MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Merawat Bayi Minim Baby Blues

Sabtu, 19 Januari 2019
70 sampe 80% wanita mengalami baby blues pasca lahiran. Kenapa? Karena perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan hormon dan juga kebiasaan.



Perubahan hormon memang menyumbang cukup banyak 'kegalauan' mood alias mood swing. Sehingga letupan emosi bisa terjadi tanpa sebab. Sekarang ketawa, semenit kemudian bisa nangis bombay. Ya kaya pas lagi pra menstruasilah ya lebih kurang. Cuma levelnya agak lebih lebay 😅

Apa Sih Baby Blues itu?
Baby blues (BB) atau dikenal juga dengan istilah postpartum blues (PB) adalah sebuah perasaan sedih yang dimiliki seorang ibu pasca melahirkan bayinya. Biasanya, baby blues mulai dirasa hari ketiga pasca melahirkan dan bisa berlanjut hingga 2 minggu setelahnya.

Baby blues merupakan hal yang wajar dialami setiap ibu yang baru melahirkan. Namun akan menjadi tidak wajar jika perasaan sedih tersebut terjadi lebih dari 2 minggu dan diikuti perasaan ingin menyerah dengan keadaan. Kondisi lanjutan dari baby blues ini disebut Post Partum Depression (PPD).

Meskipun baby blues merupakan hal yang wajar, bukan berarti munculnya gejala baby blues ga jadi perhatian ya. Karena cukup banyak kasus yang berawal dari baby blues ini dengan berbagai macam faktor pemicunya berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti putus asa dengan diri sendiri sehingga ingin mengakhiri hidup, rasa tidak ingin melihat si bayi bahkan ingin menjauhkan bayi selamanya atau rasa khawatir yang berlebihan terhadap berbagai macam pikiran yang muncul.

Gejala-gejala Baby Blues
Untuk menghindari terjadinya PPD, perlu untuk mengetahui gejala-gejala dari baby blues, karena PPD sendiri merupakan lanjutan dari baby blues syndrome (BBS). Dengan mengetahui gejala-gejalanya, diharapkan baby blues bisa diminimalisir kemunculannya sehingga tidak berlanjut pada PPD.

Berikut 10 gejala baby blues berdasarkan americanpregnancy.org
  • Menangis tanpa alasan yang jelas
Menangis biasanya muncul ketika kita memiliki perasaan sedih akibat suatu hal. Apakah sedih karena rindu, sedih karena menyesal atau kesedihan lain yang memiliki alasan yang jelas. Sedangkan saat baby blues, rasa sedih yang muncul tidak memiliki alasan yang jelas melainkan ujug-ujug hanya ingin menangis.
  • Tidak sabar
Masing-masing orang memiliki kadar kesabaran yang berbeda-beda. Saat baby blues, tingkat kesabaran bisa menurun drastis. Sehingga hal-hal yang biasanya bisa kita hadapi dan jalani dengan sabar jadi tidak bisa lagi kita tolerir. Perasaan tidak sabar ini juga bisa menjadi pemicu munculnya gejala-gejala lain dari baby blues yaitu cepat marah.
  • Cepat marah
Seperti yang saya sebutkan di atas yaitu perasaan tidak sabar bisa memicu munculnya gejala cepat marah. Untuk hal-hal yang sederhana kadang kita bisa terpancing untuk marah. Bahkan saat baby blues, kita bisa marah tanpa alasan yang jelas dan dipandang berlebihan oleh orang-orang sekitar kita.
  • Gelisah
Gelisah yaitu perasaan tidak tentram, selalu merasa khawatir, dan tidak tenang. Perasaan ini bisa membuat jadi susah tidur dan kehilangan nafsu makan. Ketika muncul perasaan gelisah pasca melahirkan, bisa jadi gejala baby blues mulai muncul.
  • Cemas
Cemas memiliki artian yang serupa dengan gelisah yaitu tidak tentram hati karena khawatir. Dalam baby blues, kecemasan bisa muncul karena peran baru yang tengah dijalani, baik dipicu oleh diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
  • Lelah
Adaptasi dengan rutinitas baru, fisik yang belumlah sempurna, dan amanah yang bertambah membuat rasa lelah cepat menghampiri. Saat baby blues, meskipun lelah, biasanya tubuh tidak bisa diajak kompromi untuk beristirahat, sehingga kelelahan semakin menjadi-jadi. 
  • Imsomnia bahkan saat bayi sudah tertidur
Meskipun lelah, justru malah jadi sulit tidur. Bisa karena dirundung rasa cemas dan gelisah tadi. Atau susah tidur tanpa alasan yang jelas. Padahal kita memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
  • Sedih
Berbagai macam faktor pemicu, sehingga wanita yang mengalami baby blues sering dirundung rasa sedih. Tak mengenal tempat, waktu dan momen. Sehingga kita sulit untuk tertawa dan tersenyum meskipun tengah berada di momen menyenangkan.
  • Perubahan mood
Perubahan suasana hati yang terlalu mendadak seperti yang saya sampaikan di atas. Semua perubahan mood ini tidak bisa dikontrol dan berganti begitu saja tanpa kita ketahui penanda bergantinya mood tersebut. Hal-hal yang tadinya biasa, ketika terkena baby blues ternyata bisa menjadi pemicu perubahan mood.
  • Konsentrasi berkurang
Dengan banyaknya hal-hal yang wanita yang terkena baby blues itu sendiri tidak mampu mendefinisikannya, membuat konsentrasi berkurang. Mengatur aneka rupa rutinitas dengan peran baru dan amanah baru, membuat kita secara tidak sadar terfokus hanya pada anak. Sehingga untuk hal-hal lainnya konsentrasi menjadi terganggu.

Apakah Baby Blues hanya Menyerang Wanita Pasca Melahirkan?
Berbicara baby blues artinya kita berbicara tentang kejiwaan. Setiap manusia memiliki berbagai macam perjalanan kejiwaan. Variasi kehidupan di setiap individu, tentunya membawa variasi pengalaman yang mengisi jiwa. Sehingga, baik itu laki-laki ataupun perempuan, tidak menutup kemungkinan bahwa baby blues bisa saja menyerang. Seperti suami, orang tua, atau mungkin saudara si bayi.

Namun, karena faktor pemicu utama munculnya BBS adalah perubahan hormon di tubuh si ibu, yang tadinya memiliki hormon kehamilan lalu berganti dengan hormon menyusui, maka memang BBS adalah sebuah istilah yang ditujukan untuk sindrom kejiwaan yang menyerang ibu-ibu pasca melahirkan.

Adapun gejala kejiwaan lain yang menimpa pihak lain selain si ibu, bisa saja serupa, tapi mungkin memiliki faktor pemicu berbeda sehingga membutuhkan bahasan yang berbeda pula.

Tips Merawat Bayi Minim Baby Blues

Melihat dari gejala baby blues, sebenarnya kita bisa meminimalisir atau bahkan menghindar agar tidak terkena BBS. Sehingga, berdasarkan pengalaman pribadi, saya mencoba meramu apa saja yang bisa dilakukan untuk bisa terhindar atau meminimalisir munculnya baby blues syndrome ini. Yang pasti, tips ini sebaiknya dilakukan sebelum melahirkan mengingat BBS biasanya muncul beberapa hari pasca melahirkan.

1. Memperkuat Keimanan
BBS, muncul begitu saja memang. Bahkan seorang wanita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya terkena BBS. Tips ini sengaja saya bahas paling awal karena menjadi faktor penentu keberhasilan tips selanjutnya.
Saya meyakini bahwa keimanan berbanding lurus dengan prasangka. Semakin kita meningkatkan keimanan kita kepadaNya, semakin positif prasangka yang muncul untuk setiap kesulitan yang kita terima. Termasuk tantangan-tantangan yang akan kita terima dengan peran baru kita pasca melahirkan.

2. Mengenal diri sendiri
Menghadapi babak baru dan peran baru, tentunya tidak semudah yang kita bayangkan. Untuk meminimalisir bisikan negatif yang muncul dari dalam diri, mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri bisa membantu kita memilah dan memilih mana bisikan yang bagus dan tidak. Karena biasanya ibu yang baru saja melahirkan akan sibuk bermain dengan bisikan pikirannya sendiri.

3. Mengenal keluarga dan lingkungan sekitar
Mengenal keluarga dan lingkungan bisa membantu kita untuk mengklasifikasi mana hal yang patut didengar mana yang tidak. Mana hal yang patut dijelaskan mana yang tidak. Dan lain sebagainya. Sehingga otak kita tidak terlalu bising dengan hal-hal yang kurang penting.

4. Mengenal Karakter Bayi
Mengenal karakter bayi baru lahir secara umum bisa membantu kita lebih waras dalam menjalani masa awal adaptasi. Misal, menyadari sepenuhnya bahwa bahasa komunikasi bayi adalah dengan tangisan, sehingga kita mendengar tangisan  bayi sebagai bahasa komunikasi bukan sebagai hal yang memekakkan telinga.

5. Belajarlah seperlunya dan secukupnya
Hasrat ingin menjadi ibu yang baik memang sangatlah bagus. Namun ketika mengawali peran, membatasi diri untuk mengetahui semua hal tentang peran baru sebagai ibu agaknya perlu dilakukan. Ibaratkan gelas, isilah sebagian saja dengan teori untuk menghindari overload. Lalu sebagian lagi isi dengan pengalaman. Agar kita bisa fleksibel dengan hal baru dan bisa lebih jernih menerimanya.

Jika ternyata kita baru saja menyadari terkena BBS dan sangat khawatir berlanjut ke PPD, maka perlu melakukan tips berikut:

1. Mintalah bantuan untuk bisa 'berhenti sejenak'
Menjaga diri agar tidak terlalu forsir sangat penting di masa awal menjadi ibu. Tak perlu khawatir peran kita sebagai ibu tergantikan oleh orang lain. Berhenti sejenak dengan aktivitas ringan seperti mandi, makan, buang air, atau bahkan dandan dengan tenang. Hal ini tidak akan mengubah 'ketergantungan' bayi kepada ibunya.

2. Tenanglah, tangisan bayi ada maknanya
Biasanya, hal yang paling membuat ibu baru merasa diburu-buru dan tidak tenang adalah karena tangisan bayi. Pelajarilah bahasa komunikasi si bayi, lalu tenanglah. Karena perasaan tidak tenang biasanya memicu munculnya gejala lain dari baby blues.
Jika sudah tenang, maka selesaikanlah apa yang sedang dilakukan tanpa perasaan terburu-buru karena tangisan bayi. Meninggalkan bayi di tempat yang aman lalu sejenak kita selesaikan apa yang ingin atau sedang kita lakukan tidak akan membuat bayi kita tersakiti. Bayi adalah makhluk cerdas yang mampu diajak komunikasi dan memahami kondisi. Jadi, tenanglah dan nikmatilah aktivitas.

3. Speak Up
Jika berbagai macam upaya sudah kita lakukan untuk meminimalisir munculnya BBS namun ternyata tetap masih dirasakan gejalanya, maka komunikasikanlah. Bisa kepada pasangan, keluarga atau kerabat. Tapi jangan terlalu berharap mereka langsung paham dengan kondisi kita. Karena tak semua orang paham terkait kejiwaan ini.
Jika masih dirasa tidak memperoleh support yang dibutuhkan, maka komunikasikanlah kepada psikolog atau tenaga medis.

Pada akhirnya, apapun terkait sindrom kejiwaan, tentunya kita dan yang menguasai jiwa inilah yang tau, yaitu Allah. Mau bagaimana pun kita mengusahakan agar terhindar, jika tips pertama tidak kita lakukan, saya sangat yakin BBS bisa saja terus menghantui. Apalagi faktor pemicu selain perubahan hormon atas munculnya BBS di setiap individu ini berbeda-beda. Sehingga, tips agar selalu dekat dengan Allah adalah tips paling general yang bisa dilakukan untuk aneka ragam situasi dan kondisi setiap individu.

Semoga tulisan ini sedikit membantu teman-teman yang tengah mempersiapkan diri menanti kelahiran buah hati ataupun teman-teman yang tengah berjuang menjalani peran baru ini.

Columbus, 19 Januari 2019

55 komentar on "Merawat Bayi Minim Baby Blues"
  1. Allah always get our back ya mbak, gimanapun situasinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mba. Krn Allah yg menggenggam jiwa raga kita masha allah

      Hapus
  2. Jenis baby blues tiap ibu yang habis melahirkan kadarnya beda-beda ya, yang paling berat seram juga. Di antara ciri-ciri baby blues di atas akujuga ada sih tapi mungkin masih bisa diatasi. Dukungan keluarga juga perlu banget biar selalu happy sambil berdoa juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba lidya, baby blues kalo berlanjut jadi PPD dan itu nyeremin hiks

      Hapus
  3. Itulah ya pentingnya perhatian dari suami dan keluarga saat setelah istri melahirkan. Ngeri juga baby blues ya mbk, sampai Bis membunuh anak :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba .. bisa lnjut depresi kalo dibiarin mba. Makanya bisa bunuh anak naudzubillahi minzalik ...

      Hapus
  4. Saya juga sempat merasakan kebingungan saat peralihan peran dari istri menjadi seorang ibu dulu. Ternyata memang sebagian besar ibu mengalami hal ini ya.... Rasanya "unik" ya.... :) Semoga kita semua para Ibu selalu sehat jiwa raganya untuk mengemban setiap amanah yang dipercayakan pada kita ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Unik banget mba. Hanya perempuan yg tau rasanya. Aamiin aamiin ...

      Hapus
  5. Baby blues yang terjadi pada seorang bunda perlu dukungan keluarga, mba yang menjaga nya dan juga suami dalam mengatasi baby blues.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mpo ... kl dah dpet dukungan in sya allah BBS out hehe

      Hapus
  6. Salam kenal mb meri hehe terimaksih atas tulisan mb, sangat bermanfaat menambah wawasan saya Meski uhuk blm melangkah ke jenjang tsb. Hehe namun saya yakin tulisan ini sangat membantu perempuan dimanapun mereka berada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mba izzah ..uhuk semoga disegerakanNya ya mba hihihi

      Hapus
  7. mMbak aku baru tahu itu baby blues. Bisa kasih bookmark nih buat nnati jaga-jaga kalau nikah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga prosesnya dilancarkan ya mba #eh aamiin

      Hapus
  8. Info ini penting banget bahkan dulu teman satu angkatan mau ambil skripsi tentang ini sama dosen pembimbing tidak diperbolehkan karena lama khawatir juga lulusnya lama. semoga edukasi ttg baby blues maupun PPD diterima karena banyak kasus ibu yang akhirnya mengakhiri hidupnya krn lingkungan tidak tau apa itu baby blues atau PPD :( dan itu terjadi pada adik sahabatku yg bunuh diri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serius mba? Makanya masih dikit kali ya jurnal indonesia ttg ini pas aku cari. Disini justru org2 concern bangt mba.

      Hapus
  9. Gede juga ya persentase yang terkena baby blues. Menurut saya, support system yang baik dari pasangan dan keluarga terdekat juga bisa sangat membantu bila ibu terkena baby blues

    BalasHapus
    Balasan
    1. Krn mmg hal wajar mba. Perubahan hormon bikin ada hal yg beda terjadi. Krn sifatnya psikis, bener banget mba kudu ada support

      Hapus
  10. Hampir 7 tahun hidup berdua suami, ketika akhirnya punya bayi dan merawat sendiri terutama saat masih waktu cuti, aku ingat aku alami beberapa gejala di atas.

    Setuju banget sama tips merawat bayi minim baby blues terutama point 1, keimanan, harus berbaik sangka selalu dan selalu dengan rencana Allah...

    ... dan PPD memang fatal!

    Yuk kita sharing pengetahuan ini, agar PB dan PPD bisa dihindari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba merantau ya? Huhuhu kerasa mba ... mudah2an masyarakat makin melek ttg PB dan PPD ini ya mba ...

      Hapus
  11. Memang psikologi ibu postpartum itu labil banget. Kdg suka bertanya2 kenapa ya begini hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Krn Allah pengen kita menstabilkan diri dengan mengingatNya #tersolehah hehehe

      Hapus
  12. makasih sudah nulis ini, Mba. Kebetulan sekarang saya sedang hamil, jadi butuh banget persiapan mental dan fisik untuk lahiran nanti. Semoga saya tetap ceria dan terhindar dari baby blues saat merawat baby nanti, amiiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin in sya allah mba selama kita perbanyak berdoa pasrah dan ikhlas. Lancar2 ya mba semuanya ...

      Hapus
  13. Sukaa dengan artikelmu mba. Baby blues ini sebetulnya bisa banget dicegah, atau paling tidak diminimalisir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba ... alhamdulilah smeoga bermanfaat ya mba ..

      Hapus
  14. pertama kali dengar baby blue ini di film kalau gak salah, tapi yang bsa aku tangkap kalau pemicu baby blues itu dikarenakan ketidakterlibatan suami saat istri melahirkan yah? atau semua tanggung jawab anak pasca melahirkan suami tdk begitu terlibat, apa sprti itu kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu iya. Faktor lainnya lbh banyak lagi. Tp krn suami pemeran utama yg membuat istri hamil dan punya bayi, makanya bnyak pemicu krn ketidakhadiran suami ini. Setau ku begtu ya ... hehehe

      Hapus
  15. Jadi inget dulu pernah baby blues juga abis lahiran Najwa. Lebih ke sedih aja sih waktu itu. Lebih sensian akunya haha. Perasaan kayak gak ada yang aware gitu ke aku, mungkin karena perubahan kebiasaan ya. Untung cuma sebentar sih waktu itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama perubahan hormon juga mba. Alhamdulillah terlewati ya mba 😊

      Hapus
  16. Baby blues itu memang complicated banget sih. Aku pernah ngalamin waktu anak pertama baru lahir. Untung banget ada mama dan pasangan yg suportif. Jadi bisa ngebantuin aku yg masih agak gimanaaa gt sama bayi 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung ya mba ada yg support. Jadinya bisa hidup normal hehehe

      Hapus
  17. Saya akui, dulu saya PPD. Penyebabnya emang bertumpuk sih. Kadang-kadang saya evaluasi lagi, kenapa kok dulu sampai PPD. Next time kalau hamil lagi, jadinya nggak kejadian lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masha allah mba. Semoga hamil dan melahirkan berikutnya bisa lbh smooth ya mba in sya allah atas kuasa Allah. Aamiin ..

      Hapus
  18. Ngeri ya senoga terhindar daei semua itu...bener keimanan nya hes bagus klo engga kasian ke anak nya ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya suka pada nolak dibilang keimanan lagi jelek mba. Kaya aku dlu hehehe. Tp ternyata mmg bener.

      Hapus
  19. Aku kalo habis lahiran itu nyetel murottal sepanjang hari. Untuk jaga diri sendiri aja sih. Suport suami dan klg juga membantu banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minta support allah memang lbh nenangin dibanding ngandalin support manusia ya mba. Masha allah ..

      Hapus
  20. “Belajarlah seperlunya dan secukupnya” setuju banget dg kalimat itu. Semakin kita overload informasi semakin berat juga tuntutan ke diri sendiri, padahal masih ada tuntutan dari lingkungan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Apalagi buat org2 perfeksionis kaya saya. Malah beban jadinya kl ga terlaksana apa yg diketahui

      Hapus
  21. Ceritakan ke orang terdekat tentang apa yang dialami. Aku dulu sempet hampir kena serangan BB ini. Sungguh mba .Nyakitin banget. Pusingz gelisah, lihat bayi males.

    BalasHapus
  22. Baby blues memang bikin gemes. Tiap melahirkan aku selalu kena. Banyak curhat lumayan bisa mengurangi. Dan iya, kudu ada yang bantuin. Jangan serba sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusia mmg makhluk sosial yg harus berbagi ya mba termasui berbagi kesah begini...

      Hapus
  23. 5 kali melahirkan baru ke lima aku merasakan baby bues, perasaan sedih, halusinasi bayiku kenapa-kenapa sampai perasaan takut sendiri. Alhamdullilah, setelah hampir dua bulan bisa melewati. Pokoknya waspadai wanita pasca lahiran jjika terjadi gejala sedikit saja sedih atau sebaliknya emosional marah, karena PPD mengancam kesehatan jiwa banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masha allah ... kirian kl makin bnyak anak makin minim terkena BBs mba. Trnyata ga ya .. jadi penasaran sama teorinya euy

      Hapus
  24. Saya mengalaminya saat punya anak yang kedua, Mbak. Alhamdulillah, suami paham. Jadi ngga berlarut-larut deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ... semoga kedepan terus baik2 aja ya mba .. aamiin

      Hapus
  25. Perlu banget ya ilmu ini agar kita biss meminimalisir baby blues ya dan bisa makin bahagia abis melahirkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Bagian ikhtiar aja. Tetap serahkan ke sang penggenggam hati ya mba masha allah

      Hapus
  26. Menerima kekurangan diri sendiri, bisa jadi menghambat hadirnya baby blues kalo menurutku. Kadang bisa loh dengerin omomgan orang anak harus gini gitu, bikin ibu baru lahiran jadi parno.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba. Makanya salah satu tips yg aku tulis harus mengenal diri snediri, trmsuk kekurangan diri

      Hapus
  27. Kemarin temen saya curhat soal perasaan setelah melahirkan, nangis terus marah, bahagia campur aduk katanya. Saya jadi turut sedih juga, mungkin memang butuh beradaptasi ya Mba. Ini to yang dinamakan baby blues ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Kasian temennya mba. Semoga dia nemu solusi ya mba ... dan ada yg support. Aamiin

      Hapus
  28. Punya well-oiled support system alias suami yang mendukung dan tangan kedua untuk bantu mengurus bayi, plus pengalaman punya dan mengurus bayi ngga bisa juga jadi jaminan akan bebas baby blues. Soalnya anak kedua ini saya berjuang banget dengan baby blues (atau PPD?). Hal yang bisa diatasi relatif lebih mudah di kelahiran anak pertama.

    Salam kenal Mba :) Thank you for sharing this ya

    BalasHapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗