MOM BLOGGER

A Journal Of Life

5 Pelajaran dari ZaZi Buat Umi

Jumat, 30 Juni 2017
Terasa ga terasa, sudah 4 tahun waktu dilewati bersama 2 anak kembar ini. Kehadiran mereka memang menghadirkan berjuta rasa dan warna. Bisa dibilang Nano Nano kaya permen .
5 Juli ini tepat mereka 4 tahun. Sudah besar ya ... tapi bagi saya mereka seperti bayi 2 tahun . Seriusaaaaaaaaan ... hehehehe ...
Setelah melewati fase hidup yang berpindah-pindah dimulai dari pulau Jawa kemudian pulau Sumatera dan balik lagi ke pulau Jawa, akhirnya kami mendarat di benua Amerika. Si kembar tanpa mereka sadari sudah membelah dunia ... melampaui batas yang pernah dialami orang tuanya. Dalam fase hidup yang berpindah-pindah seperti layaknya manusia zaman purba (halah lebay), saya mendapati banyak pelajaran bersama si kembar. Yang rasa-rasanya perlu saya bagi dan tuliskan di 4 tahun usia mereka ini.


  • Kehadiran mereka mengkondisikan saya untuk terus menjadi ibu pembelajar.

Dimulai dari masa kehamilan yang sangat susah, yang membuat saya memaksa diri untuk mencari informasi agar kehamilan kembar yang baru diketahui di 4 bulan kehamilan ini bisa terlewati dengan baik dan sehat (padahal setiap melihat layar hp atau laptop saya muntah hebat). Hingga akhirnya mereka hadir di dunia dengan segenap tantangan terkait dunia bayi terutama bayi kembar. Bagaimana perawatan bayi, cara menyusui tandem, memandikan tandem, pasang baju tandem alias segala hal harus mampu dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan atau berdekatan. Tujuan nya satu, demi keadilan beranak hehehehehe... maksudnya ... jangan sampe ketika yang 1 udah mandi yang lain belum. Jujur aja, kalo kejadian kaya gitu saya suka merasa tidak adil (terutama saat mereka bayi. Kalo sekarang sih terserah mereka ).

  • Mereka mengajarkan saya untuk lebih menikmati proses.

Karena dimulai dari peningkatan BB (berat badan) hingga pengoptimalan kemampuan bicara dan sekarang harus bijaksana dalam penyikapan perbedaan karakter mereka membuat saya lebih bisa menikmati yang namanya proses. Bahwa proses itu bagian dari kenikmatan dalam memetik hasil. Meski perkembangan mereka meningkat tak sesignifikan kemampuan anak lain, bagi saya masih diberikan rasa syukur dalam menjalani proses mendidik mereka saja sudah lebih dari cukup. Perlahan mulai terlihat hasil yang dinanti meski tak selamanya hasil sesuai keinginan hati. Paling tidak makna berproses menghadirkan warna baru bernama penghargaan di dalam hidup saya. Dan semuanya, mereka yang mengajari (tentunya atas izin Allah)

  • Lebih menghargai.

Masih terkait dengan poin proses, pelajaran di poin ketiga ini bisa dikatakan lanjutan dari poin kedua. Karena penghargaan akan hadir bersama proses yang ada. Jika menginginkan cara instan atau hasil cepat, tak jarang akhirnya kita cenderung menjadi pribadi yang tak menghargai karena berfikir segala sesuatu bisa diraih kilat. Sedangkan anak-anak, membersamai mereka dalam 4 tahun ini (24 jam 7 hari 4 minggu ) ... membuat saya belajar untuk lebih menghargai apa-apa yang sedang saya jalani dan apa-apa yang sudah saya tempuhi. Hingga akhirnya hati lebih siap menyambut kedatangan kehidupan di depan tanpa harus mendikte hasil. Karena adanya sebuah keyakinan hati, apapun hasilnya, asalkan datangnya dari ketentuan Allah, maka itulah yang terbaik.

  • Anak-anak menjadi wasilah saya menjadi blogger.

Perubahan status dari seorang mahasiswa menjadi ibu rumah tangga tentunya bukanlah hal yang mudah. Ada pikiran-pikiran menelisik diam-diam akan keinginan aktualisasi diri. Disamping itu, ada perasaan dimana saya yang masih  belajar mengelola emosi sebagai ibu baru dimana perasaan ini memunculkan sampah-sampah emosi dan pikiran, yang tak jarang berefek buruk pada pengendalian diri. Sehingga perlu sebuah wadah atau aktivitas positif untuk menampung 2 hal ini, sehingga terciptalah blog ini. Sebagai jalan bagi saya mengaktualisasikan diri dengan cara sederhana yaitu berbagi kisah dan sekaligus penyaluran sampah emosi dan pikiran sebagai salah satu cara mengatasi kejenuhan akan rutinitas. (Saya pernah membahas perbedaan kejenuhan ibu rumah tangga dengan ibu bekerja. Klik disini ya ... )

  • Bahwa persaingan yang sesungguhnya adalah persaingan melawan diri sendiri.

Hohohoho ... menjadi ibu, yang saya rasakan mendadak menjadi pesaing. Entah karena ini dunia baru, tapi jujur saja, ada rasa bersaing yang muncul sesaat saya melahirkan. Terutama bersaing dengan teman yang memiliki anak seumuran. Maka nya tak jarang kan ya ... kita mendapati ibu-ibu yang sensi jika anaknya dibanding-bandingkan. (no offense ). Nah, lucunya anak-anak selalu 'menampar' saya lewat perkembangan mereka yang rada telat. Sehingga saya akhirnya merenungi bahwa melawan pikiran negatif bagian dari persaingan positif. Jika memang menginginkan anak tumbuh baik, biarkanlah mereka tumbuh dengan cara mereka sendiri, tanpa di dikte, cukup diarahkan.
Itu sedikit banyaknya pelajaran yang bisa saya rangkumkan sebagai ungkapan syukur saya kepada Allah .. dan juga terimakasih saya kepada bujang kembar yang semakin hari semakin menggemaskan. Tak peduli berapapun usia mereka, mereka tetap bayi saya. Meski sempat melewati fase dimana mereka tengah bertumbuh sebagai bayi yang sesungguhnya, tapi karena efek baby blues berkepanjangan saya kurang menikmati nya. Ya! Ceritanya bisa search di blog dengan keyword "babyblue(s)" ya. Soalnya lupa judul tulisannya apa. Hahaha

Barakallahu fii umrik anak-anak umi
... Harap umi ada pada dendangan ayat Allah ... Semoga diijabah. Tetaplah romantis ke umi dan abi ... Tetaplah ceria dan penuh cerita ... Tetaplah bertumbuh sesuai fitrah kalian ... Semoga umi dan abi dimampukan terus menerus untuk menjadi orang tua. Aamiin.

Columbus, 29 Juni 2017
Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗