MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Weaning with Love (jilid 2)

Rabu, 26 Agustus 2015

26 Agustus 2015. 24 jam lebih kurang Zaid di sapih. Ziad nyaris 48 jam. Ya Allah... sungguh ini lebih berat dari pada memberi ASI... >_<

Sebelumnya saya sudah bercerita sedikit ttg WWL. Dan dari 8 poin, baru 3 poin yang saya jabarkan berdasarkan aplikasi oleh diri sendiri. Di jilid 2 ini, saya coba lanjutkan ya poin2nya...

Kompak, disiplin, dan konsisten
Saya kurang tau bagaimana harus menjabarkannya. Saya yakin secara makna pasti kita semua sudah paham maksudnya.

Kompak ■■ Tentunya tim sukses ya yang dimaksud disini. Menurut saya, kekompakan disini sangat terkait dengan pemahaman masing2 tim sukses tentang metode WWL. Pada kenyataannya, tim sukses yang saya bentuk (dadakan) hanya mengetahui tujuan utama yaitu 'penyapihan'. Lain dari itu, baik terkait konsep, prinsip dan peran masing2 tim sukses memang belum terbentuk dengan baik. Dan semua ini tentunya kesalahan saya yang kurang mengedukasi tim sukses jauh2 sebelum proses penyapihan ini dilakukan.

Disiplin ■■ Artinya harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Kita harus mampu membagi aktivitas terkait penyapihan dengan baik. Kapan anak diajak bermain, kapan waktunya tidur, dan kapan waktunya makan dan nyemil. Tapi sejujurnya aplikasi disiplin sendiri saya masih linglung. Heu..

Konsisten ■■ berarti ga boleh goyah. Dan... saya pun goyah. Semalam, Zaid tidur pukul 20.30 dengan cara digendong keluar rumah (karena dia ga mau di dalam rumah). Pukul 11.00 Zaid bangun dan mendapati saya tidak di kamar (saya tidur memisahkan diri). Meski sudah saya sugesti berkali2, anak butuh proses untuk mengerti apa yang dimaksud ibunya. Karena mosi tidak percaya pada suami terkait cara pengalihan yang dilakukan suami, akhirnya setelah 10 menit Zaid belum nyaman dengan Abinya, saya keluar kamar persembunyian. Dan menyerah untuk memberi ASI. Di hati saya berdalih, "ya sudah, tidak usah terlalu saklek dan drastis, bertahap saja".  Huft... dan hal ini jangan dicontoh yak... :(

Persiapan Pengalihan
Kayanya semua ibu tau deh, kalo ASI itu minuman ajaib sebagai mood booster si bayi. Artinya, apapun yang terjadi pada bayi, ASI lah hal pertama yang kita sodorkan. Betul tidak...
Nah, sebagai hal utama yang sangat berharga buat bayi, tentunya kita perlu menyiapkan pengalihan untuk calon toddler kita. Agar mereka tidak kaget dan pelan-pelan bisa beradaptasi tanpa ASI.
Caranya seperti apa? Hmmm ... setau saya, yang pasti cari pengalihan yang agak serupa dengan ASI. Yups! Susu. Saya disini tidak menyebutkan susu formula ya. Tapi S-U-S-U. Susu sapi, susu kambing atau pun susu kedelai. Dan sebenarnya pengenalan terhadap susu tambahan ini memang sebaiknya dilakukan sebelum anak disapih. Sehingga ketika proses penyapihan dilakukan, anak sudah terbiasa meminum susu tambahan.
Selain itu, pengalihan lain yang perlu kita siapkan yaitu pengalihan aktivitas. Anak yang sedang di sapih tentunya akan mengalami kebingungan ketika perasaannya mulai tidak nyaman. Baik karena mengalami pertengkaran dengan teman, ataupun karena ada keinginan yang tidak terpenuhi. Selain itu energi mereka mulai perlu disalurkan agar tidak berlebih yang bisa membuat anak menjadi rewel. Nah, biasanya ASI lah pelipur lara si anak. Atau istilahnya kaya yang tadi saya bilang, mood booster. Selama masa penyapihan, demi menjaga konsistensi proses, perlu donk anak dikasih aktivitas menyenangkan yang membuat anak bahagia dan ceria. Misalnya dengan bermain. Para praktisi homeschooling tentunya sangat akrab ya dengan metode bermain untuk anak usia dini. Nah untuk ibu-ibu yang belum biasa menciptakan ide kreatif bermain dengan anak (seperti saya...hehe), bisa memanfaatkan ide bermain dengan memanfaatkan kegiatan sehari2. Seperti melibatkan anak mencuci baju, menyapu rumah, ngepel, dll. Atau bisa juga dengan melihat contoh2 aktivitas yang cukup banyak di share ibu2 muda di media sosial.

Persiapan Mental
Wah .... ini poin terpenting nih. Tokoh utama dalam proses menyapih. Kenapa? Karena ketika mental tidak siap, siap2 saja penyapihan gagal (dan saya mengalaminya, baca aja disini :) )
Persiapan mental disini terkait ibu dan anak ya... jadi maksudnya, ga hanya anak saja yang harus siap disapih, tapi ibu juga harus siap. Nah, biasanya yang ga sadar mentalnya udah siap apa belum itu ya emaknya. Jadi disatu sisi si ibu ingin sekali segera menyapih agar bisa 'merdeka'. Tapi disisi lain, si ibu baru menyadari betapa momen menyusui buah hati itu merupakan momen terindah antara kita dan buah hati (#curhat). So, ibu-ibu...lurusin niat sebelum mendeklarasikan menyapih anak yak... :P Emang niat yang lurus itu seperti apa? Jawab aja lah ya sendiri... hihihi
Terkait kesiapan anak, jika ada yang bertanya apa tanda-tandanya? Berdasarkan pengalaman saya, anak akan berkurang intensitas menyusuinya. Selain itu anak sudah siap dialihkan ketika meminta ASI ke hal lain seperti ke mainan.

Sabar dan Doa
Sampailah di ujung penjelasan. Bagi saya, 7 poin di atas hanyalah ikhtiar fisik yang bisa kita lakukan demi kesuksesan penyapihan. Tapi ingat... anak itu ada dalam kendali Allah ... meminta lah kepada Allah agar diberi kemudahan dan kesabaran dalam menjalani proses penyapihan ini. Sabar dan teruslah berdoa. Sesungguhnya anak itu hanya titipan... dan semoga kita terhindar dari rasa memiliki yang berlebihan... :)

Bandung, 10 November 2015

"Hari pahlawan ... hari dimana saya bertekad mengalahkan sejuta alasan demi satu tujuan: menebar manfaat!!!"

Selamat hari pahlawan... :)

2 komentar on "Weaning with Love (jilid 2)"
  1. sabar dan doa. setuju. ga boleh lupa kl yang membolak-balikkan hati adalah Sang Pencipta.

    e tapi yg bikin mood anak itu bukan susu, tapi dotnya. hihi...betulan tuh. anak2 saya mlh lebih susah nyapih dot drpd nyapih asi. begitu kesapih, minum susu pun males2an.

    BalasHapus
  2. Iya mba..nyapih dot mmg lbh sulit ketimbang nyapih asi,, krn udah tau dari awal,, makanya pas anak2 sekitar 15 blan..dot udah aq singkirin..hehehe

    BalasHapus

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗