MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2012

Sabtu, 18 Agustus 2018
Rasanya belum pernah saya menuliskan tentang hal yang tercantum di judul. Ya! Tentang PPAN. Sebuah program yang pernah saya ikuti sekitar 6 tahun yang lalu. Kalo tidak salah, di bulan Februari 2012. Dan hari ini, pertemuan dengan alumni PPAN SUMBAR 2012 di kota kecil bernama Athens, Ohio, Amerika serikat, menggiring kembali ingatan saya akan memori singkat dan sekejap kala itu.


Nostalgia ... dikit aja!

Ceritanya, saya angkatan 2006 yang baru saja lulus di akhir tahun 2011 (diperjelas telat lulusnya 😂😂) merasa perlu aktivitas pengembangan diri. Maksud hati agar diri tak mati gaya dalam menanti panggilan kerja ataupun panggilan nikah 😅. Berbekal informasi dari seorang kakak tingkat, akhirnya saya coba melengkapi syarat administratif program pertukaran pemuda ini dan kemudian mendaftarkan diri.

Prosedur detail nya asli saya lupa 100% 😂. Dalam tulisan ini saya hanya akan menuturkan pemikiran random saya perihal pengalaman saya di PPAN ini 😆. Yang mana ending tulisan ini dijamin bikin kesel karena ga nyambung dan sedikit private story gitu 😅


Okeh lanjut .... bahas PPAN

Semua berjalan begitu cepat, setelah membawa semua syarat, saya bertolak dari kota Payakumbuh ke kota Padang untuk mengikuti seleksi PPAN tersebut. Seinget saya sih saya ngeblank, ga tau jenis seleksinya akan seperti apa. Taunya cuma bawa ini dan itu, dan datang ke kantor apa (saya pun lupa) dan saya pun melakukannya.

Sesampai di lokasi saya mengikuti arus masa. Sampailah saya ke meja panitia. Setelah berkas-berkas yang diperlukan diserahkan ke panitia, saya diminta duduk di kursi yang sudah disediakan. Barulah saya mulai tau bahwa akan ada tes tertulis berupa menulis essai dalam bahasa Inggris dengan tema yang sudah disiapkan panitia.

30 besar PPAN SUMBAR 2012

Tik tok tik tok ..  tes selesai, pengumuman 30 besar diberitahukan tengah malam di hari itu juga, sekitar pukul 12 malam via SMS atau telpon (saya lupa lagi-lupa terus) kata panitia. Singkat cerita, saya lulus 30 besar. Artinya? Saya harus datang karantina besok harinya, kalo ga salah jam 6 pagi apa jam 7 ya🤔  sudah harus datang ke lokasi karantina. Saya, yang tidak memiliki persiapan apa-apa untuk karantina karena ga ekspek lulus 30 besar ini pun langsung tunggang langgang melengkapi kebutuhan karantina. Cukup epik memang, dan my hero was my Papa 😁 ... disaat itulah saya kembali merasa sebagai anak kecil yang mau masuk sekolah TK karena Papa ngurusin ini itu luar biasa. Seperti tersimpan harapan dalam diri Papa agar saya lolos di program pertukaran ini.


LOLOS GA???

Menjalani karantina 3 hari 2 malam bersama teman-teman (lebih tepatnya adik-adik) yang luar biasa membuat gairah berkarya saya muncul kembali. Semangat belajar kembali bergelora. Yang tadinya saya emmoh lanjut S2, pasca PPAN saya daftar S2 ke UI. Bahkan dengan optimisnya saya meyakini suatu saat saya bisa ke luar negeri semisal Australi untuk studi.

Lomba bikin yel2 😅

Khayalan yang jujur saja seperti dikabulkan, meski tak plek 100% percis apa yang saya bayangkan, tapi mengarah-arah atau bisa dikatakan serupa. Seperti mengecap studi di luar negeri. Meski tak menjadi mahasiswinya langsung, menjadi pendamping mahasiswa juga berasa belajarnya 😂. Meski tak ke Australi, ke Amerika juga lebih berasa luar negerinya. Meski tak menulis paper, menulis blog pun bisa jadi karya sebagai wujud gelora berkarya itu masih membara.

Yah begitulah! Jawabannya saya tak lolos menjadi perwakilan pemuda untuk tahun 2012 saat itu. Namun, memiliki pengalaman bertemu orang-orang keren jauh lebih bermakna.


Daaaaaan ...

Perjalanan takdir bersama PPAN ini mengantarkan saya pada kehidupan yang lebih akademisi. Tanpa saya perlu menjadi mahasiswa 😂. Ya! Saya menikah dengan seorang pemuda Sunda yang doyan belajar. Dari dialah saya memperoleh info PPAN ini. Dan dia juga alumni PPAN JaBar 2011. Takdir kami berdua sama-sama tidak lolos mewakili pemuda ke negara pilihan, dan tak disangka tak dinyana PPAN menjadi jalan takdir kami bersua dalam dua kutub yang berbeda namun tujuan yang sama #eaaaaaapasiiiih


Ya intinya sih, PPAN jadi cerita nostalgia paling singkat namun penuh makna yang terjadi dalam hidup saya. Tak ada yang kebetulan kan? Semua Allah yang mengatur ... dimana pasca PPAN saya memutuskan S2 di UI yang ternyata jadi jalan jodoh saya. Yang jodohnya pun anak PPAN. Jadi semacam "Wow!!! Kok bisa!!!"

Meski suami saya adalah kakak tingkat jaman kuliah, tapi kami tak pernah terlibat cinta lokasi atau apalah itu yang namanya VMJ (Virus Merah Jambu-istilah anak ROHIS banget 😂). Kita nikah aja anak-anak Bahasa Inggris pada "Haaah! Kang adin sama Uni?" Saking kita ga ada irisan sama sekali 😅. Saya anak organisasi, suami anak akademisi. Saya ngurus bidang rohani himpunan suami saya ngurus bidang akademi himpunan. Saya tukang bolos, suami kebalikannya.

Sehingga salah satu hal penting yang saya bahas kala ta'aruf adalah "Akang tau IPK saya berapa?" Karena saya takut dia kaget dan nyesel dikemudian hari karena mengetahui istrinya tak sesuai ekspektasi 😂😂😂

Ta'arufan kami ta'aruf antimainstream dengan bahasan antimainstream 😆😆😆. Alhamdulillah hal-hal penting dan bersifat rahasia clear sebelum akhirnya dia memutuskan mengkhitbah saya 😆. Prinsipnya "jangan ada dusta diantara kita" #eaaaaaaaa

Jadi? Ini ngebahas PPAN apa ngebahas perjalanan jodoh saya? Ya ngebahas dua-duanya lah 😁 ... karena gegara PPAN kubertemu jodoh ku inilah, aktivitas yang cuma sekejap (hitungan hari doank) jadi berasa bermakna 😄😄😄

Jadilah tadi sepanjang perjalanan pulang dari Athens yang memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit kami habiskan dengan nostalgia pengalaman PPAN masing-masing. Saya Sumbar, suami Jabar, berbekal sabar, kami pun menikah dan dikarunia anak kembar 😁

Random yak bahasannya???

Moon maap 😆😆😆😆😆

Columbus, 17 Agustus 2018
Hari disaat diri ini merdeka mau nulis apapun ... nyambung ataupun ga nyambung. Merdeka!!!!

Photos credit to Siska Mandalia dari blognya

Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗