MOM BLOGGER

A Journal Of Life

Free Screen

Kamis, 05 Januari 2017

Seharian main full sama anak-anak ke pusat sains disini. Memang dari awal kita niat nguber semua spot nya sebelum memasuki spot favorit anak-anak 'KIDSPACE' namanya. Ternyata karena ini kali kedua kita ke sini, anak-anak hafal dimana posisi KIDSPACE. hehehe. Jadilah cuma bisa nguber hal-hal kecil di lantai 1 sama sedikit wahana di lantai 2.

Dalam merancang lesson plan untuk kegiatan hari ini, salah satu tujuan utama aktivitas hari ini adalah menumbuhkan kreatifitas orang tua (yups! Orang tua ya. Da kalo anak mah asal lrang tua nya kreatif anak bakal lebih-lebih lagi kreatifnya) dalam menciptakan ide bermain untuk anak agar anak bebas gadget atau dikenal juga dengan istilah 'Freen Screen'. Artinya, aktivitas diciptakan agar anak-anak lebih tertarik dalam eksplorasi, observasi dan interaksi dengan real objek ketimbang screen objek (istilah sendiri yang ini mah). Jadilah ketika saya nulis lesson plan saya bertekad untuk tidak pegang HP bahkan sekedar untuk mengabadikan momen. Trus suami heran kan. Pas tau alasannya, "sini Abi aja yang ambil foto-fotonya" #nyengirdahsaya.

Pekerjaan rumah paling menantang buat saya memang gadget. Meski anak-anak ga pernah komplain ketika saya pegang HP apalagi kalo buat foto-foto, tapi ada yang mengganjal di hati dan pikiran ini jika saya aktivitas sama anak-anak dan sambil pegang gadget. Apa itu? Tidak fokus!

Ketidak fokusan ini bisa berefek buruk pada pencapaian tujuan utama dalam pengasuhan anak. Misal. Ketika di pusat sains, ada momen bagus untuk dijepret di salah satu atraksi. Tapi ternyata anak-anak cuma betah sebentar memainkan atraksi nya. Untuk kepentingan dokumentasi yang tidak berhasil di ambil candid, akhirnya anak-anak diminta untuk redo. Begitu seterusnya. Tanpa komplain dan tanpa pemaksaan (kalo mereka ga mau biasa nya saya cuma "yaaaah ga dapet deh fotonya"). Namun ternyata fokus gagal seperti ini membuat saya tidak peka terhadap pemerolehan informasi anak-anak terhadap setiap interaksi yang mereka ciptakan dengan benda-benda. Saya kemudian suka lupa apa saja hal baru yang mungkin berhasil mereka observasi yang kemudian bisa saya jadikan bahan story telling sekedar mereview experience mereka. Alhasil. Anak-anak kurang terstimulus dalam penamaan hal baru dan penamaan aktivitas baru. Dan terjadilah pembelokan tujuan pengasuhan >> dari merangsang anak rasa ingin tahu anak menjadi memotivasi anak melakukan apa yang orang tua minta (berpose sekedar untuk kepentingan dokumentasi #redpencitraan).

Jadi, yang perlu free screen itu ya saya, bukan anak-anak. Yang butuh di off gadget nya itu ya saya, bukan anak-anak. Karena ternyata dalam menonton pun mereka banyak menemukan hal baru yang bisa dijadikan ide bermain andai saya mau mendampingi mereka selama gadget time. Bukan malah gadgetan juga dengan alasan me time.

Segala sesuatu jika berbasis tujuan, maka in sya Allah akan lebih jelas dan terarah. Andai saya tidak mendobrak kemalasan dengan menseriusi kurikulum anak-anak meski dibuat dengan terseok-seo, mungkin saya tidak akan pernah mau sadar tentang apa yang kurang tepat selama proses pengasuhan.

Tidak ada kata terlambat seperti tulisan saya di awal tahun ini. Yang terpenting semangat evaluasi dan resolusi harus terus dipupuk. Salah satunya dengan memperluas silaturahim dengan orang-orang inspiratif penuh semangat perubahan.

Columbus, 4 Januari 2017

Post Comment
Posting Komentar

Komenmu sangat berarti bagiku 😆
Makasi ya udah ninggalin komen positif ... 🤗