MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Berkat Rahmat

Selasa, 27 Februari 2018
Ini kisah bukanlah kisah yang berkisah tentang si Rahmat sembarang rahmat. Ini kisah yang berkisah tentang perkenalan dengan Rahmat di sebuah tempat, sebut saja di sebuah dunia tak beralamat. Yang mendapati banyak orang terlibat.


Kisah pertama, tentang seorang kakek tua renta penjaja pisang ambon yang sering berjualan di sekitaran salah satu kampus negri di kota Bandung. Membopong pisang bersikat-sikat banyaknya, jika pagi barangkali lebih dari 20 sikat pisang yang dia bopong. Kuat, sangat kuat dan terlihat mustahil. Namun kenyataannya, kakek ini mampu menjajakan jualannya berkeliling daerah yang berundak.

Kisah lain tentang seorang ibu muda single fighter yang mewakafkan dirinya untuk Al-Quran. Pasca menjalani kehidupan rumah tangga yang tak semulus orang-orang rasa, dia memutuskan mendekat pada kelompok pecinta Al-Quran. Mempelajarinya, menghafalkan dan kemudian mengamalkannya sehingga ia dinobatkan sebagai hafidzah mumtaz.

Kisah selanjutnya tentang seorang pengusaha wanita sebut saja ibu Mawar. Dengan kekayaan berlimpah ibu Mawar bisa saja memilih segala kenikmatan apapun untuk hidupnya. Semisal memilih pakaian berlapis emas atau perhiasan bermahkotakan berlian. Tapi tidak dengan ibu Mawar. Kekayaannya 80% diberikan untuk kepentingan sosial tanpa seorangpun yang tau. Namun, Hartanya terus mengalir seperti tak ada habisnya.

Masih berkisah. Kali ini tentang seorang wanita mantan tuna susila yang berpindah domisili sangat jauh dari daerah masa lalunya. Berubah 180° dan memulai hidup yang baru. Tak satupun yang mengetahui masa lalunya sehingga dia mampu menjalani keseharian barunya dengan lebih baik.

Lalu bagaimana dengan kisahnya Rahmat?

Empat kisah di atas merupakan kisahnya Rahmat. Dimana kakek penjual pisang diberikan kekuatan fisik sehingga ia mampu membopong dagangannya. Lalu ibu muda yang diberikan kemampuan menghafalkan, mempelajari dan mengamalkan Al-Quran sehingga diberi gelar hafidzah. Begitu juga dengan ibu Mawar yang diberikan kelimpahan rezeki sehingga dia bisa berderma. Dan wanita mantan tuna susila yang ditutupi aibnya sehingga ia bisa beribadah dengan tenang tanpa cacian dan hinaan manusia.

Itulah semua kisah Rahmat versi saya. Berkat Rahmat Allah lah semua itu bisa terjadi. Bukan berkat si kakek rajin menjaga kesehatan, atau berkat ibu muda yang hebat hafalannya, ibu Mawar karena kedermawanannya dan si wanita karena taubatannya. Bukan. Semua hanya jalan untuk memperoleh Rahmat itu. Sedangkan rahmat itu sendiri ada atas kasih sayang Allah kepada hambaNya ...

"Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu." (QS. Al-A'raf:156)

Jadi ...
Bukan karena kita kaya kita bisa berderma ...
Bukan karena kita bekerja keras sehingga kita bisa sukses ...
Bukan karena kita keturunan bangsawan hingga keluarga kita terpandang ...
Bukan karena kita cakep hingga kita jadi seleb ...
Bukan karena kita inspiratif hingga kita terkenal masif ...

Bukan karena ... tapi karena rahmatNya hingga kita bisa mendapatkan sekarang yang ada ... Dan berkat rahmatNya jua hingga saat ini kita masih diberi nyawa agar bisa menata taqwa menuju ridhoNya ...

Tulisan ini saya tulis sebagai refleksi diri yang terlalu sering lupa bahwa apa yang ada saat ini terjadi berkat rahmat dari Allah ta'ala bukan berkat usaha dan kemampuan pribadi. Tapi entah kenapa saya terlalu sering terlena dengan usaha yang dilakukan sehingga menutupi nurani untuk sekedar meraba kehadiran rahmat dari Allah Subhanahu Wata'ala.

Astaghfirullahal'adzim ... semoga dengan rahmat Allah jua kita diizinkan masuk ke jannahNya aamiin ...

Semoga bermanfaat 😊

Columbus, 26 Februari 2018






Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗