MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Thanksgiving, Hari Besar Agamakah?

Kamis, 07 Desember 2017
Pada abad ke 16, orang Protestan banyak diburu di Eropa karena berbeda pandangan dengan pemerintah. Ketika berita  ditemukannya benua Amerika tersebar, koloni Inggris yang bersebrangan pendapat dengan pemerintah  yang pada waktu itu kekuasaan berada ditangan gereja, lari ke benua Amerika. Awal-awal kedatangan mereka di Amerika banyak yang mati kelaparan karena mereka tidak bisa menghasilkan bahan makanan yang cukup selama musim dingin. Sehingga diperiode selanjutnya, mereka mencoba bercocok tanam dengan bantuan penduduk asli, orang Indian. Pasca cocok tanam, mereka berhasil menghasilkan makanan lebih baik sehingga mereka tidak lagi mati kelaparan. Sebagai rasa syukur, mereka berkumpul bersama setelah menghitung hasil panen dan merasa cadangan makanan mereka cukup untuk musim dingin sampai akhirnya musim bercocok tanam datang kembali. 
Ada yang penasaran dengan cerita asal mula Thanksgiving di Amerika? Saya!!!! Ya saya penasaran terutama setelah menyaksikan langsung perayaannya selama dua kali berturut-turut.

Seperti yang kita ketahui (ciile bahasane rek), Amerika kita kenal (atau saya aja kali yak) sebagai negara sekuler, dimana kayanya para penduduknya kebanyakan Agnostik. Mereka sejenis ga peduli gitu Tuhan beneran ada atau ga. Nah, sejak datang ke Columbus, pandangan yang tadinya saya generalisir mulai terkotakan dengan pendapat "Ga semua lah ya orang Amrik Agnostic". Pasalnya saya hidup berdekatan atau dilingkungan yang kayanya (lagi) sangat dekat dengan Tuhan (umat kristian). Sehingga, pandangan yang sifatnya fitrah ketuhanan manusia versi orang Amerika begitu amat sangat terasa. Jadilah hal ini cukup mempengaruhi juga pandangan saya terhadap orang Amerika.

Semisal  nih ya contoh peristiwa yang saya alami langsung yang bikin pandangan saya geser dan ga mau generalisir tentang keber-agama-an orang Amerika. Disaat terjadi teror penembakan di sekitar kampus tahun lalu, saya yang saat itu bergabung dengan kelas bahasa Inggris yang diadakan aktivis gereja kampus memperoleh sejenis doa dan nasehat yang berisi berserah diri kepada Tuhan gitu. Lupa lagi sih mereka ngomong apa, yang pasti mereka turut prihatin karena pelaku penembakan adalah seorang muslim, tapi mereka yakin bukan status agama yang menentukan baik buruknya seseorang tapi seberapa dekat kita dengan Tuhan. Lebih kurang begitu yang saya ingat. Lalu kita sejenis berdoa bersama gitu meminta perlindungan ke Allah subhanawata'ala.

Baca juga: From Shooter to Attacker

Dan saat itu, untuk pertama kalinya saya merasa bahwa dunia ini masih banyak orang baik yang tak pandang beda agama, suku, bangsa. Masih banyak orang yang memiliki cara pandang luar biasa yang mengedepankan fitrah ketuhanan mereka daripada ego nafsu mereka. Pandangan berubah, saya tak mau lagi generalisir apa-apa. Karena semua yang ada di dunia ini 'unik'. Kalo mau menyimpulkan kudu bikin studi kasus begitoh. #krik

Nah berbicara soalan keyakinan beragama, ada ga sih yang bertanya-tanya bahwa perayaan Thanksgiving day ada kaitannya dengan keyakinan sebuah agama atau tradisi sebuah agama tertentu atau perayaan hari besar agama? Kalo saya sih ga bertanya-tanya cuma langsung nyimpulin aja kalo Thanksgiving itu budayanya orang barat yang tadi, notabenenya Agnostik. Dan saya sih dulu ga peduli karena saya tipe yang males ngikutin tradisi orang barat (antiwesternisasi ceritanya hahahaha) yang identik dengan hura-hura dan minuman keras. Ga keliru kan? Iya! Karena ga nyaksiin langsung wkwkwkwkwk.

Jadi gimana? Nyok kita baca dulu sejarah singkat perayaan Thanksgiving inih!

Jadi begini ceritanya.
Pada abad ke 16, orang Protestan banyak diburu di Eropa karena berbeda pandangan dengan pemerintah. Ketika berita  ditemukannya benua Amerika tersebar, koloni Inggris yang bersebrangan pendapat dengan pemerintah  yang pada waktu itu kekuasaan berada ditangan gereja, lari ke benua Amerika. Awal-awal kedatangan mereka di Amerika banyak yang mati kelaparan karena mereka tidak bisa menghasilkan bahan makanan yang cukup selama musim dingin. Sehingga diperiode selanjutnya, mereka mencoba bercocok tanam dengan bantuan penduduk asli, orang Indian. Pasca cocok tanam, mereka berhasil menghasilkan makanan lebih baik sehingga mereka tidak lagi mati kelaparan. Sebagai rasa syukur, mereka berkumpul bersama setelah menghitung hasil panen dan merasa cadangan makanan mereka cukup untuk musim dingin sampai akhirnya musim bercocok tanam datang kembali.

Momen mereka berkumpul bersama inilah yang menjadi awal mulanya hari pengucapan rasa syukur (Thanksgiving Day) ini dirayakan. Perayaan ini berlangsung terus menerus setiap tahun meskipun tidak rutin. Dan pada tahun 1789 Presiden George W. Bush menetapkan Thanksgiving sebagai hari libur nasional Amerika. Namun perayaan hari libur ini tidaklah berlangsung tahunan hingga abad ke 19. Barulah awal tahun 1920an Thanksgiving dirayakan sebagai hari libur nasional di setiap tahunnya. Hmmm ... Begituuuuuuu ....

Sumber? Perkawinan dari nanya ke teman disini plus wikipedia buat penguat informasi #lol.

Balik lagi soal duga menduga apakah Thanksgiving itu hari besar agama atau tidak, mungkin barangkali ada yang berfikir bahwa perayaan Thanksgiving Day identik dengan perayaan hari besar agama. Atau bisa juga ada yang mengatakan bahwa Thanksgiving Day sejenis hari preparasi menyambut natal dimana natal adalah hari besar agama umat Kristian. Jadi?

Sudah jadi hal yang terlarang kan ya kalo kita merayakan sesuatu atas nama ikut-ikutan tanpa memiliki filosofinya. Karena bisa-bisa kita jadi masuk ke golongan agama atau kelompok tersebut. Kalo bagus sih ga apa-apa, kalo menyesatkan? Berabe doooonks.

Baca juga: My First Thanksgiving

Tantangannya, hidup di negara minoritas Umat Islam nya ini tentunya membuat saya berfikir 1000 kali untuk mengikuti tradisi di negara ini. Jangan sampe anak-anak taunya tradisi agama lain ketimbang agama sendiri. Dan memang benar, kekhawatiran saya ga jauh-jauh dari anak. Hihihi. Kalo salah-salah dalam mendidik, bisa berabe juga #naudzubillah.

Tuwewewewew ... #OOTdetected. Memang udah bawaan kalo nulis blog ga bakal jauh-jauh curhat soal anak #lol

Back to Thanksgiving.
Banyak cerita legenda terkait Thanksgiving ini. Saking banyaknya bikin saya lieur anu mana anu sesungguhnya. Tapi kan memang begitu ya, sejarah itu gimana si pembuat ceritanya. Tidak tau yanng benar atau salahnya. Lagi-lagi kudu mempelajari dulu lebih dalam. Dan saya khawatir saya mendadak jadi sejarawan gegara bahas sejarah Thanksgiving ini. hehehehe. Nah hal menarik dari semua yang saya baca (kaya yang hu uh aja banyak), konon katanya Thanksgiving day dilangsungkan saat hari dimana perang saudara di Amerika terjadi (Nah lain lagi cerita versi lainnya. Perang yang terjadi justru bukan antara kelompok pluritan-sebutan untuk koloni pilgrim yang datang hijrah dari Inggris ke Amerika-bener gasih??? #gayakinsendiri-dengan koloni utusan pemerintahan Inggris. Namun perang antara Pluritan dengan Indian. Jadi sejenis ada rumor air susu dibalas air tuba gitu. Udah diajarin bercocok tanam sama suku asli, eh malah daerah tempat tinggal mereka diambil. (ini isu sensitip nih, jadi skip. Soale males cari sumbernya #krik krik krik). . Perang ini merenggut cukup banyak nyawa. Seperti halnya kisah perluasan kekuasaan jaman kolonial di Indonesia dimana nyawa seperti tak berharga, Amerika pun memiliki sejarah penjajahan yang cukup kejam pada saat itu. Bedanya, mereka di jajah oleh koloni yang berkebangsaan sama dengan mereka saat itu, yaitu koloni Inggris. Makanya disebut perang saudara kali ya. Dan perayaan Thanksgiving diadakan untuk menutupi peristiwa ini. Sejenis pembelotan isu hehehehe.

Jadi, Thanksgiving hari besar agama bukan? Simpulin aja sendiri. :P Yang pasti, Amerika bukan negara beragama. Agama hanya boleh sebagai pilihan individu. Tidak boleh masuk ke dalam negara. Sehingga jelas, Thanksgiving bukan dianggap sebagai hari besar agama. Lalu bagaimana dengan Natal? Tunggu tulisan berikutnya ya ... #tertawapicik

Columbus, 7 Desember 2017

@merisapu3


Pesan moral:
Bagi saya, setelah merasakan betapa musim dingin itu benar-benar mengundang lapar berkepanjangan dan butuh menghangatkan badan tak hanya membalutkan kain tebal nan panjang, tapi harus disumpel makanan dan minuman hangat, perayaan Thanksgiving itu menjadi identitas kebertuhanan masyarakat yang luar biasa di Amerika. Dimana ketika kehadiran Allah dianggap penting oleh mereka, maka artinya fitrah ketuhan mereka masih berbicara. Tinggal berdoa saja, ketika kejayaan Islam datang, Islam yang rahmatan lil 'alamin bisa menyapu lembut hati-hati bersih mereka yang masih merasakan kebesaran Allah dan hidayah pun turun untuk mereka. 








BLOG, Jangan Buat Aku Congkak Blog!

Selasa, 05 Desember 2017
Template baruuuu!!! Ye!!!! Akhirnya ...

Dan ternyata memiliki template baru itu euforia seperti halnya punya apa-apa yang baru, seperti rumah baru. Pasti pengen langsung beli sofa, dipan, lemari, perkakas dapur dan semua hal buat bikin si rumah baru makin kece.

Di blogging, saya lagi euforia rumah baru ceritanya. Jadi ceritanya setelah berbulan-bulan merangkak nyari tau dimana sih orang-orang (red. para blogger) keren itu dapetin template kece buat blognya??? Baca sana baca sini. Ada yang bilang pindah rumah aja ke wordpress. Oke, saya pindah rumah. Semua konten blog yang ada di blogspot udah di export semua. Tapiiii ... saya jadi kudu ngotak ngatik lagi buat atur widget nu kararitu nya #mewek. Ga tau apa untuk ngoprek yang begituan butuh waktu jutaan tahun buat saya hingga akhirnya 'tek' ngerti. Akhirnya yowes, pokoke nulis. Template ga penting. Yang penting nulis, rutin, apapun itu isinya. Dan pikiran untuk memiliki template kece pun pelan-pelan pudar.

Namun, tiba-tiba #eitdah. Kok muncul lagi? Hehehehe. Biasanya keinginan punya template kece itu muncul sesaat setelah baca blog para sesuhu yang udah pada kece. Mulai deh sayanya ngubek lagi sana sini info terkait template di blog-blog baik kepo langsung ke blog sesuhu, atau searching di Google. Tetep! saya ga puas karena belum tersambung dengan baik ke otak apa yang disampaikan blogger-blogger ini.

Sampai akhirnya saya bertemu dengan template yang sekarang lagi dipake. Dan tampaknya disinilah cerita bermula. Saya pun sombong, angkuh dan congkak #astaghfirullah. Baru ganti template aja sudah muncul jumawa. Ah dasar saya manusia #hiks

Jadi entah mengapa, sesaat template terpasang, saya mendadak (ya Allah sering amat pake kata mendadak) merasa jadi blogger keren gegara lookingnya si blog tu blog impian saya bangeeeeeet. Hahahaha. Padahal tulisan aja yang baca cuma berapa biji orang. Nulis cuma sekali seminggu dan itupun curhatan. Paling banter tips ala-ala atau review film ma resep yang ditulis dengan bahasa yang ga banget (Eh review film kayanya tulisannya lum pada tayang deh karena mandeg-tuh kan???). Intinya saya banyak curhat nya ketimbang menginspirasi ala-ala nya hahaha. Gegara jumawa ini, saya jadi berenergi gitu untuk terus-terusan mencari tau apa yang dilakuin para blogger pada umumnya selain menulis tentunya. Ceritanya biar beneran kece gitu. Bagus sih, tapi efeknya ... Saya jadi pusing sendiri.

Cing kita liat dulu istilah-istilah yang lagi berkeliaran bebas di alam pikiran saya.


  • Niche
Wah, apa itu? Nice? Ternyata bukan. Niche kaya genre kali yak. Blog macam apa sih yang tengah kita kembangkan. Beauty, Healthy, atau apalah. Yowes, karena lagi usum lifestyle, saya merasa niche blog saya lifestyle dalam artian gaya hidup ala saya. Hahahaha. Tadinya saya pikir saya aja yang mendefinisikan lifestyle itu demikian, ternyata nemu tulisan di blognya mba Shintaries dan beliau berfikiran sama. Okeh, soalan nice ga perlu di ambil pusing
  • SEO
Berasa baca CEO. Yang kebayang oh mungkin blog punya CEO nya. hehehe. Ga taunya Search Engine Optimation ya. Ooooh ... yasud segitu aja. Dan baca-baca, intinya gimana caranya biar tulisan di blog kelacak sama mbah gugel. Wow! Dulu pernah denger temen ngomong kaya gini. Penasaran. Tapi ya gitu. Ga ngerti caranya dan yoweslah, toh kemaren-kemaren ga pake trik trik tetep aja tulisan tentang visa dan innerchild kelacak aja sama yang lagi nyari infonya.
  • DA / PA
Apalagi lagi itu???  #garuktembok
Pas dicari, DA itu domain authority, PA itu page authority
Ah ga ngerti. Skip!! Eh tapi sempet sih nemu blog yang ngasih tau cara ngecek DA PA ini. Pas dicek, saya ga bisa baca hasilnya #dongdongdongdong
  • Google Analytics (GA)
Masya Allah. Saya pelan-pelan makin sutris. Tapi karena penasaran akhirnya coba cari tau. Dan  bikin akun juga hahahaha. Cukup menarik. Tapi sekarang mau bye bye dulu sama si GA karena tampaknya ....

dari semua poin di atas menyuruh saya untuk fokus untuk 

menulis menulis menulis 
Karena saya masih banyak PR nya soal menulis konten yang baik.

Bisa dikata, saya sok-sok an mau akselarasi dari kelas 1 SD ke kelas 6 SD cuma gegara dibeliin baju baru (red. si template), padahal otak ga kesampaian. Hahahahaha.

Nah, ada pelajaran keren yang saya dapati dari pembelajaran tentang blogging yang saya lakukan  selama 2 semester ini (red. menanti template diganti) sebagai hasil renungan atas saya yang merasa telah belajar keras tapi malah dikasih pusing dan penurunan prestasi blog:


  1. Sebagai Blogger, baikin bener-bener niatin awal untuk ngeblog deh. Bahkan sekedar untuk rada sombong saja saya sudah dapat teguran nih. Hehehehe. Yang tadinya tulisan saya dibaca oleh ratusan orang sekalinya sharing, sekarang cuma puluhan orang coba (bahkan dibawah sepuluh orang #tragis). Dan entah kenapa kejadian ini terjadi pasca saya ganti template baru hmmmm #cocokologi
  2. Tujuan buat nulis juga dibenerin lagi, biar bahasa yang mengalir ga menggurui plus ga bikin pembaca kabur. Ngaliiiiiiir gitu kaya air sungai. Jadi nyampe ke pembacanya seger. Dan saya sadar, sebelum ganti template juga saya PR nya emang disini #lol (jadi template bukan penyebabnyah hahaha)
  3. Boleh punya niatan blog di seriusin untuk jadi pemasukan hepengan (kan makin banyak yang dateng ke blog kita, makin bagus kan pretasinya), tapi tetep aja, jumawa itu haram dimana-mana hahahaha. Berhati-hatilah biar ga kena kutukan :D
  4. Bergabung di komunitas itu semata-mata bukan untuk agar supaya banyak yang kunjungin blog kita karena kita share link, tapi lebih dari itu donks. Misal agar supaya makin banyak sodara dan memperpanjang silaturahim begitoh. (Aamiin). 
  5. Soalan orang bakal baca apa ga tulisan kita di blog ya itu balik lagi ke konten yang kita tulis. Kalo orang ga tertarik, meski ada program blogwalking juga, tetep aja orang bacanya cuma selewat. hahahaha. Lagian juga kasian orang dipaksa komen sedangkan dia ga mudeng sama tulisan kita pan??!!! #nunjukdirisendiri
  6. Baca blog orang bukan sekedar pelepas segan karena dia udah maen ke blog kita, alias basa basi gitu, tapi emang biar dapet referensi at least referensi hikmah kehidupan. Hadooooh emang ya saya tuh! #Plakdirisendiri
  7. Ambil pelajaran dari setiap kisah yang di share teman-teman di grup komunitas menulis kita, barangkali bisa jadi inspirasi kan??!!
  8. Memang sih kalo mau jadi blogger beneran yang menebar manfaat kita kudu aktif di media sosial, tapi tetep aja pilihan ada ditangan kita. Dan saya masih memilih membatasi diri untuk terlalu eksis di media sosial. hehehehe (membatasi dirinya udah narsis kaya gini ya, gimana kalo ga dibatasin  ... hmmmm)
  9. Menulis dari hati dan akhirkan dengan solusi, itu tampaknya lebih berfaedah. Meskipun isinya curhat sekalipun.
Itu sih semua yang ada di otak saya yang makin tumpul diajak begadang super ekstra selama dua hari berturut-turut (student benerannya aja udah ngorok coba ... saya malah begadang kaya yang lagi final exam aja #lapingus). Mohon maaf kalo banyak ga nyambung dan typo nya ... Otak mulai ga bener. Tapi diri masih penasaran buat nerbitin 1 tulisan lagi hari ini. hehehehe

Okeh! Dari kemaren saya berhasil nulis curhatan otak saya mulu. Kemaren dalam fotografi dan sekarang dunia blogging. Bukan karena apa-apa. Memang karena saya lagi dalam masa pencarian. Meski usia udah mau kepala tiga, mencari dimana akhirnya jodoh beraktivitas (red. kerja atau sesuatu karya) ketemu tentunya belum terlambat. Daripada saya sibuk terus curhat soalan ngasuh anak yang emang ga ada endingnya, mending curhat soalan proses berfikir kaya beginih. At least terlihat kaya yang doyan mikir gituuuuu huahahahahaha.

Columbus, 5 Desember 2017



Fotografi untuk Pemula: Ini me Time ku

Senin, 04 Desember 2017
Konon katanya me time itu wajib bin kudu. Kalo ga me time bisa gaswats katanya! Pendapat saya? Setujuh! Terutama buat orang tua baru, yang baru memiliki anak yang usianya kurang dari 4 tahun (bukan teori siapa-siapa ... hahahaha. Pendapat saya aja!).

Baca Juga: Me Time (Tulisan ini saya tulis jaman uhum uhum sama LDM dan ihik ihik ngasuh anak kembar cilik, barusan baca lagi tulisannya, Ya Allah, beremosi sekali saya menulisnya. Cadas!)


Saya, setelah melewati badai gejolak jiwa selama bertahun-tahun yang berjasa melahirkan blog ini sebagai teman setia, Alhamdulillah mendapatkan juga waktu me time saya disemester ini. Yoi, baru semester ini pemirsah!!!! Me time yang benar-benar hanya saya. Tanpa anak, tanpa suami! (Keliatan amat yak 'sutris' nyah), yaitu dengan mengikuti kelas komunitas di daerah sekitar kampus (tepatnya di gereja) dan juga mengikuti kajian mingguan yang disebut Sister Halaqoh di Masjid deket rumah. Aktivitas offline seperti ini yang saya idam-idamkan dari jaman dahulu kala. #lapkeringat. (Meski kadang untuk sister halaqoh seringnya bawa anak-anak)

***

Saya memang pribadi yang doyan bersosial. Sayangnya aktivitas sosial di media sosial tidak membuat saya merasa 'terpuaskan' karena saya senang yang real bukan virtual. Hehehehe. Tapi, ketika yang virtual itu untuk sebuah karya, saya doyan! Sejenis komunitas #1minggu1cerita yang saya ikuti untuk menambah saudara yang sehobi dan sedoyan dalam dunia tulis menulis dan blogging ngeblogging.

Jauh sebelum komunitas menulis, saya juga bergabung dengan komunitas fotografi bernama @uploadkompakan di Instagram sebagai aktivitas berkarya pertama saya efek me time yang belum kesampaian tea. Saya yang tadinya menatap hambar fotografi meski diracuni fotografi berkali-kali oleh seorang kawan tahun 2009an, akhirnya bisa terpikat hatinya benar-benar untuk belajar fotografi bulan Februari tahun 2017. Tanggal dimana saya awal mula join komunitas fotografi ini. (Wow! Saya memang agak sulit dibujuk rayu memang wkwkwkwkwk.). Kenapa join? Karena nyari aktivitas buat me time!!!! #lol

Jadi, bisa dikatakan bulan Februari itu merupakan jepretan pertama saya tampil di khalayak ramai komunitas @uploadkompakan dan bulan Mei foto hasil jepretan saya masuk grid dooooonk. Yeeeeeeeee!!! (Sampe sekarang belum masuk grid lagi sih #lol)

Meski cuma sekali masuk grid, paling ga gegara itu saya rada konsisten motret meski ga semua tayang untuk postingan @uploadkompakan. Mana tau nasib foto-foto saya agak mirip nasibnya sama blog ini, yang tadinya diniatin buat curhat, malah lumayan berkembang karena konsisten. Hehehehe

***

Hmmm ... Menjadi pemula itu emang dimana-mana ga enak. Selain berasa balik ke jaman jadi anak bawang waktu kecil, menjadi pemula itu juga bikin saya berasa rada-rada dongdong yang memang pada dasarnya udah dongdong. Kagak ngerti inilah ... itulah ... apalah ... apalah ... pokoknya semuanya kagak ngerti! Termasuk ketika saya memutuskan untuk menyukai fotografi. Banyak hal yang saya ga ngerti. Mendadak kepala ngebul berasap yang keluar dari lubang hidung dan telinga. Mamaaaaaaah ... sambil garuk-garuk panci trus pukul ke kepala sendiri.

Okeh! Berhenti mengeluh. Saya hanya ingin berbagi pengalaman soalan me time saya yang kemaren ngedadak udik ngulik kamera dan istilah fotografi (yang entah siapa yang ciptain), istilahnya njelimet punya. Sebelumnya, FYI (kata anak jaman sekarang por yur impormesyion) saya bukanlah seseorang yang ahli bin jago fotografi. Saya hanyalah seorang wanita yang mencoba mencintai si fotografi dikarenakan saya seneng liat gambar yang sejuk di pandang mata.

Okeh lanjut!

Ada beberapa hal yang muncul dalam sanubari saya sesaat menyelesaikan me time berkualitas bersama kamera dan fotografi kemaren, yaitu mendadak merasa cerdas. Ahaa!!!!!! Maklum, lagi-lagi saya seringnya merasa dongdong kebangetan ... hiks.

Kenapa saya merasa cerdas? Karena saya habis membaca banyak hal terkait fotografi dan pengaturan manual si kamera yang saya punya. Mulai dari yang berbahasa inggris (padahal cuma 1 artikel) sampai ke yang berbahasa Indonesiah rayah! (Halo mba raya Makyus! hahahaha). Kedongdongan memang berkorelasi dengan kemalasan dalam membaca, jadi yang wajar. Jadi, Maafkan sayah! Biar saya tak dongdong lagi (yang ga tau apa itu dongdong, tanya google ya #kalo ada di google tolong lapor saya heu), jadilah saat ini saya banyak bacah! --> Ini paragraf ga penting sumpah!

Sebelum menyampaikan hasil baca-baca saya yang memang belum kelar dan ga tau bakal kelar kapan tentang fotografi, saya mau berbagi dulu tentang apa yang ada dipikiran saya ketika mencoba mempelajari fotografi ... Cekidot!!!

Jepretan Pertama Yang Berhasil
Diedit Rada Mulus
Kudu Punya Kamera
Bisa dikatakan saya cukup visioner #eitdah. Jadi begini! Meski belum tau akan memutuskan menekuni hobi apa (karena dari SD ampe beranak saya ga tau hobi dan passion saya apah) sebelum berangkat ke Amerika, saya memang sudah agak feeling kalo fotografi jadi salah satu nominasi perhobian dan perpassionan yang bakal saya geluti. Jadilah ketika suami mengkomunikasikan akan hendak membeli HP baru (jaman kita LDM tatahap 2), saya langsung bilang "Beli HP yang kameranya baguuuuuus". Akhirnya belilah saat itu Samsung J7 karena hanya itu yang sesuai budget. Alhamdulillah si Samsung ini kamera HPnya keren setelah berkolaborasi dengan ilmu fotografi khusus kamera HP. Jadi awal join komunitas fotografi, saya jeprat jepret pake si Samsung inih.

Beda Kamera Beda Gaya
Punya satu jenis kamera bukan berarti kemudian saya bakal bisa memotret langsung menggunakan kamera jenis lainnya. Tetep aja butuh penyesuaian. Ibarat nyetir mobil, butuh adaptasi dulu sama steeringnya, perangkat-perangkat lainnya biar ga salah pegang. Kaya misal niat hati mau masukin gigi malah gerakin swiper. Nah lho ...  kan berabe urusannya. Begitu juga dengan kamera, butuh dipelajari dulu sebelum akhirnya jeprat jepret. Butuh adaptasi dan pendekatan personal #yaelah

Nah, perihnya adalah ketika kamera yang (dulunya) saya punya itu adalah kamera HP!!!! Itu mah kudu belajar dari eennnnnnnooool kalo mau bisa make kamera beneran sejenis mirrorless atau DSLR. (ini kasus saya!) #garukaspal

Fotografi Istilahnya Segudang
Istilah memang ada dimana-mana. Udah kaya Tuhan aja, ada dimana-mana. Hehehe ... Maksudnya, ga hanya ketika mendalami fotografi saja saya menemukan istilah-istilah baru, tapi juga ketika saya mendalami bidang tertentu, pastinya banyak saya temukan istilah-istilah baru. Nah, sebagai usaha agar uang yang saya keluarkan untuk membeli kamera jadi berguna dan 'balik modal', jadi pelajarilah istilah fotografi agar kamera kita termanfaatkan dengan optimal. (Penyemangat untuk diri sendiri inih!!!! yang abis invest dalam bentuk kamera #sekasek)

Lensanya Udah Kaya Jualan Obat
Hal di atas yang muncul di otak ketika melihat deretan lensa. Nyebelinnya, kamera itu punya lensa banyak amat ya!. Kalo saya punya semua jenis lensa plus segala macam filter-filterannya, udah dah, saya dah kaya orang jualan obat dah. Rameeeeeee. Nah, berhubung saya emang bener-bener niat buat explor tentang fotografi, saya harus hati-hati jerat-jerat lensa yang akan menguras isi dompet. Amankan dompet!!!!!!

masih pake samsung j7 ceritanya low light hehehe

Tripod Itu Bikin Galau 
Sebagai pemula. keberadaan tripod itu nyebelin dan bikin mumet buat saya sebenarnya kalo-kalo saya ga punya. Gimana engga coba. Kalo saya punya kamera sejenis mirrorless atau DSLR dan ingin explor plus ingin dapet hasil jepret yang optimal apalagi kalo saya mau photo hunter gitu, ga bawa tripod bakal bikin gambar saya ga steady kalo-kalo dapet objek landscape super keren, misalnya. Tapi kalo dibawa, belum tentu juga kepake karena kalo saya pribadi, bukan tipe good planner untuk hobi baru. Jadi kaya masih meraba-raba, mau ngapain ya sama nih kamera. Mau moto apa ya ... Belum lagi karena emang saya cuma bisa beredar ga jauh-jauh dari kampus dan rumah dan juga terbatas waktu hunting foto di jam sekolah anak-anak yang cuma 3 jam doank. Hmmm #ngeluh Untungnyaaaaaa ... saya dapat tripod dikasih orang Indonesia yang mobilnya dibeli ma suami (baik banget itu mas nya. Mobil dijual di bawah harga jual dipasaran, belum lagi dikasih bonus berupa stroller, car seat, tow tool, dan juga dibolehin nyicil coba - cicilan dah lunas #infopenting - semoga beliau mendapat rahmat ... Aamiin).

Itu sih beberapa hal yang muncul sesaat saya belajar fotografi yang bisa saya ungkapkan. Yang ga bisa diungkapkan nya lebih banyak huahahaha.

Pesan moralnya adalah
berfikir lah sebelum membeli. Apalagi membeli produk yang harganya tak murah. Pastikan kita investasikan uang kita untuk hal-hal yang bermanfaat. Salah satu nya dengan cara mengoptimalkan produk tersebut agar memiliki nilai. #curhat #motivasidiri #biargasia-sia #biargiatbelajar

"Fotografi itu bukan perihal apa kameramu dan berapa harganya, tapi seberapa dalam kamu mempelajari dan menerapkan ilmu fotografimu"

Ini me time ku ... apa me time mu? Tinggalkan jejak di komen yak :)

Columbus, 4 Desember 2017

@merisapu3