MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Image Slider

Menelisik Makna Pendidikan: Sebuah Narasi dari Materi Workshop Charlotte Mason untuk Keluarga Muslim

Kamis, 10 September 2020
Pada tanggal 6 September lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah workshop yang diadakan oleh (sebutlah) komunitas Menyemai Hikmah. Nah tulisan di blog kali ini berisi apa yang saya peroleh dari pertemuan sesi 1 workshop ini yang menjadi landasan awal sebelum melangkah ketataran teknis berupa kurikulum.



Charlotte Mason dan Filosofinya
Langkah pertama yang perlu diperhatikan ketika kita ingin mengadopsi metode Charlotte Mason (CM) ini dalam pendidikan keluarga kita yaitu filosofi. Bersepakat dengan filosofi yang diusung CM yang terangkum dalam 20 prinsip CM. Tujuannya apa? Agar keutuhan pemahaman kita terhadap apa yang jadi alasan dibalik kita menerapkan metode ini memiliki akar yang kuat. 

Nah hal yang sangat menarik yang saya peroleh dari materi sesi 1 workshop hari minggu lalu yaitu bagaimana mba Qonita, seorang homeschooler praktisi metode CM memaparkan prinsip tersebut dalam sudut pandang kita seorang muslim. Pekerjaan saya terasa dibantu beribu langkah dalam memahami metode CM sebagai seorang Muslim.

Memang, dari sedikit yang saya baca mengenai pemikiran CM ini, nyaris semuanya ada dalam ajaran agama kita. Mulai dari cara CM memandang anak sebagai manusia utuh yang dalam parenting islam kita ketahui anak terlahir bersama fitrahnya, tidaklah seperti kertas kosong yang siap ditulis, atau playdough yang siap dibentuk.

Apa dan Mengapa
Mengadopsi sebuah metode pendidikan tak sekadar mengadopsi teknis aplikasinya. Dalam CM kita benar-benar diminta merumuskan sendiri apa yang kita butuhkan. Sehingga pekerjaan utama kita ketika ingin mengadopsi metode CM dalam pendidikan keluarga kita adalah dengan menemukan jawaban atas apa dan mengapa kita melakukan sesuatu.

Dalam sesi 1 yang memang dikuras abis selama 2 jam untuk menyamakan persepsi tentang hakikat pendidikan bagi kita sebagai seorang muslim, diperinci begitu mendalam oleh mba Qonita. Beliau menamakannya timeline. Bagaimana kita diminta untuk merumuskan visi misi keluarga berdasarkan timeline kita sebagai seorang Muslim. Masya Allah.

Jika kita sudah mampu melihat timeline tersebut, maka terjawablah hakikat kita sebagai manusia. Setelahnya kita urai lagi komponen yang terdapat di dalam diri kita, yang diumpamakan dengan perumpamaan yang menarik oleh mba Qonita.

1. Nurani yang diumpakan sebagai mahkamah agung
2. Nalar sebagai hakim
3. Kehendak sebagai (duh maaf saya lupa😅)

Beranjak ke bagian lain dari tubuh kita, mba Qonita mengajak kita membayangkan bahwa tubuh kita terdiri dari departemen-departemen yang membantu terlaksananya sesuatu dari diri kita. Saya coba ingat-ingat ya. 

1. Departemen pikiran
2. Departemen hati
3. Departemen tubuh
4. Departemen jiwa

Nah masing-masing departemen ini diuraikan lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Departemen pikiran terdiri dari pejabat dan hasrat
2. Departemen hati terdiri dari cinta dan keadilan
3. Departemen tubuh terdiri dari hasrat atau selera dan dayang
4. Departemen jiwa ga ada di slidenya dan saya agak mulai riweuh pas bagian ini😢😅🤦

Yang saya tangkap dari pemaparan analogi ini yaitu bagaimana kita manusia selalu memiliki dua sisi yang saling mengontrol. Nurani, nalar dan kehendak tadilah yang berkolaborasi membentuk sebuah keputusan terhadap apa yang menggerakkan diri kita melakukan sesuatu.

Kita ambil contoh dari departemen tubuh yang masih saya ingat. Ada hasrat atau selera dan juga dayang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kita manusia memiliki hasrat untuk makan (rasa lapar), dayang yang memenuhi hal ini yaitu si indera pengecap kita. Jika kita memenuhi kebutuhan hasrat tadi sesuai dengan kebutuhan, artinya kita tidak diperbudak dayang kita. Namun jika kita terus saja makan sedangkan kita tahu bahwa kita sudah kenyang, namun karena terasa enak dan kita lanjut makan, maka artinya yang jadi pengontrol kita yaitu dayang kita.

Mencoba Merelasikan
Dari secuplik materi yang saya coba narasikan di atas, luar biasa memang mba Qonita meramu analogi-analogi tersebut. Dan setelah saya coba relasikan dengan apa yang saya ketahui sedikit tentang CM dan juga tentang Islam, memang seharusnya seperti inilah yang harus kita lakukan. 

Memahami hakikat manusia, seperti yang kita tahu bahwa di dalam Islam ada hadist nabi yang berbunyi:

Man 'arofa nafsahu faqod 'arofa rabbanu
Kenalilah dirimu maka kamu akan mengenal Tuhanmu

Penjabaran analogi departemen inilah yang saya lihat sebagai langkah awal kita mengenal diri kita, mulai dari tubuh kita (fisiologis, psikologis), lalu pikiran kita, hati dan jiwa kita. Sehingga kita tidak akan bertindak atas nama katanya-katanya. Masya Allah.


Menurut CM, yang saya baca melalui buku mba Ellen Kristy, Cinta Yang Berpikir, memang pengetahuan minimal yang harua dikuasai orang tua adalah pengetahuan tentang fisiologi dan psikologi. Dua pengetahuan yang mengantarkan kita mengenali diri kita. Dan mba Qonita juga memaparkan dalam sesi 1 ini.

Penutup
Banyak sekali relasi-relasi yang dikutip oleh mba Qonita antara pemikiran CM dengan konsep-konsep hidup dalam Islam. Saya akan coba ulas di blogpost terpisah. Semoga narasi ini bisa menjadi jalan saya belajar lebih mendalam lagi.

Batujajar, 10 September 2020

Nb: narasi ini saya buat semampu saya dan berdasarkan apa yang saya olah dari yang saya dengar saja. Jika terdapat kekeliruan mohon koreksinya. Saat materi berlangsung saya tidak berkesempatan mencatat dan juga belum berkesempatan mendengar kembali rekaman zoom nya. Terimakasih 🙏.

Cinta Yang Berpikir: Langkah Awal Mengenal Sebuah Filosofi Pendidikan Dari Charlotte Mason

Sabtu, 05 September 2020

Apa yang terpikir ketika mendengar kata filosofi? Tampaknya ga semua orang ya menyukai bidang ilmu ini, saya salah satunya. Namun, tidak menyukai bukan berarti anti atau tidak mau menyentuhnya sama sekali. Maka kali ini, saya beranikan diri mengulas sebuah buku sederhana namun syarat makna, yang berjudul "Cinta Yang Berpikir".




Yuk Review!

Buku yang berjumlah dua ratus empat puluh dua halaman di luar lampiran dan daftar pustaka ini di tulis oleh seorang homeschooler bernama mba Ellen Kristy. Sebagaimana yang tercantum di sampul bukunya, buku ini dikatakan sebagai manual book atau buku panduan untuk mengenal pendidikan karakter yang diusung oleh tokoh pendidikan lawas berkebangsaan Inggris bernama Charlotte Mason.


Buku ini dibagi menjadi tiga bagian yang dibuka dengan prolog sebagai perkenalan awal  tentang pemikiran sang tokoh pendidikan. Lalu ditutup dengan epilog khas filsuf yang mengajak para pembacanya untuk berpikir 'what's next?'. Nah tiga bagian yang terdapat dalam buku ini, menurut saya sangat membantu para pembaca yang tertarik melakukan pendidikan rumah atau homeschooling, terutama yang ingin mengadopsi pemikiran Miss Mason ini. Yuk kita coba review lebih dalam (semoga ga spoiler ya😂😅)


Sekilas Filosofi

Di bagian awal, Mba Ellen Kristy pada buku ini membawa para pembaca untuk mengenal, memahami, dan meresapi filosofi pendidikan yang diusung Miss Mason. Filosofi ini bisa dikatakan sebagai rangkuman dari buku-buku yang ditulis Miss Mason kala itu, terutama terkait landasan filosofis metode Miss Mason.

Tentu dengan membaca buku "Cinta Yang Berpikir" ini akan sangat mempermudah proses perkenalan awal kita para pembaca dengan konsep Miss Mason. Mengingat bahasa Inggris sejaman Miss Mason tentu challenging alias susah 😅.

Sedikit bocoran tentang filosofi Miss Mason, bisa kita lihat dari dua puluh prinsip yang dijadikan pakem pelaksanaan metode Charlotte Mason ini. Apa aja sih? Berikut lima dari dua puluh prinsipnya:

1. Anak terlahir sebagai pribadi yang utuh, bukan lembaran kosong atau embrio yang berpotensi sebagai pribadi utuh.

2. Anak menyimpan potensi menjadi baik atau buruk.

3. Prinsip otoritas untuk hidup teratur dan harmonis

4. Prinsip otoritas berprikemanusiaan namun tegas dan jelas.

5. Tiga instrumen pendidikan yaitu atmosfer, disiplin dan kehidupan.


Masih banyak hal yang diulas dalam bagian ini. Menurut saya, bagian pertama ini benar-benar ngebentuk mindset dan dibacanya ga bisa sekali atau dua kali (ini saya sih 🤦😂). Karena memang bahasanya itu mempermainkan pikiran ala filsuf, tapi bukan filsud aliran berkelit ya. Yang suka muter2 ga jelas. Mba Ellen dalam bagian awal ini mencoba memantik benak kita untuk berpikir, berpikir dan berpikir. Makanya judul bukunya "Cinta Yang Berpikir" 😁🤫


Sekilas Kurikulum

Beranjak ke bagian kedua, mba Ellen Kristy mulai memperkenalkan apa saja yang menjadi menu kurikulum dalam pendidikan Miss Mason. Salah satu menu yang paling menarik bagi saya yaitu menu narasi yang memang menjadi ciri khas atau ikon dari metode Miss Mason ini. 


Sekilas menu narasi ini terdengar biasa, yaitu menceritakan ulang apa yang sudah dibacakan. Tapi ada satu teknik yang digunakan Miss Mason yang menjadi aturan main dari aktivitas narasi ini, yang lagi-lagi menurut saya membuat si narasi ini ga jadi biasa, yaitu single reading alias sekali baca. Jadi ga ada tuh istilahnya pas narasi kita minta dibacakan ulang karena alasan ga fokus atau kurang terdengar atau lupa🤭. Narasikan setelah kita dengar teks dibaca sekali baca, narasikan apa yang ada dibenak kita.


Semoga saya ga spoiler ya 😅😬


Satu lagi menu menarik dan masih terkait narasi yaitu Living Books. Kalo dibahasa Indonesiakan apa ya 😅. 


Namun setelah saya coba resapi semampu saya dari semua pemaparan para praktisi yang saya dengar dan baca. Dan juga hasil merenungi sekaligus merasa-rasai apa sih bedanya living book ini dengan buku-buku lain, bisa saya simpulkan bahwa living book itu adalah sebuah buku yang bisa membangkitkan dan merangsang akal budi kita untuk membuat ide hidup. Ide yang ketika kita selesai membacanya pun akan terus terngiang di benak kita. Ada rasa ingin membahas dan mencari tau lagi dan lagi terhadap apa yang didapat dan diolah oleh pikiran kita setelah membaca buku itu. Sebuah ide yang bisa membentuk sikap kita tentang hidup yang akan kita bawa kemana.


Okeh itu aja ya tentang kurikulum. Yang pasti dibagian ini juga dibahas tentang pelajaran lain dengan metode Miss Mason ini, seperti pelajaran Matematika, IPA, seni dan Bahasa.


Sekilas Komparasi

Bagian ketiga dari buku "Cinta Yang Berpikir ini, mba Ellen menyuguhkan sebuah perbandingan metode pendidikan yang kerap digunakan para homeschooler. Sebuah bahasan menarik yang bakal menjawab tebak-tebakan para pemula seperti saya yang biasanya sudah mengenal terlebih dahulu metode lain seperti Montessori. Ayo siapa yang ga kenal Montessori. Paling ga ibu Montes ini cukup terkenal dikalangan ibu-ibu muda di Indonesia.


Selain Montessori, ada empat metode lain yang disandingkan mba Ellen untuk komparasi, diantaranya:

1. Unit studies

2. Unschooling

3. Classical Education

4. Waldorf


Nah bagi teman-teman yang penasaran dengan metode pendidikan Miss Mason ini, bisa membaca buku mba Ellen ini sebagai perkenalan awal yang cukup intim menurut saya. 


Oh ya, jika teman-teman tertarik mengadopsi metodenya, maka kita harus bersiap membaca buku asli pemikiran Miss Mason yang berjumlah enam buah. Apa aja?

1. Home Education

2. Parents and Children

3. School Education

4. Ourselves

5. Formation of Habits

6. A Philosophy of Education


Gimana? Semoga ulasan ini ga spoiler ya dan menambah rasa ingin tahu. Jikapun tidak homeschooling, menurut saya buku ini sangat membantu kita membentuk kembali filosofi pendidikan yang kita punya. Atau paling tidak menumbuhkan sikap penuh prinsip dalam pendidikan. Tidak hanya bisa diaplikasikan ke anak, metode Charlotte Mason ini bisa juga kita terapkan ke diri kita.


Udah ya reviewnya. Selamat berburu buku dan membacanya!


Batujajar, 5 September 2020


Tulisan ini ditulis untuk aktivitas komunitas 1 Bulan 1 Buku