MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Anak yang Diidamkan

Selasa, 13 Juni 2017

Berada di negara adidaya, sempat membuat saya agak merasa berkecil hati terkait pengasuhan anak. Karena konon katanya sebagian besar orang tua di negara maju sangat memperhatikan pola asuh terhadap anak-anak mereka. Entahlah, yang saya dengar begitu. Seolah semua orang tua di negara maju itu adalah orang tua sempurna.

Tapi manusia tetaplah manusia. Informasi dan berita yang tersebar tentulah hanya sekelumit kisah sempurna dibalik ribuan kisah 'tak sempurna'. Karena menjadi orang tua 'sempurna' tentunya tak semudah alkisah yang didendangkan atau teori yang disampaikan. Banyak faktor yang menjadi faktor keberhasilan seorang manusia dewasa dalam 'men-create' manusia-manusia kecil nya menjadi 'anak yang diidamkan'.

Setelah nyaris 1 tahun disini, aneka warna pengasuhan anak pun semakin membuat saya berangsur membaik dalam pola pikir perihal 'anak yang diidamkan'. Dimana dahulu, sangat frustrasi ketika anak bertingkah 'tidak wajar' menurut orang dewasa. Dimana dahulu saya akan sangat panik ketika anak menunjukkan prilaku yang membuat manusia dewasa 'gatal' untuk membanding-bandingkan mereka.

Lain lubuk lain ilalang, lain dulu lain sekarang. Itulah pepatah yang tepat 😄. Entah terlambat atau tidak, yang pasti kesadaran akan 'anak yang diidamkan' bukan lagi anak yang tumbuh sesuai keinginan kita melainkan anak yang tumbuh sesuai fitrah mereka membuat saya semakin memperbesar rasa syukur setiap harinya. Kepanikan ataupun semua bentuk sikap negatif yang dulu pernah muncul efek dari belum siapnya saya diamanahi 2 makhluk kecil sekaligus ini perlahan berubah menjadi nilai-nilai positif yang bisa diambil. Dimana kehidupan yang diberikan Nya kepada kita bukan lah soal ukur mengukur kemampuan melainkan perihal seberapa kuat keinginan kita untuk berjuang demi memperoleh 'predikat terbaik' dihadapanNya, bukan manusia.

Ya! Berada dibalik jeruji 'anak idaman' tampaknya harus segera kita buang dan merubahnya menjadi 'anak beriman'. Karena jika beriman, pastilah diidamkan. Tapi belum tentu yang diidamkan itu adalah beriman.

Inilah hasil penglihatan yang membuat saya berfikir. Penglihatan fenomena para 'manusia bule' yang selama ini kita agung-agungkan kekerenan nya dalam mengasuh anak. Semoga kita tidak lagi memukul rata bahwa bule lebih keren dari orang Indonesia atau sejenis nya. Kenapa? Karena keren atau tidaknya pengasuhan itu sifatnya kasuistik. Entahlah kalau sudah ada prosentasenya ya. Yang pasti negara berbudaya seperti di Indonesia lebih bisa maju jika semangat belajar menjadi orang tua seutuhnya seperti tren saat ini terus dijaga. Saya yakin!! Indonesia akan lebih keren dari Amerika.

Columbus, Juni 2017

NB: curhatan setelah sekian kalinya melihat fenomena bule-bule 'tak sempurna' dalam mengasuh anak. Dan rada komplain jika masih ada ibu-ibu di Indonesia yang membanding-bandingkan bule sama non bule (tau lah ya penggunaan kata bule ini di Indonesia refer to siapa nya 😂) ... Ah akhir tulisan yang profokatif dan emosionil ya 😂😂😂😂😂. Inilah curhatan saya ... #cintaiindonesia #optimisindonesiamajujaya #indonesiaberbudaya #indonesiaberkarisma #majulahorangtuaindonesia

Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗