buka smartphone, buka browser, udah deh! Berbekal paket data kita pun bisa berselancar di dunia maya menikmati kecanggihan teknologi dunia.

Motivasi NgeBLOG
Tidak mau menyia-nyiakan kemudahan ini, tanpa berfikir muluk, saya pun memberanikan diri membuat akun di salah satu hosting blog gratisan, Blogger. Motivasinya? Hanya butuh tempat buat cuap-cuap tapi ga mau nulis pake pulpen, jadilah blog sebagai jawabannya. Memanfaatkan kebiasaan menggunakan HP dalam keseharian, agar HP lebih optimal dan tepat guna, agar si smartphone benar-benar dirasakan kepintaran.

Lama kelamaan, kebiasaan cuap-cuap yang topik utamanya ini perihal pengasuhan dan anak, membuat kemampuan menulis saya sedikit terasah. Selain itu, perlahan teori-teori parenting yang dulu hanya sekedar berseliweran di otak, akhirnya bisa dituangkan dalam bentuk tulisan sederhana sebagai salah satu cara untuk mengikat ingatan dan mengasah kemampuan. Buat saya tentu hal ini sangat wow luar biasa. Karena menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) produktif menulis itu saya akui sangatlah berat tantangannya. Terutama buat para IRT yang sudah terlanjur menikmati perannya sebagai istri dan ibu di rumah dengan aktivitas khas IRT.

Menulis Blog Untuk Meliterasi Diri
Menulis pun berubah motivasi menjadi wadah literasi parenting. Tempat dimana saya mampu mengembangkan teori parenting yang sudah / belum / akan saya realisasikan dalam sebuah tulisan yang saya harapkan memiliki unsur informatifnya meskipun sekedar curahan hati belaka. Sehingga tidak hanya saya yang terlegakan melainkan juga pembaca blog saya bisa memperoleh pelajaran dari tulisan saya. Semoga.

Memang tidak semua topik tulisan saya membahas tentang parenting. Tapi bisa dikatakan nyaris sebagian besarnya adalah tentang anak, pengasuhan, dan pengalaman. Tidak ada alasan khusus kenapa saya lebih banyak menulis topik parenting ini. Barangkali karena kehidupan yang paling ngalir pengejawantahan teorinya dalam keseharian saya ya tentang parenting atau pengasuhan ini 😅. Jadi saya bisa menuliskannya dengan bebas sebagai orang awam yang tengah belajar tentang teori pengasuhan. Bukan sebagai seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan tertentu, misal seperti psikolog anak, dokter anak, tenaga pendidik atau ustadzah hehehe.

Literasi Parenting
Berbicara tentang literasi parenting, arti kata literasi sendiri memiliki makna kemampuan seseorang dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup (KBBI). Jika disandingkan dengan kata parenting maka arti literasi parenting adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengolah informasi dan pengetahuan terkait parenting untuk memperoleh kecakapan peran.

Sederhananya, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Sehingga penggunaan istilah literasi parenting kaitannya dengan blog, melihat blog merupakan salah satu sarana dimana aktivitas membaca dan menulis terjadi secara bersamaan. Sehingga bisa digunakan untuk meliterasi diri dalam hal ini sebagai orang tua.

Dengan demikian, blog tak hanya untuk kepentingan dokumentasi atau catatan harian pribadi, tapi bisa lebih dari itu. Yaitu menjadi tempat berbagi opini, pengalaman, tips, saran dan ajakan kebaikan terkait parenting. Lebih penting dari itu semua, literasi parenting melalui blog menggiring kita untuk jadi lebih melek teknologi dan perkembangan zaman sehingga kita bisa menyesuaikan gaya parenting kita. Tentunya kecakapan ini bisa membantu kita untuk tidak gagap mendampingi anak yang bertumbuh bersama generasi mereka yang mungkin memiliki tantangan pergaulan yang berbeda dengan generasi kita.

Karena menjadi orang tua bukanlah sebuah peran tunggal hanya sebagai orang tua saja bagi anak-anak kita, melainkan juga sebagai teman, sahabat, dan lain-lain. Sehingga meningkatkan kapasitas diri tentu perlu terus menerus kita lakukan dengan semangat Long Life Education mengingat menjadi orang tua itu merupakan peran seumur hidup. Artinya sepanjang hidup adalah untuk mendidik diri, anak, keluarga dan lingkungan. Tak hanya dengan membaca banyak hal-hal terkait pengasuhan baik secara teoritis maupun empiris, tetapi bagaimana kita mampu menuliskan kembali apa yang kita baca tersebut sehingga bisa lebih komprehensif.

Apapun itu cara yang kita tempuh untuk meningkatkan kapasitas diri, semoga kita menjadi pribadi yang tidak cepat puas atas capaian diri. Sehingga kita terus dan terus belajar tak peduli status sosial hanya sebagai IRT alias Ibu di Rumah dan di Tangga 😆, tetap semangat meliterasi diri, salah satunya dengan ngeblog 😉. Karena ngeblog tentang pengasuhan anak tidak menuntut kita jadi ahli dulu kan. Berbekal semangat berbagi pengalaman, bisa deh kita nulis blog tentang pengalaman pengasuhan anak-anak kita.

Tertarik buat ngeblog? Yuk belajar bareng 🤗 Belajar mengukir sejarah dengan kata lewat tulisan di laman blog kita. Semoga jadi amal jariyah kita.

Columbus, 23 Januari 2019

Merawat Bayi Minim Baby Blues

Sabtu, 19 Januari 2019
70 sampe 80% wanita mengalami baby blues pasca lahiran. Kenapa? Karena perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan hormon dan juga kebiasaan.



Perubahan hormon memang menyumbang cukup banyak 'kegalauan' mood alias mood swing. Sehingga letupan emosi bisa terjadi tanpa sebab. Sekarang ketawa, semenit kemudian bisa nangis bombay. Ya kaya pas lagi pra menstruasilah ya lebih kurang. Cuma levelnya agak lebih lebay 😅

Apa Sih Baby Blues itu?
Baby blues (BB) atau dikenal juga dengan istilah postpartum blues (PB) adalah sebuah perasaan sedih yang dimiliki seorang ibu pasca melahirkan bayinya. Biasanya, baby blues mulai dirasa hari ketiga pasca melahirkan dan bisa berlanjut hingga 2 minggu setelahnya.

Baby blues merupakan hal yang wajar dialami setiap ibu yang baru melahirkan. Namun akan menjadi tidak wajar jika perasaan sedih tersebut terjadi lebih dari 2 minggu dan diikuti perasaan ingin menyerah dengan keadaan. Kondisi lanjutan dari baby blues ini disebut Post Partum Depression (PPD).

Meskipun baby blues merupakan hal yang wajar, bukan berarti munculnya gejala baby blues ga jadi perhatian ya. Karena cukup banyak kasus yang berawal dari baby blues ini dengan berbagai macam faktor pemicunya berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti putus asa dengan diri sendiri sehingga ingin mengakhiri hidup, rasa tidak ingin melihat si bayi bahkan ingin menjauhkan bayi selamanya atau rasa khawatir yang berlebihan terhadap berbagai macam pikiran yang muncul.

Gejala-gejala Baby Blues
Untuk menghindari terjadinya PPD, perlu untuk mengetahui gejala-gejala dari baby blues, karena PPD sendiri merupakan lanjutan dari baby blues syndrome (BBS). Dengan mengetahui gejala-gejalanya, diharapkan baby blues bisa diminimalisir kemunculannya sehingga tidak berlanjut pada PPD.

Berikut 10 gejala baby blues berdasarkan americanpregnancy.org
  • Menangis tanpa alasan yang jelas
Menangis biasanya muncul ketika kita memiliki perasaan sedih akibat suatu hal. Apakah sedih karena rindu, sedih karena menyesal atau kesedihan lain yang memiliki alasan yang jelas. Sedangkan saat baby blues, rasa sedih yang muncul tidak memiliki alasan yang jelas melainkan ujug-ujug hanya ingin menangis.
  • Tidak sabar
Masing-masing orang memiliki kadar kesabaran yang berbeda-beda. Saat baby blues, tingkat kesabaran bisa menurun drastis. Sehingga hal-hal yang biasanya bisa kita hadapi dan jalani dengan sabar jadi tidak bisa lagi kita tolerir. Perasaan tidak sabar ini juga bisa menjadi pemicu munculnya gejala-gejala lain dari baby blues yaitu cepat marah.
  • Cepat marah
Seperti yang saya sebutkan di atas yaitu perasaan tidak sabar bisa memicu munculnya gejala cepat marah. Untuk hal-hal yang sederhana kadang kita bisa terpancing untuk marah. Bahkan saat baby blues, kita bisa marah tanpa alasan yang jelas dan dipandang berlebihan oleh orang-orang sekitar kita.
  • Gelisah
Gelisah yaitu perasaan tidak tentram, selalu merasa khawatir, dan tidak tenang. Perasaan ini bisa membuat jadi susah tidur dan kehilangan nafsu makan. Ketika muncul perasaan gelisah pasca melahirkan, bisa jadi gejala baby blues mulai muncul.
  • Cemas
Cemas memiliki artian yang serupa dengan gelisah yaitu tidak tentram hati karena khawatir. Dalam baby blues, kecemasan bisa muncul karena peran baru yang tengah dijalani, baik dipicu oleh diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
  • Lelah
Adaptasi dengan rutinitas baru, fisik yang belumlah sempurna, dan amanah yang bertambah membuat rasa lelah cepat menghampiri. Saat baby blues, meskipun lelah, biasanya tubuh tidak bisa diajak kompromi untuk beristirahat, sehingga kelelahan semakin menjadi-jadi. 
  • Imsomnia bahkan saat bayi sudah tertidur
Meskipun lelah, justru malah jadi sulit tidur. Bisa karena dirundung rasa cemas dan gelisah tadi. Atau susah tidur tanpa alasan yang jelas. Padahal kita memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
  • Sedih
Berbagai macam faktor pemicu, sehingga wanita yang mengalami baby blues sering dirundung rasa sedih. Tak mengenal tempat, waktu dan momen. Sehingga kita sulit untuk tertawa dan tersenyum meskipun tengah berada di momen menyenangkan.
  • Perubahan mood
Perubahan suasana hati yang terlalu mendadak seperti yang saya sampaikan di atas. Semua perubahan mood ini tidak bisa dikontrol dan berganti begitu saja tanpa kita ketahui penanda bergantinya mood tersebut. Hal-hal yang tadinya biasa, ketika terkena baby blues ternyata bisa menjadi pemicu perubahan mood.
  • Konsentrasi berkurang
Dengan banyaknya hal-hal yang wanita yang terkena baby blues itu sendiri tidak mampu mendefinisikannya, membuat konsentrasi berkurang. Mengatur aneka rupa rutinitas dengan peran baru dan amanah baru, membuat kita secara tidak sadar terfokus hanya pada anak. Sehingga untuk hal-hal lainnya konsentrasi menjadi terganggu.

Apakah Baby Blues hanya Menyerang Wanita Pasca Melahirkan?
Berbicara baby blues artinya kita berbicara tentang kejiwaan. Setiap manusia memiliki berbagai macam perjalanan kejiwaan. Variasi kehidupan di setiap individu, tentunya membawa variasi pengalaman yang mengisi jiwa. Sehingga, baik itu laki-laki ataupun perempuan, tidak menutup kemungkinan bahwa baby blues bisa saja menyerang. Seperti suami, orang tua, atau mungkin saudara si bayi.

Namun, karena faktor pemicu utama munculnya BBS adalah perubahan hormon di tubuh si ibu, yang tadinya memiliki hormon kehamilan lalu berganti dengan hormon menyusui, maka memang BBS adalah sebuah istilah yang ditujukan untuk sindrom kejiwaan yang menyerang ibu-ibu pasca melahirkan.

Adapun gejala kejiwaan lain yang menimpa pihak lain selain si ibu, bisa saja serupa, tapi mungkin memiliki faktor pemicu berbeda sehingga membutuhkan bahasan yang berbeda pula.

Tips Merawat Bayi Minim Baby Blues

Melihat dari gejala baby blues, sebenarnya kita bisa meminimalisir atau bahkan menghindar agar tidak terkena BBS. Sehingga, berdasarkan pengalaman pribadi, saya mencoba meramu apa saja yang bisa dilakukan untuk bisa terhindar atau meminimalisir munculnya baby blues syndrome ini. Yang pasti, tips ini sebaiknya dilakukan sebelum melahirkan mengingat BBS biasanya muncul beberapa hari pasca melahirkan.

1. Memperkuat Keimanan
BBS, muncul begitu saja memang. Bahkan seorang wanita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya terkena BBS. Tips ini sengaja saya bahas paling awal karena menjadi faktor penentu keberhasilan tips selanjutnya.
Saya meyakini bahwa keimanan berbanding lurus dengan prasangka. Semakin kita meningkatkan keimanan kita kepadaNya, semakin positif prasangka yang muncul untuk setiap kesulitan yang kita terima. Termasuk tantangan-tantangan yang akan kita terima dengan peran baru kita pasca melahirkan.

2. Mengenal diri sendiri
Menghadapi babak baru dan peran baru, tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Untuk meminimalisir bisikan negatif yang muncul dari dalam diri, mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri bisa membantu kita memilah dan memilih mana bisikan yang bagus dan tidak. Karena biasanya ibu yang baru saja melahirkan akan sibuk bermain dengan bisikan pikirannya sendiri.

3. Mengenal keluarga dan lingkungan sekitar
Mengenal keluarga dan lingkungan bisa membantu kita untuk mengklasifikasi mana hal yang patut didengar mana yang tidak. Mana hal yang patut dijelaskan mana yang tidak. Dan lain sebagainya. Sehingga otak kita tidak terlalu bising dengan hal-hal yang kurang penting.

4. Mengenal Karakter Bayi
Mengenal karakter bayi baru lahir secara umum bisa membantu kita lebih waras dalam menjalani masa awal adaptasi. Misal, menyadari sepenuhnya bahwa bahasa komunikasi bayi adalah dengan tangisan, sehingga kita mendengar tangisan  bayi sebagai bahasa komunikasi bukan sebagai hal yang memekakkan telinga.

5. Belajarlah seperlunya dan secukupnya
Hasrat ingin menjadi ibu yang baik memang sangatlah bagus. Namun ketika mengawali peran, membatasi diri untuk mengetahui semua hal tentang peran baru sebagai ibu agaknya perlu dilakukan. Ibaratkan gelas, isilah sebagian saja dengan teori untuk menghindari overload. Lalu sebagian lagi isi dengan pengalaman. Agar kita bisa fleksibel dengan hal baru dan bisa lebih jernih menerimanya.

Jika ternyata kita baru saja menyadari terkena BBS dan sangat khawatir berlanjut ke PPD, maka perlu melakukan tips berikut:

1. Mintalah bantuan untuk bisa 'berhenti sejenak'
Menjaga diri agar tidak terlalu forsir sangat penting di masa awal menjadi ibu. Tak perlu khawatir peran kita sebagai ibu tergantikan oleh orang lain. Berhenti sejenak dengan aktivitas ringan seperti mandi, makan, buang air, atau bahkan dandan dengan tenang. Hal ini tidak akan mengubah 'ketergantungan' bayi kepada ibunya.

2. Tenanglah, tangisan bayi ada maknanya
Biasanya, hal yang paling membuat ibu baru merasa diburu-buru dan tidak tenang adalah karena tangisan bayi. Pelajarilah bahasa komunikasi si bayi, lalu tenanglah. Karena perasaan tidak tenang biasanya memicu munculnya gejala lain dari baby blues.
Jika sudah tenang, maka selesaikanlah apa yang sedang dilakukan tanpa perasaan terburu-buru karena tangisan bayi. Meninggalkan bayi di tempat yang aman lalu sejenak kita selesaikan apa yang ingin atau sedang kita lakukan tidak akan membuat bayi kita tersakiti. Bayi adalah makhluk cerdas yang mampu diajak komunikasi dan memahami kondisi. Jadi, tenanglah dan nikmatilah aktivitas.

3. Speak Up
Jika berbagai macam upaya sudah kita lakukan untuk meminimalisir munculnya BBS namun ternyata tetap masih dirasakan gejalanya, maka komunikasikanlah. Bisa kepada pasangan, keluarga atau kerabat. Tapi jangan terlalu berharap mereka langsung paham dengan kondisi kita. Karena tak semua orang paham terkait kejiwaan ini.
Jika masih dirasa tidak memperoleh support yang dibutuhkan, maka komunikasikanlah kepada psikolog atau tenaga medis.

Pada akhirnya, apapun terkait sindrom kejiwaan, tentunya kita dan yang menguasai jiwa inilah yang tau, yaitu Allah. Mau bagaimana pun kita mengusahakan agar terhindar, jika tips pertama tidak kita lakukan, saya sangat yakin BBS bisa saja terus menghantui. Apalagi faktor pemicu selain perubahan hormon atas munculnya BBS di setiap individu ini berbeda-beda. Sehingga, tips agar selalu dekat dengan Allah adalah tips paling general yang bisa dilakukan untuk aneka ragam situasi dan kondisi setiap individu.

Semoga tulisan ini sedikit membantu teman-teman yang tengah mempersiapkan diri menanti kelahiran buah hati ataupun teman-teman yang tengah berjuang menjalani peran baru ini.

Columbus, 19 Januari 2019