MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Ketika Anakku Membenciku

Sabtu, 09 April 2016

"Baik dia .. ga rewel .. ga nangis .. ga berantem juga". Begitulah pujian kakakku untuk Zaidku setelah Zaid pulang dari rumah kakakku.

Sudah hari ketiga Zaid dan Ziad rewel. Pagi hari sebelum ke sekolah, dan sore sampai tidur. Rewel. Mereka mendadak banyak tingkah entah apa penyebabnya. Mereka seolah menyimpan kesal padaku. Karena keterbatasan mereka untuk mengungkap perasaan mereka, sehingga mereka hanya mampu mengekspresikannya dengan merengek.

Mereka yang biasanya bersikap manis dalam menyampaikan keinginannya tiba-tiba menjadi anak yang ga jelas. Merengek tanpa bisa ditebak maknanya. Yang saya tau, mereka pasti memiliki keinginan yang tak terpenuhi baik berupa benda atau pun orang.

Dan pagi ini, Zaid ku yang manis mendadak garang. Cubitan, pukulan dan tendangan mendarat dibadanku. "Anak umi kenapa??" Tanya ku bingung. Jujur saja, dalam keramaian aku memang sulit untuk mengambil tindakan tegas untuk anak-anak. Namun aku tidak mau anak-anak menjadi buyar akan konsep well attitude well response . Jika mereka bersikap baik, maka saya akan merespon mereka dengan baik. Tapi pagi ini Zaid lostcontrol. Terlalu banyak intervensi. Saya yang memang agak sedikit kliyengan semakin tak tentu arah harus bersikap seperti apa.

Jika para ibu pernah mendapati anak meminta A kemudian kita kasih A tapi kemudian beralih meminta B, itulah Zaid pada pagi ini. Kemudian jika para ibu sekalian pernah mendapati anak yang diminta dengan baik-baik untuk melakukan sesuatu (dalam kasus Zaid saya meminta dia untuk mandi pagi) kemudian dia menolak dan kita tidak memaksa. Tapi tiba-tiba ketika kita beralih pada kegiatan yang lain dia merengek rewel meminta sesuatu yang tadi kita suruh padanya. Nah itulah Zaidku pagi ini.

Lalu apa biasanya yang saya lakukan? Normalnya, saya seharusnya memindahkan Zaid keruang private dimana hanya ada saya dan dia untuk berkomunikasi face to face heart to heart. Namun kali ini? Tidak memungkinkan, karena rumah tengah ramai orang. Dan di selang saya menangani Zaid, banyak intervensi dari luar sehingga Zaid secara otomatis punya tempat pelarian. (Saya sempat memaksakan untuk ruang private, alih-alih Zaid bisa diajak kompromi, dia dengan wataknya yang kuat keukeuh dengan apa yang dia mau, yaitu keluar dari ruang private kami)

Jadilah saya pagi ini menjadi orang tua terGe-Je sepanjang hidup saya. Diledek bak anak SMA sehingga tak ada lagi wibawa saya dihadapan anak-anak. Becandaan saya dalam menghadapi Zaid dipandang sebagai sikap kekanak-kanakan tanpa mereka mau berempati lebih betapa saya sudah kehilangan cara untuk menangani Zaid dalam pikiran jernih efek dari intervensi mereka sendiri.

Oke. Aturan bebas. Kamu bebas menyelesaikan perasaan mu sendiri anakku. Selesaikan saja. Ruang privasi kita memang sedang terganggu. Umi beri kamu kesempatan untuk bisa mencicipi warna hidupmu sendiri. Karena umi pun harus belajar untuk memperlakukan mu tidak lagi seperti baby. Karena kamu sudah kanak-kanak sekarang.

Ah inilah pergolakan batinku ... yang sesaat merasa anakku membenciku. Yang merasa sesaat anakku bosan ber ibu kan diriku. Dan aku mendadak menjadi ibu terkonyol sedunia.

"Untung anak nya 2 ya" kata suamiku membesarkan hatiku melalui pesan WA.

Ya, untung 2. Sehingga mungkin inilah saatnya aku dan Ziad dating karena quality time kami yang selalu saja tidak jadi. Ya ... selama ini Zaidku terlalu mendominasi diriku sehingga Ziad tak lagi memperoleh hak nya untuk memperoleh QT bersama ibunya.

Apapun yang terjadi hari ini seolah memberi ku gambaran bahwa anak, meski mereka berada diperutku dan menghisap sari-sari makanan selama diperutku, ketika nyawa mereka bebas ke dunia, maka ketika itulah apa yang ada pada mereka akan menjadi takdir yang sudah digariskan Allah. Termasuk hari ini, sudah ketetapan Allah lah Zaid berubah sikap padaku. Dan aku harus mampu berfikir bijaksana bahwa inilah perkembangan anak-anakku yang sudah mampu mengekspresikan emosi mereka. Meski aku mungkin tak bisa menjadi ibu terbaik untuk anak-anak ku, paling tidak aku ingin anak-anakku menjadi anak-anak terbaik di pandangan Allah ...

Suatu saat tulisan ini akan kalian baca nak. Inilah umi, dengan segala keterbatasan umi. Mungkin umi terlalu asik dengan diri umi, mungkin umi lupa bertanya tentang apa yang kalian tidak sukai. Atau mungkin umi kurang peka tentang apa yang kalian butuhkan. Umi mencoba menjalani nya anak-anak ku ... sambil belajar ... kita bersama ... semoga apa yang menjadi harap diijabahNya...

Payakumbuh, 9 April 2016

Setelah tangis ku pecah menjadi bulir air mata yang menambah kata agar aku yakin, bahwa inilah cara Allah agar aku menikmati proses peng-upgrade-an diriku ...

Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗